bandung,
march 10th, 2022.the butterfly effect.
SISI tangan Altair sudah dibalut kasa setelah dibilas sebelumnya. Gadis itu cemberut, memegangi lukanya yang masih terasa panas. Antares membereskan kembali kotak P3K yang tadi dimintanya, dia beranjak berdiri lalu membawa kotak itu kepada salah satu waiters disana.
"Selain suka tantrum, ternyata motorik lo perlu latihan lagi," cetusnya ketika kembali ke meja.
Altair mencebik tak suka. "Berisik amat," ketusnya sambil mengeluarkan dompet dari tas, berhubung makanan mereka sudah habis dan Diandra serta Naresh pun terlihat sudah bersiap untuk pulang.
Sialnya, lagi-lagi tangan Altair 'tergelincir' sehingga dompet yang dipegangnya terjatuh. Gadis itu mendelik jengah, lalu dia membungkuk ke bawah meja untuk mengambilnya.
Setelah kembali mendongkak dan naik ke atas, Altair tertegun ketika melihat tangan Antares yang terjulur untuk menutupi sisi meja, seolah mencegah agar kepala gadis itu tidak terantuk meja.
Masih dengan wajah datarnya, Antares bersuara, "Udah belum?" tanyanya.
"Udah," jawab Altair pelan seraya mengalihkan pandangannya.
"Ini mas, thank you," ujar Antares pada seorang waiters sambil memberikan sejumlah uang di dalam bill holder.
Pelayan itu mengucapkan terima kasih lalu pergi. Antares memasukkan kembali dompetnya ke dalam saku celana, mengeluarkan kunci motor lalu memimpin langkah untuk beranjak keluar dari resto tersebut—menyusul Diandra dan Naresh yang sudah turun terlebih dahulu.
Kaki kecil Altair berjalan cepat, berusaha menyamakan langkahnya. "Kok gue dibayarin?" tanyanya keheranan.
"Kan gue tajir," Antares asal menjawab.
Altair berdecih, "Congkak," cibirnya pelan.
Mereka berjalan keluar resto dan melangkah menuju basement. Didepan sana Diandra dan Naresh terlihat mulai akrab, mereka mengobrol dan sesekali Naresh membuat gadis itu tertawa. Altair mulai meyakini apa yang Antares katakan tadi—bahwa tidak ada sejarahnya seorang Naresh gagal mendekati cewek, dengan kata lain mustahil bagi gadis diluaran sana untuk tidak jatuh pada pesonanya.
"Gue harus bayar gak yang tadi?" Altair kembali bertanya, memastikan.
"Kalo suruh bayar entar gue di spill lagi di twitter," sindir Antares.
Altair melotot galak, "Masih dendam aja ya nih orang," cibirnya. "Maksudnya kan yang ngedate mereka, kenapa gue jadi ikutan dibayarin cowok," dia melanjutkan.
Antares melirik gadis itu sekilas, "Jelek banget kodenya," ujarnya sambil terus berjalan menuju motor yang terparkir diujung sana.
"GUE GAK NGODE YA ANJRIT, KEPEDEAN LO. JELEK." seru Altair kepanasan sambil berjalan menghampiri Diandra yang berdiri didekat pintu mobil milik Naresh, sedangkan lelaki itu sudah berada di dalam untuk menyalakan mesin.
KAMU SEDANG MEMBACA
she fell first, but he fell harder.
FanficBerawal dari kesediaannya menjadi subjek praktikum untuk Antares, Altair tidak menyangka bahwa satu cuitannya di Twitter telah menjadi titik awal dari kehidupan barunya; kehidupan dimana Antares hadir di dalamnya. °• haechan ryujin alternative unive...