Seharian Floretta tidak melepaskan tangan Jared yang selalu ia genggam, karena masih tidak percaya bisa melihat kembali ayahnya.
Gurat lelah, mata yang tampak cekung, tangan yang mulai keriput menyadarkan Flo jika ayahnya sudah sangat tua. Berkali-kali ia mengatakan maaf dan menciumi tangan ayahnya. Keduanya kini berada di kamar tamu yang di sediakan oleh Benedict.
"Ayah, Ayo kita pergi dari sini." Jared sedikit terkejut mendengar ajakan putrinya, sebelumnya ia sudah memikirkan untuk pergi meninggalkan kota Yupei, rasanya tidak sanggup berada di tempat yang di penuhi kenangan tentang istrinya. Jared sudah berdiskusi dengan Edbert rencananya ia akan menjual mansion dan sisa properti yang di miliki untuk menutupi hutang-hutang.
Tetapi Jared masih bimbang dengan Flo, ia sangat tahu bagaimana perasaan putrinya terhadap Alexander.Melihat ayahnya terdiam, Flo sedikit gelisah. Bagaimanapun pergi dari kota kelahirannya sudah masuk dalam rencana, bahkan Flo dengan matang telah mempersiapkan segalanya.
Terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri, Jared tanpa sadar mencengkram tangan putrinya. Flo yang melihat reaksi ayahnya, mulai menduga jika ayahnya tidak ingin pergi.
"Ayah..." Flo tidak sanggup untuk mengatakan lebih jauh, meski ia sudah memikirkan semuanya dengan hati-hati dan penuh perhitungan ada satu hal yang tidak sanggup ia katakan pada Jared, Flo tidak siap melihat ayahnya akan sangat kecewa.
Flo bangkit dari duduknya berjalan mengambil tas, ia mengeluarkan tiga identitas baru kepada ayahnya.
"Ini tiga identitas baru, untuk aku, ayah dan bibi Elena. Aku sangat takut Alexander akan tetap mengganggu ayah, meski ayah terbukti tidak bersalah sama sekali."
"Bisa saja Xander berpikir bukti yang kita dapatkan adalah palsu, dan tetap menyalahkan ayah sebagai pelakunya."
"Meski keluarga Edbert bertaruh akan melindungi kita, aku tetap tidak ingin menyeret mereka. Sekarang istri Kak Ben sedang hamil, aku tidak ingin sesuatu terjadi kepada keluarga Edbert."
Jared kembali terkejut, ia bahkan tidak percaya putrinya yang selalu manja dan tidak pernah mau memikirkan hal rumit menurutnya, telah merencanakan segala hal dengan matang. Bahkan Floretta sudah memiliki tujuan kemana mereka akan pergi, dan menyiapkan segala hal yang di butuhkan untuk mereka.
Mendengar penjelasan putrinya membuat Jared berkaca-kaca ia menundukan kepala mencoba menyembunyikan emosinya. Beberapa hari tidak bertemu Flo, putrinya tumbuh menjadi lebih dewasa. Membayangkan Floretta menjalani masalah keluarga mereka sendirian, perasaan Jared bergemuruh.
"Aku hanya punya ayah sekarang."
"Baiklah, ayah setuju." Jared mulai membuka suara, ia pun mulai menjelaskan rencananya pada Flo.
"Ayah sudah meminta tolong pada Paman Edbert, untuk melelang rumah dan properti yang masih tersisa agar bisa menutupi hutang-hutang. Sisanya mungkin akan di berikan pada Xander, untuk membayar biaya pemakaman Mama mu dan gaji para pelayan. Ayah tidak ingin meninggalkan hutang budi padanya."
Floretta mengangguk setuju dengan rencana ayahnya, ia juga tidak ingin berhutang apa pun pada Xander. "Ayah dan Bibi pergilah lebih dulu, akan ada orang yang mengantar dan melindungi kalian." Jared menatap penuh protes kepada putrinya, Floretta yang mengerti ayahnya khawatir menatap kedua mata ayahnya.
"Ayah, percayalah padaku. Kita akan selalu bersama." Menghela napas pasrah, akhirnya Jared menyetujuinya meski berat ia harus mempercayai putrinya.
"Jangan memberitahu tujuan kita pada paman Edbert dan keluarganya. Aku tidak ingin mereka dalam ancaman Xander."
Jared mengangguk setuju, perkataan Flo memang ada benarnya ia sangat mengenal betul Alexander Winston seperti apa, dia bahkan mampu membuat perusahaan milik keluarga Brown yang kokoh collapse dalam waktu satu minggu. Meski ada Benedict di sisi Edbert ia tetap tidak ingin mengambil resiko yang bisa saja membuat sahabatnya dalam bahaya.**
Setelah mengantar kepergian Ayah dan Bibi Elena, perasaan Flo sedikit lebih tenang. Semua keluarga Grissham sendiri tidak setuju dengan rencana Flo, terutama Katarina sejak ia menceritakan akan pergi tanpa memberitahu tujuannya Kat sama sekali tidak mau berbicara dan menatap Flo.Benedict bahkan meyakinkan Flo jika Alexander tidak akan bisa menyentuh mereka. Tetapi Floretta tetap pada tujuannya.
Malam ini Floretta tidur bersama dengan Katarina, ia akan mencoba berbicara perlahan dengan sahabatnya. Keduanya sudah berbaring di atas kasur, bahkan Kat mulai memejamkan matanya.
"Kat..." Tidak ada respon apa pun, Flo tahu sahabatnya itu berpura-pura tidur.
"Meski kita baru berbaikan dan harus berpisah kembali, masih ada kemungkinan untuk kita bertemu kembali." ucap Flo, kedua matanya menatap lurua ke arah langit-langit kamar.
"Jika kamu menikah dan menemukan laki-laki baik hati mau menerima kekuranganmu yang sedikit aneh itu, aku pasti akan datang."
"Flo." Kat membuka matanya, dan mendudukan dirinya. Ia menatap cemberut sahabatnya tidak terima jika salah satu hobinya di anggap aneh. Memangnya apa yang aneh dari memelihara seekor tikus? Lagi pula yang ia rawat tikus putih atau albino.
Floretta hanya tersenyum, ia mendudukan dirinya dan memeluk sahabatnya.
"Sesekali kamu harus mengirim email." ucap Kat, mau di bujuk seperti apa pun sepertinya Floretta benar-benar ingin pergi. Biarlah nanti ia meminta tolong kepada Ben untuk melacak tujuan Flo.
"Tentu saja."
**
Floretta sedang duduk di ruang tunggu sebuah klinik, perasaannya sedikit gelisah dan khawatir. Ia tengah di buru waktu, sangat takut jika rencananya terendus oleh Xander."Floretta Brown." Seorang perawat memanggil namanya, Flo segera menghampiri dan ikut masuk ke ruangan dokter.
Floretta segera duduk setelah di persilahkan.
"Sebelum ke prosedur selanjutnya, pasien akan di beri waktu 30 menit untuk memikirkan ulang agar tidak ragu dan menyesal." Ucap sang dokter mulai menjelaskan, baginya ini adalah salah satu pekerjaan yang berat.
Floretta menatap dokter wanita di hadapannya dengan yakin, "Saya yakin ingin mengugurkan bayi ini."
"Baiklah, saya akan bertanya untuk terakhir kalinya. Floretta Brown apakah anda yakin akan melakukan proses aborsi ini?" Tanya sang dokter,
Floretta mengangguk mantap, tanpa keraguan sedikit pun ia memandang dokter yang terlihat sedikit kecewa.
Di kota Yupei sendiri, melakukan hal aborsi cukup di legalkan meski prosedur yang lalui cukup rumit dan memakan banyak uang."Baik, kita akan segera lakukan."
Setelah menginap satu hari di klinik, dan masalahnya telah di selesaikan. Flo segera bergegas meninggalkan klinik, seseorang sudah menjemputnya di depan klinik. Rencananya sekarang adalah pergi ke kota Lander.
Lander sendiri bukan tujuan akhirnya, karena Kota Are adalah tujuan yang sebenarnya ia hanya akan singgah sebentar di Lander untuk mengacaukan pencarian Xander.
Pagi tadi ia mendapat kabar dari Benedict jika Xander terus mengawasi Ben, ia bahkan berani membuat keributan dengan membakar salah satu gudang senjata milik Ben. Jelas saja Benedict sangat murka, untunglah Xander belum tahu keberadaanya.
Floretta telah menghabiskan setengah uang yang di sembunyikan ayahnya di ruang bawah tanah untuk memuluskan rencana pelarian, sisanya ia akan pergunakan untuk menyambung hidup. Ia sendiri masih belum memikirkan rencana bertahan hidup di kota Are. Karena melarikan diri dari Xander saja, cukup menguras pikirannya.
**
07-06-23Selamat hari rabu, semoga cerita ini bisa sedikit menghibur kalian yang lelah menjalani aktivas.
Thanks...
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru Haru
FantasyLariana memiliki ingatan tentang kehidupan pertamanya, Tuhan mungkin sedang menghukumnya sehingga ia memiliki ingatan yang utuh tentang kehidupan pertama sebagai Floretta Brown. Floretta Brown anak satu-satunya dari keluarga Brown, egois, sering men...