Dua

5.3K 316 61
                                    

⚠️ Ini yang baca cerita ini gak ada anak cema-cema (SMA), kan?? Soalnya ceritanya gak cocok dibaca anak SMA 😶



















⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan berbuat baik pada orangtua kalian.















Karina Wibowo, perempuan kelahiran Bandung, tapi besar di Sumatera. Sebagian besar masa remajanya dihabiskan di Sumatera dan masa kuliah serta kerjanya di Jakarta. Lingkungan membuat Karina menjadi cewek Jawa-Melayu yang tidak memiliki khas Jawanya.

Karina Wibowo, gadis Jawa yang anti dengan yang namanya JAMU. Hidupnya tidak dibiasakan dengan minuman asli Indonesia yang berasal dari budaya Jawa. Alhasil, dia selalu menolak mentah-mentah apabila diberi minuman itu.

“Karina, ini minum jamunya, ya. Bagus supaya nafsu makan. Supaya makin sehat,” Rahayu, ibu Jeno Chandrawinata—suami Karina—meletakkan segelas jamu di atas meja makan.

Karina menelan ludah. Ia paling anti sama yang namanya jamu.

"Suwon(makasi), ya Ma..." ucap Karina sembari meletakkan mangkok berisi sayuran di atas meja makan. Karina tahu Ibu mertuanya membuat jamu sachet saat ia masak. Ia pikir itu untuk Ibu mertuanya, tapi untuk dirinya. Ia merasa senang karena diperhatikan, tapi ia tidak suka jamu. Titik. Gak pakai koma.

Ibu mertua dan bapak mertuanya datang tadi malam untuk menginap di rumah anak dan mantunya. Mereka akan menginap selama tiga hari. Dan hal itu pasti akan membuat Karina minum jamu selama tiga hari berturut-turut.

“Diminum, Karina,” ucap Chandrawinata. “Salah satu produk perusahaan yang paling laris,” lanjut sang ayah mertua dengan senyum manisnya.

Jeno yang tengah duduk di kursi meja makan melirik sang istri. Ia tahu istrinya bakal menolak untuk minum itu. Tapi, ia tahu juga, istrinya paling anti menolak perintah orangtuanya—mertua Karina.

Karina menyentuh gelas. Ia memejamkan matanya sejenak lalu menarik napas dalam-dalam. Tangan kirinya mengapit hidung mancungnya.

Pak Chandra dan Bu Rahayu mengernyit heran melihat tingkah menantu mereka.

“Itu gak pahit, Karina...” ucap Bu Rahayu lembut.

Karina menarik tangannya dari hidung. Matanya berkedip-kedip. Ragu untuk meminum jamu tersebut.

Glek.

Sebenarnya jamu yang dibuat cukup enak, tapi, karena Karina pernah trauma diberi jamu pahit saat masih kecil sampai muntah-muntah, akhirnya traumanya itu terbawa sampai sekarang.

Karina menelan seteguk jamu dengan susah payah. Wajahnya berubah kecut. Ia menutup mulutnya, menahan agar tidak mual.

“Ya ampun, nduk(nak,perempuan), kenopo (kenapa)?” Pak Chandra terlihat bingung. Begitupula Bu Rahayu.

Karina menggeleng. Ia memaksakan senyumnya. “Gak apa-apa, Ma, Pa...”

Gak apa-apanya cewek.

Karina meletakkan gelasnya. Gadis itu melirik suaminya yang juga meliriknya. Sedetik kemudian suaminya melengos. Karina juga melengos.

“Ya, udah, makan yuk Pa, Ma...” ajak Jeno.

Mereka pun sarapan bersama. Saat selesai sarapan, Bu Rahayu melihat jamu menantunya belum habis.

“Ndak di-ente'i(dihabisin) jamunya?” tanya Bu Rahayu saat Karina dan Jeno bangkit dari kursi masing-masing. Karina bersiap akan membereskan piring dan gelas di atas meja sebelum bersiap akan berangkat kerja.

4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang