Bukan Pilihan

4K 451 11
                                    

Ketika Flo membuka pintu apartemen, ia sedikit terkejut jika laki-laki itu sudah menunggu di dalam, dengan santai ia duduk di atas sofa.
Tatapan tajamnya terus di arahkan kepada Floretta, sedangkan Flo sendiri terus berpura-pura masa bodoh dengan kehadiran Alexander di dalam apartemen.

Saat Flo akan memasuki kamarnya, Xander membuka suara.

"Kenapa kau membunuhnya?" tanya Xander

"Karena aku tidak menginginkannya." Floretta berbalik, menatap ke arah Xander.

"Aku dan Leila bisa merawatnya jika kau tidak menginginkannya." Xander berjalan menghampiri Flo yang tengah bersandar pada tembok di sisi pintu kamar.

Flo yang mendengar ucapan Xander, perutnya menjadi tidak nyaman seolah-olah ingin muntah. Ia mencoba menenangkan pikirannya, karena tahu menghadapi Xander butuh kesabaran dan keberanian. Flo menarik napas pelan-pelan melalui hidung, menahannya selama tiga detik, lalu menghembuskan secara perlahan

Flo mendongak, dan menatap Xander yang kini tepat berada di hadapannya. "Aku lebih memilih dia mati, daripada harus menyerahkannya kepada kalian berdua." ucap Flo tanpa beban. Suaranya begitu tenang seolah yang ia ucapkan tidak berarti sama sekali. Xander yang mendengar ucapan Flo perutnya terasa melilit sesuatu seperti sedang membakar dadanya.

"Kalian bisa membuatnya sendiri, jangan libatkan aku." lanjut Flo,

"Pergilah." Flo melambaikan tangan ke udara mengusir Xander.

Xander memegang kedua tangan Flo dan menguncinya di antara kepala. Xander menatap mata hitam milik Flo.
Floretta tidak melawan, ia membiarkan Xander melakukan apa pun yang dia mau.

"Dimana paman Jared?"

Flo tertawa ringan mendengar pertanyaan yang di ajukan Xander. "Kenapa kau menanyakan ayahku? Apakah kau tidak punya malu masih menanyakan ayahku?"

"Aku bisa melindungi dan membiayai kehidupan kalian berdua."

Wajah Flo berubah menjadi sinis, "Ucap seseorang yang telah merusak kehidupan orang lain."

"Apa itu menjadi salah satu hobimu? Menghancurkan lalu merangkulnya kembali?"

"Kau adikku." geram Xander. Sialan, ia tidak suka di pojokan seperti ini.

"Sejak kapan kita menjadi keluarga? Seorang kakak tidak mungkin menghamili adiknya sendiri." saat mengatakannya bibir Flo mulai bergetar, ia tidak pernah menyesali hubungan yang pernah terjalin dengan Xander tetapi mengingat Xander yang tidak akan pernah memilihnya lebih baik Floretta mengubur perasaannya.

Xander terdiam melihat ekspresi Flo yang menderita. "Kau dan paman akan tetap berada di sisiku."

"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu dengan satu syarat." Ucap Flo, ia tersenyum lebar. Siap kembali memprovokasi Xander.

"Tinggalkan Leila dan jangan pernah menemui atau perduli padanya? Apa kau bisa melakukan itu?"

"Floretta." Suara Xander meninggi, tangan kanannya menonjok dinding. Flo sedikit terkejut, ia yang awalnya tenang menjadi takut Xander akan melakukan sesuatu padanya. Flo menoleh sekilas melihat tangan Xander yang terluka, tetapi ia tidak perduli.
Mengambil kesempatan, Flo mendorong Xander hingga ia terbebas dari kungkungan laki-laki di depannya.

Flo memilih menjauh dari Xander.

"Tidak bisa bukan? Lalu kenapa kau sibuk mencariku hingga menyusahkan Kak Ben." Ucap Flo, ia kembali menatap Xander penuh keberanian.

"Jangan menyebutnya kakak. Dia bukan kakakmu."

"Kau, Leila dan Paman bisa hidup bersama seperti keluarga."

Haru HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang