Pergi

4K 405 12
                                    

Setelah mengetahui ia ditipu habis-habisan oleh pamannya, Alexander langsung mengejar Gene Winston, meski pamannya sudah berada di dalam sel tetapi hal itu tidak dapat menenangkan kemarahannya.
Alexander menculik pamannya sendiri, kini Gene Winston tengah duduk di kursi kematian yang Xander buatkan untuknya. Anak dan istri Gene sendiri, ia kirim ke sebuah pulau yang letaknya jauh dari negara Eighth.

Gene terus berteriak kesakitan, kakinya di tusuk berkali-kali oleh mesin kecil memiliki pisau tajam di tengahnya. Tidak hanya sampai situ saja, ia bahkan di siram air es  terus-terus an dengan ember yang berada tepat di atas kepalannya. Perkataan ingin segera dibunuh terus ia lontarkan kepada Alexander.

Alexander yang menonton pertunjukan di balik kaca satu arah yang menghadap ke arah Gene, hanya menyeringai mendengar pamannya yang meminta ingin segera dibunuh. Ia tidak akan membuat semuanya mudah bagi Gene, pamannya itu harus mati secara perlahan-lahan dengan menyakitkan.

Seseorang membuka pintu dan masuk menghampiri Xander, Kevin datang membawa informasi yang telah ia dapatkan.

Kevin menjelaskan tentang Jared Brown mengirimkan uang untuk mengganti biaya pemakaman istrinya dan gaji para pelayan. Jared telah menjual mansion beserta sisa properti yang di miliki. Itu artinya, Jared dan Flo tidak akan pernah kembali ke mansion Brown lagi.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Benedict memperketat penjagaan di mansionnya." Jelas Kevin, mengakhiri informasi yang telah ia dapatkan, tatapannya masih menatap lurus ke arah Alexander mencoba untuk mengetahui apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.

"Lakukan apa pun, agar kita bisa mengirimkan mata-mata kesana." ucap Xander.

"Bila perlu bakar gudang salah satu miliknya." lanjut Xander dengan tenang, seolah perintahnya sangat mudah untuk dilakukan.

"Itu akan memicu perseteruan." Kevin memijat pelipis, mulai mengatur napasnya. meski harus mengawasi Benedict Grissham tetapi ia selalu membuat jarak aman agar tidak terlalu menimbulkan konflik yang berat. Sepertinya sekarang Xander ingin melawan keluarga Grissham secara terang-terangan.

"Tidak masalah, dia selalu saja berani mengusik milikku."

Rahang Alexander mengeras, tatapannya di penuhi kebencian. Benedict Grissham, orang yang selalu membuat Xander sangat kesal. Dulu saat mereka kecil, kakak beradik Grissham akan selalu datang ke mansion Brown. Floretta kecil yang selalu mengikuti kemana pun ia pergi, akan meninggalkannya begitu saja dan bermain dengan kakak beradik Grissham.

Ia tidak suka seperti saat ini, Floretta bergantung kepada keluarga Grissham. Meski semua itu karena ulahnya sendiri, Xander tetap tidak ingin di salahkan. Bukankah Flo mencintainya? Seharusnya wanita itu merayunya saja alih-alih berdiri di belakang Benedict yang sudah beristri.
Alexander sama sekali tidak keberatan merawat Flo dan ayahnya, bahkan ia telah berpikir untuk mengembalikan perusahaan dan semua milik keluarga Brown. Ia akan memanjakan dan membebaskan Floretta melakukan apa pun agar gadis itu menjadi adiknya kembali.
Sejak dulu di dalam otaknya terpantri jika Floretta hanya sebatas adik bagi Xander.

Xander bangkit dari duduknya segera meninggalkan tontonan yang sudah tidak menarik baginya.

Siang ini, ia ada janji makan siang bersama dengan kekasihnya. Melihat Leila selalu mengingatkan Alexander kepada Ibunya, Leila gadis yang ceria, tangguh, ia bahkan sudah hidup mandiri tidak bergantung kepada orang tuanya lagi meski uang yang di hasilkan sangat kecil menurut Xander. Gadis itu selalu tidak ingin merepotkan siapa pun, keduanya bertemu di acara amal tahunan yang selalu di selenggarakan di kota Yupei. Xander terpesona saat melihat Leila yang menjadi model relawan di atas catwalk untuk memperagakan baju yang akan di lelang.
Hobi dan bahkan bunga kesukaannya sangat mirip seperti Ibunya, Leila sangat suka pergi ke pameran lukisan dan menghabiskan waktunya selama berjam-jam di dalam sana. Leila juga akan tersenyum lebar jika Xander membawakan Bunga Daisy di hadapannya. Mengingat tentang kekasihnya selalu membuat hati Xander meletup-letup bahagia.

**
Selama ia hidup ada dua hal yang sangat  membuat Alexander terpukul pertama kematian Orang tuanya, kedua kematian Amelia Brown, dan sekarang kabar kematian anaknya yang bahkan belum sempat menghirup udara di dunia ini tetapi sudah di lenyapkan.

"Dimana wanita itu sekarang?" tanya Xander

"Terakhir terlihat menuju kota Lander." Ucap Kevin, ia sendiri tidak menyangka Nona Brown memiliki keberanian mengugurkan bayi Tuannya. Alexander terlihat sangat murka sekarang, bahkan Ipad berisi informasi yang baru saja ia berikan sudah tidak berbentuk karena Xander telah melemparnya ke arah tembok.

"Beraninya wanita itu melenyapkan anakku." Xander berkata penuh dengan amarah, tatapannya kini menjadi lebih tajam. "Bersama Paman Jared?"

"Tidak, Nona Brown terlihat sendirian." Kevin masih tetap tenang, meski ia sudah berkeringat dingin. Jika harus memilih antara menghadapi kemarahan Tuannya atau melawan Benedict ia jelas akan memilih pilihan yang kedua.

"Aku sendiri yang akan menyusulnya, kau cari tau apakah Jared Brown masih berada di rumah bajingan itu atau sudah pergi."

"Hancurkan klinik yang berani membunuh anakku."

"Tidak bisa, klinik itu di bawah naungan organisasi. Pemiliknya istri Tuan Dean." tegas Kevin, ia sudah menyelidiki klinik itu terlebih dahulu sebelum Xander ingin menghancurkannya. Dean adalah ketua organisasi dunia bawah bernama Rales, Kevin tidak berani melawan Dean. Meski Xander juga bagian dari Rales keduanya bisa saja menjadi musuh bila menyerang satu sama lain. Jadi Tuannya tidak bisa menyentuh klinik itu sembarangan.

Alexander segera memacu mobil miliknya, amarahnya yang di tahannya beberapa hari kini memuncak terlihat dari cara ia membawa mobilnya secara ugal-ugalan tanpa memperdulikan pengemudi yang lain, beberapa bahkan ada yang memberikan sumpah serapah kepadanya.

Seharusnya ia bertindak lebih cepat, bila perlu tembak saja kepala para bedebah Grissham yang selalu menghalanginya.

**
Perjalanan menuju kota Lander berjalan dengan lancar tanpa hambatan, sepanjang perjalanan Floretta di temani dengan cuaca yang cerah. Sebelumnya ia sempat khawatir akan hujan yang selalu deras di kota ini, kota Lander memiliki curah hujan yang cukup tinggi daripada wilayah lainnya yang berada di Eighth, karena kota Lander sendiri berada di ketinggian 190 sampai 330 meter dari permukaan laut dan diapit oleh beberapa pegunungan. Meski begitu kota Lander menjadi salah kota termaju dan padat penduduk.

Sejauh ini Floretta merasa tenang, karena semua rencananya berjalan dengan baik jika di ibaratkan Film atau drama kini ia sudah memasuki tahap klimaks. Ia hanya perlu menunggu seseorang datang untuk mengakhiri ceritanya.

Saat tiba, Flo tidak langsung bergegas menuju apartemen yang sudah ia sewa untuk beberapa hari. Floretta sedang mengulur waktu.

Flo menatap latte art bergambar angsa yang ia pesan, ia hanya berani menyentuh pinggiran cangkir. Telunjuknya ia biarkan terus memutari cangkir. Flo jadi tidak ingin meminum kopinya. Dari dalam cafe Flo bisa melihat orang-orang tengah berlalu-lalang, bahkan ada seniman jalanan yang tengah bernyanyi dan dikerubuni beberapa orang. ketika kopinya sudah ia habiskan, Flo menambil sticky note dan pena dalam tasnya lalu ia menuliskan pesan singkat untuk mengapresiasi sang barista sebelum pergi meninggalkan cafe.

***
09-06-23

Saya lagi maraton nonton drama The Good Bad Mother. Kenapa perannya LDH yang sedih-sedih.

Selamat hari Jumat,

Haru HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang