bandung,
may 19th, 2022.ello, neightbour!
SHANIN berjalan keluar dari gedung fakultas sambil memeluk beberapa berkas dalam dekapannya. Flatshoes hitam itu mengantarkan langkahnya menuju taman ditengah kampus. Sepanjang jalan, ia tak luput dari pandangan orang-orang disekitar yang menatapnya penuh kagum. Sejak kepulangannya dari Kuala Lumpur, Shanin jadi perbincangan warga kampus. Bagaimana tidak, kepintaran gadis itu seolah setara dengan wajah cantik yang dibingkai rambut panjang sedikit pirang. Ekspresi default-nya yang cenderung tajam dan sinis itu justru menambah kesan elegan pada dirinya.
Di taman itu, terlihat Antares yang sedang duduk ongkang kaki seorang diri. Shanin mempercepat langkahnya untuk menghampiri lelaki itu.
"Jadi penunggu taman, sekarang?" ia bertanya sambil menempatkan diri duduk disamping Antares.
Antares tersenyum, "Sibuk amat yang udah jadi asdos," godanya. "Udah mau pulang?" ia lanjut bertanya.
Shanin hanya memicingkan mata seraya mencibir tidak suka. Statusnya sekarang yang menjadi asisten dosen sedikit membuatnya kurang percaya diri. Masalahnya, status itu ia dapatkan bukan melalui proses seleksi seperti pada umumnya. Sepulangnya Shanin dari program exchange, banyak dosen yang langsung menghubunginya—memintanya untuk menjadi asisten mereka. Meskipun setelah melalui beberapa pertimbangan, Shanin akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran salah satu dosen dari bidang Psikologi Industri dan Organisasi karena sesuai dengan minatnya.
"Buku Riggio punya gue masih ada di lo, kan? Kalau diambil sekarang bisa, gak? Gue ngikut Prof. Yuli ngisi upgrading di Amaris," Shanin berujar.
"Ada, bisa sih. Gue abis ini paling nganterin Altair dulu pulang, nanti sekalian mampir ke rumah buat ambil bukunya,"
"Yaudah kalau gitu sekalian aja sambil nganterin sekaligus ke rumah lo, gimana? Soalnya gue mau langsung kesana, udah diburu-buru nih,"
"Boleh,"
"Tapi jadinya nanti gue drop lo dirumah dong, gak apa-apa?"
"Santai, tinggal balik sini pake gojek,"
Shanin mengangguk setuju. Lantas, dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tak jauh dari tempat mereka sekarang, terlihat Altair yang sedang melakukan pengambilan gambar bersama tim Media Officer untuk pembuatan video profil kampus yang baru. Pantas saja lelaki itu tiba-tiba diam disini.
Shanin tersenyum dan menoleh pada Antares yang menatap gadis itu lekat-lekat. Memang benar bahwa hal yang paling jujur adalah mata. Dan hanya dari matanya, Shanin tahu bahwa Antares sedang menatap separuh dunianya didepan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
she fell first, but he fell harder.
FanfictionBerawal dari kesediaannya menjadi subjek praktikum untuk Antares, Altair tidak menyangka bahwa satu cuitannya di Twitter telah menjadi titik awal dari kehidupan barunya; kehidupan dimana Antares hadir di dalamnya. °• haechan ryujin alternative unive...