•° prologue

1.9K 182 1
                                    

bandung,february 25th, 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bandung,
february 25th, 2022.

prologue.

GADIS itu memasukkan beberapa buku ke dalam totebag-nya. Dia berjalan cepat mengambil sepatu didekat pintu kamar, lalu beralih menutup laptop yang semalam dia gunakan untuk menonton series. Seakan teringat sesuatu, gadis itu—Altair, kembali membuka laptop dan mencoba menyalakannya, namun layar itu tidak menunjukkan respon apapun. Ia menghela nafas. Sudah bangun kesiangan, dan sekarang laptopnya mati karna semalam lupa untuk mengisi daya.

Altair terduduk lemas di ujung kasurnya. Semangatnya menurun drastis, atau mungkin sama sekali sudah menghilang. Kalau sudah seperti ini, sebuah seruan akan terdengar.

"IBUUU, AKU GAK MAU KULIAH HARI INI," teriaknya pada sang Ibu yang berada di bawah. Selanjutnya, pintu akan terbuka dan menampilkan sosok Alpha yang bisa menangani situasi ini.

Dalam hitungan detik, pintu benar-benar terbuka. Alpha—kakaknya, memasuki kamar sambil mengelus dada melihat suasana kamar adiknya yang terlihat kacau. Bantal dan selimut tergulung di lantai, baju kotor berserakan diatas kasur, remahan kripik dan bungkus coklat mengotori meja belajar. Setidaknya, pemandangan inilah yang Alpha temui setiap kali dia ke kamar Altair.

"Kenapa sih?" tanyanya sambil mematikan jam weker yang tidak berhenti bersuara sehingga menambah kekacauan suasana pagi—menjelang siang—ini.

Altair mendongkak, menatap kakaknya dengan wajah cemberut. "Aku udah telat, laptop juga lowbatt," ia mengadu. "Hari ini aku bolos dulu ya, please bantuin aku buat bilang ke Ibu," bujuk Altair sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Jangan banyak alesan, pake laptop gue, gue bisa pake laptop Ayah," sahut Alpha seraya membereskan tas Altair dan menarik tangan gadis itu untuk keluar dari kamar.

"Ih tapi aku udah kesiangan, belum pesen gojek—"

"Bas udah nunggu dibawah," Alpha menyanggah. "Gak usah banyak alesan lagi, alesan lo gak valid semua,"

Mau tidak mau, akhirnya Altair harus mengalah dan tetap pergi ke kampus. Alpha tersenyum puas saat melihat kepergian Altair bersama Baskara—teman kampusnya—yang meninggalkan rumah dan berangkat menuju kampus.

Terpaut usia empat tahun membuat Alpha jauh lebih dewasa daripada adik perempuan semata wayangnya itu. Alpha sedang menempuh pendidikan pascasarjana arsitektur, sedangkan Altair merupakan mahasiswa semester 3 psikologi. Gadis itu memang sedang berada di fase jenuh karena perkuliahan yang semakin rumit, dan Alpha sangat mengerti rasanya. Namun Alpha tahu betul bahwa adiknya—yang penuh semangat dan punya rasa ingin tahu yang tinggi—itu dapat melewatinya. Meskipun Altair terlihat suka bermalas-malasan dan mudah jenuh, lebih jauh gadis itu cukup pintar dan ambisius, sehingga Alpha tidak mau bakat adiknya menjadi sia-sia. Selama ini Alpha cukup berhasil dalam menangani Altair dan seribu tingkah ajaibnya, hingga Ibu dan Ayah terkadang sudah tidak perlu untuk turun tangan langsung.

Di perjalanan, Baskara membawa motornya dengan kecepatan tinggi atas permintaan Altair. Meskipun berangkat kuliah dengan setengah hati, setidaknya dengan keberadaan Soto Mas Eno di kantin sudah cukup untuk menghiburnya.

"Drakooor terus, kebo kan jadinya," ujar Baskara.

Altair mengernyit sambil memukul bahu lelaki itu. "Udah gue bilang itu salah alarm!" ketusnya yang mengundang tawa Baskara.

Altair membuka ponselnya dan mendapat beberapa pesan dari teman-temannya yang sudah menunggu. Namun pesan dari Ibu cukup menarik perhatiannya.

 Namun pesan dari Ibu cukup menarik perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menghela nafas. Ternyata perannya tidak berakhir hanya sampai menemani Ibunya arisan. Gue dilibatkan dalam agenda Ibu-Ibu apalagi kali ini?

Tanpa Altair sadari bahwa setelah hari ini, hidupnya yang membosankan itu akan berubah seratus delapan puluh derajat.

Tanpa Altair sadari bahwa setelah hari ini, hidupnya yang membosankan itu akan berubah seratus delapan puluh derajat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
she fell first, but he fell harder.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang