Delapan

1.1K 126 11
                                    

⚠️

⚠️Cerita ini tidak gratis, kalian harus membayarnya dengan memberikan vote/komen, dan berbuat baik pada orangtua kalian.







Selamat Membaca ❤️✨












Brugh!

Haris mendorong Sakura hingga tubuh gadis keturunan Jepang-Jawa itu membentur lemari gudang.

Tak!

Ponsel mahal milik Sakura terjatuh ke lantai hingga layarnya pecah. Ponsel yang Sakura gunakan untuk memvideokan Haris dan Karina yang sempat berpelukan di lorong gedung yang cukup sepi karena jarang dilewati orang langsung mati total.

Haris berjalan dengan penuh kemarahan ke arah ponsel Sakura yang tercampak di lantai. Pria itu segera mengambilnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Pria itu segera melemparkan benda pipih itu sekencang mungkin ke arah Sakura.

Entah apa yang terjadi, kita tidak tahu.





















“Kar, Lo liat si Sakura upil, gak?” tanya Rose yang membawa berkas-berkas yang berisi data beberapa client.

Karina yang baru saja kembali dari bertemu Haris hanya menaikkan pundaknya tanda tak tahu.

“Entah. Gue gak liat, tuh,” kata Karina. Perempuan itu membuat hidung Rose mengernyit.

“Anjir. Parfum Lo kok cowok banget, dah. Parfum suami——” Rose tersadar kalau ia sering mencium aroma parfum itu di ruangan meeting atau dimanapun yang ada Harisnya.

Rose mendelik. Gadis itu menarik tangan Karina sehingga Karina berhenti di dekat pintu.

“Lo pelukan sama Haris?” bisik Rose dengan raut menuduh.

Tidak salah lagi.

Tuduhannya memang benar.

Karina mengangguk kecil sambil menyengir memasang wajah tanpa dosa.

Rose membelalakkan matanya. Tangannya langsung menggeplak lengan Karina.

“Ya Allah, Kar!” desis Rose. Gadis itu mencengkeram tangan Karina kuat hingga Karina meringis.

“Gila, Lo!” umpat Rose dengan ekspresi marah.

Rose menarik Karina menjauh dari ruang meeting.

“Rose, bentar lagi meeting. Lo mau ajak gue kemana?” protes Karina.

“Ganti baju Lo. Lo pake kaos sama blazer gue supaya parfum Haris yang nempel di baju Lo gak di-notice sama yang lain,” kata Rose.

“Eh, eh, mau kemana Lo pada?” tanya Mark saat berpapasan dengan Karina dan Rose.

“Bentar!” Rose malah membentak dan Mark langsung kicep. Cowok itu cuma bisa mengangguk.





















“Lama bener. Kalian darimana aja sih?” tanya Winter karena Karina, Rose, dan Haris baru masuk ruang meeting.

Para anggota tim kreatif melihat kedatangan tiga staff itu. Semuanya melihat ke arah Haris yang terlihat muram dengan kemeja yang terlihat kusut dan tak rapi. Kemejanya keluar dari celana. Rambut pria itu pun tampak acak-acakan.

“Lo darimana kok berantakan gitu?” tanya Winter saat Haris baru saja duduk di kursi.

Haris menghela napasnya kasar. Pria itu hendak mengancingkan kancing baju teratasnya yang sempat terbuka.

Karina menyipitkan matanya. Apa yang terjadi pada Haris?

“Ck. Sakura mana elah. Tu anak yang paling penting di sini karena rencana kita gak guna kalo media iklannya gak jelas,” kata Winter.

Haris berdeham. “Lanjut aja. Waktu kita gak banyak. Apalagi kita ada proyek iklan yang diminta Pak Jeno,” pria itu melirik Karina yang menatapnya dengan penuh tanya.




















“Gila. Sakura gak datang-datang dari tadi. Dia kemana sih? Hapenya juga gak aktif,” Winter mendumel sambil menatap ponselnya.

Mereka baru saja menyelesaikan meeting tanpa Sakura. Untung saja ada staff bawahan Sakura yang ikut dalam meeting sehingga rencana bisa disampaikan dan akan ditampung pihak media planner untuk dibahas di meeting selanjutnya.

“Tadi dia main-main ke gudang. Gue gak tau dia mau ngapain tapi gue liat dia jatuh ketimpa lemari besi sih. Gue sempat liat,” kata Bram, staff design.

Bram yang datang terakhir itu tampak melirik Haris sebentar lalu melihat Karina yang tepat duduk di seberang.

Haris menatap Bram dengan tatapan terkejut. Apakah Bram melihat Sakura? Apakah Bram juga melihat dirinya dari gudang dan mendengar apa yang terjadi?

“Hah?” semua orang di ruang meeting terkejut mendengar ucapan Bram.

“Sakura ketimpa lemari besi? Terus? Dia gimana? Pantes aja hapenya gak diangkat. Lo kenapa gak bilang dari awal, sih?” Winter tampak begitu khawatir.

Bram cuma berceletuk singkat. “Maaf.”

“Jadi dia dimana sekarang? Lo sempat bantu dia makanya telat gabung?” tanya Mark.

Bram melirik Haris lagi sebentar lalu mengangguk.

“Dia udah diurus sama pihak safety, sih. Kelanjutannya gue gak tau.”














“Lo darimana tadi?” tanya Karina pada Haris. Haris cuma diam melangkah bersamanya di lorong menuju parkiran mobil.

Rose mengikuti mereka dari belakang sambil mendengarkan percakapan satu arah karena Haris dari tadi hanya diam.

“Ris, ngomong kek. Lo darimana tadi?” tanya Karina lagi. Sudah beberapa kali ia bertanya tapi Haris tak kunjung menjawab.

“Gue duluan,” Haris mempercepat jalannya dan segera berlari menuju mobil. Karina ditinggal begitu saja. Padahal biasanya pria itu pasti selalu menawarkan tebengan mobil walau jelas-jelas suami Karina akan menjemput Karina.

Karina cuma bisa melongo.

Winter yang berjalan jauh di belakang mereka mempercepat langkahnya.

Girls, Sakura opname di RS Columbia,” Winter tampak buru-buru.

Gadis itu menoleh melihat Karina dan Rose.

“Lo pada ikut jenguk, gak? Kepalanya cedera karena ketimpa lemari besi,” kata Winter.

“Serius?” Rose dan Karina kaget mendengarnya.

“Ya elah, gak baca grup apa? Sakura ketimpa lemari besi tua peninggalan jaman Pak Deva yang gak diganti-ganti,” kata Winter mengingatkan bahwa ada benda peninggalan atasan terdahulu yang masih menjadi aset di perusahaan.














“Mas? Kok kamu ada di sini?” tanya Karina bingung. Suaminya tak memandang Karina dan lebih memilih diam menatap ubin rumah sakit.

Karina segera duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat Sakura.

“Kamu juga gak bilang mau jemput. Tumben juga gak nelpon, kenapa?” tanya Karina heran.

Jeno menarik napas dalam-dalam. Pria itu mencoba tenang meskipun ia ingin marah sekarang juga.

Jeno tak mungkin marah. Apalagi ada beberapa teman-teman Karina.

Pria itu meraih tangan Karina seraya mendekatkan wajahnya pada telinga Karina untuk berbisik.

“Ayo kita pulang,” ucap Jeno dengan nada dingin. Karina dapat merasakan aura negatif pada suaminya sekarang.

Apa yang terjadi? Mengapa Jeno seperti itu?






4. R - ✓My Baby In Her Tummy (Jenrina)™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang