•° constellation 19

847 132 33
                                    

desa rahayu,april 26th, 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

desa rahayu,
april 26th, 2022.

a different way.

KEGIATAN hari ini adalah membuka pusat kesehatan di balai desa. Minimnya sarana kesehatan di desa ini cukup memprihatinkan. Puskesmas saja berjarak sepuluh kilometer dari sini. Hanya ada posyandu kecil yang berkegiatan satu bulan sekali karena sulitnya akses bagi tenaga kesehatan untuk mengunjungi desa, sehingga selama ini warga hanya mengandalkan mantri atau tabib untuk pengobatan tradisional.

Mereka melakukan medical check up sederhana untuk dewasa dan lansia, seperti cek suhu tubuh, tekanan darah, dan kadar gula darah. Sedangkan untuk anak-anak, mereka yang sudah berada di semester lima ke atas sedang melakukan tes IQ dan kematangan untuk anak usia lima sampai tujuh tahun, dan tes visual perception untuk anak usia tiga sampai lima tahun.

Selama kegiatan berlangsung, tak sedikit warga yang penasaran mengenai apa yang mereka pelajari di jurusan mereka, meminta mereka untuk membaca pikiran, bahkan menanyakan kenapa mereka mau berkuliah di jurusan yang mempelajari orang gila. Semua itu mereka tanggapi dengan senang hati. Mendengar berbagai stereotip seperti itu memang sudah jadi makanan mereka sehari-hari dan itu sangat melelahkan, namun memberikan edukasi kepada masyarakat awam jauh lebih menyenangkan.

Altair memasukkan alat tensi ke tempatnya. Dia menoleh ke arah Antares didepan sana yang sedang membujuk seorang anak untuk menyelesaikan tesnya—berhubung anak itu sangat aktif berlari kesana-kemari. Dengan sabar, lelaki itu mengikuti si anak, kemudian dia mengangkat tubuh kecil anak tersebut dan melayangkannya seperti sebuah pesawat. Anak itu tertawa lebar, hingga kembali ke tempatnya dia sudah mau untuk melanjutkan tesnya.

Altair tersenyum. Antares terlihat sepuluh kali lebih menarik disaat seperti ini. Senyum dan ketulusannya dalam menghadapi anak-anak, dengan tingkahnya yang jauh lebih ekspresif itu seolah menghilangkan kesan 'Antares-yang-sok-keren' selama Altair mengenalnya.

Sampai akhirnya kegiatan benar-benar selesai, mereka semua membereskan perlengkapan dan merapihkan seisi balai desa yang tidak terlalu luas ini. Lantas mereka berkumpul dan beranjak kembali pulang ke posko bersama-sama, berhubung divisi konsumsi sudah mengabarkan—lewat handy talkie—bahwa makanan sudah siap.

Mereka berjalan beriringan dibawah pohon rindang dan semak berlukar yang cukup tinggi, sambil sesekali menyapa warga yang sedang beraktivitas diluar.

"Kakak Al," sapa Amina yang langsung berlari menghampiri Altair, diikuti dengan Aliyah dibelakangnya.

"Halo, cantik," sahut Altair dengan ceria. Mereka berjalan bersama, Amina menggandeng tangan kiri Altair, dan Aliyah menggandeng tangan kanannya.

"Kakak, rumah kakak di kota, jauh banget dari sini?" tanya Aliyah.

"Iya, jauuuh banget,"

"Kakak punya adik gak?" Amina menyahuti.

"Gak punya. Tapi sekarang disini punya. Banyaaak banget adiknya,"

she fell first, but he fell harder.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang