Alvin membanting tubuhnya ke atas kasur, setelah mandi dan berganti pakaian. Pria dewasa itu tersenyum kecil menatap istrinya yang juga tengah menatapnya dengan wajah tenang.
"Kenapa Mafaza? Kamu sepertinya sangat aneh menatap saya~"
"Pak Alvin..."
"Iya?"
"Pak Alvin, Faza sayang banget sama pak Alvin.."
"Saya juga..."
......
Beberapa hari setelahnya.. Alvin terdiam menatap alunan musik jawa yang indah, para penari yang menari dengan anggunnya membuat mata Alvin berkilauan. Bukan karena terpukau tapi ia hanya ingin merasakan seberapa menyenangkannya jika ia membunuh semua yang ada di teater ini dengan alunan musik yang indah itu.
Mata hitam itu begitu fokus menatap para penari itu dengan senyum menyeringai, ia melirik lampu gantung yang begitu besar dan juga di lapisi kaca.
Lihat saja pikiran jahat mulai menyelimuti otak bejatnya, ia melihat sekeliling dengan wajah santai. Tak ada yang melihatnya karena mereka terlalu fokus menatap teater.
Alvin menatap Faza sebentar yang terlihat begitu menikmati, Alvin tersenyum tipis ia mengambil sebuah tembakan berukuran kecil. Pria itu mengambil karet berukuran dan menembakkannya tepat di tepat di lampu gantung hingga membuatnya oleng. Sungguh nyaris saja tembakan itu tepat sasaran.
Faza melirik Alvin dengan wajah bingung, tak biasanya pria itu diam dengan wajah kecewa.
Mata tajam itu menatap Alvin dengan wajah datar, ia menyenderkan kepalanya di pundak Alvin dengan wajah tenang.
Alvin terdiam sebentar, ia bukannya mundur hanya ia sedang mencari waktu yang tepat hingga ketika ia melesatkan tembakan tidak akan meleset.
Saat adegan yang paling Sad dimana si pemeran pria mati dan itulah saat yang tepat. Alvin tersenyum senang sambil menembak dan....
𝘉𝘙𝘜𝘎𝘏𝘏𝘏....
Lampu gantung itu terjatuh tepat di atas pemeran utama, darah itu mengalir begitu saja membuat teriakan para penonton menggema.
Kekacauan mulai terjadi membuat hingga mereka berlarian meninggalkan teater.
Faza menatap Alvin yang terlihat begitu santai seolah tak terjadi apapun, mata indah itu menarik tangan Alvin yang masih menggenggam pistol berukuran mini itu.
"Ini apa pak suami?"tanya Faza dengan penuh penekanan namun pria berumur 40 tahun ini hanya diam dengan wajah datar.
"Tidak ada"ujar Alvin membuat Faza cemberut.
Mata itu seketika sinis menatap ke arah suaminya, bagaimana bisa Alvin bersikap demikian.
Lampu gantung itu di angkat oleh beberapa orang, terlihat jelas daging-daging segar menempel di lampu yang telah di penuhi oleh darah. Sungguh pemandangan ini begitu mengerikan apalagi keluarga korban itu menangisi pemeran utama yang menjadi korban.
Alvin tersenyum kecil, ia melipat kedua tangannya menatap korban yang sudah tewas tak berdaya. Ekor mata itu melirik ambulans dengan tatapan penuh makna.
Ia memasukan tangannya kedalam saku celana dengan wajah datar, ia segera berjalan meninggalkan Faza sendirian.
Alvin meluruskan kakinya yang terasa begitu penat, mata tajam itu menatap istrinya yang terlihat berjalan memasuki rumah, Faza segera duduk di samping suaminya dengan nafas berderu tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the devil my husband
Gizem / GerilimPersiapkan dirimu untuk mual saat membaca cerita ini! Bukan untuk bocil cengeng Jan baca cerita ini jika sedang makan😴