Hewan Pengerat

3.6K 369 6
                                    

Selama dua tahun semenjak kepergian Floretta, pemandangan botol minum yang berserakan di atas karpet bukan hal asing lagi bagi Kevin ketika datang ke apartemen Tuannya. Bahkan Kevin sering mendapatkan panggilan dari bartender yang mengatakan jika Alexander mabuk dan sudah tidak sadarkan diri.

Menghela napas panjang, Kevin mengambil kantong sampah, ia segera membuang botol kosong yang berserakan dan membersihkan ruang tamu tersebut.

Rambut yang masih basah dan mengenakan bathrobe, Alexander keluar dari kamar lalu duduk di atas sofa. "Kau sudah datang?"

Kevin meletakan mug berisi kopi yang sudah ia buat di mesin kopi, lalu ia berdiri di sisi kiri. Ia terdiam sejenak kemudian berkata, "Orang tua nona Leila mengundang Tuan ke pesta perayaan pernikahan mereka."

"Kali ini apa lagi?" Alexander meminum kopinya dan menegakan bahunya.

"Tuan Richard akan mencalonkan diri sebagai wali kota."

"Dia juga mengatakan kepada pendukungnya, jika Tuan dan Nona Leila akan segera menikah."

"Mereka juga menginginkan Villa Summer sebagai hadiah perayaan pernikahan dari Anda."

"Huh, para tikus itu." Alexander meletakan mug dengan kasar hingga menimbulkan suara yang keras.

Alis Alexander terangkat sedikit bertanya-tanya apakah dia telah menjanjikan hal seperti itu.

"Karena opini publik mengatakan, Anda membeli properti Tuan Jared untuk Nona Leila dan Keluarganya." Jelas Kevin.

"Tetapi anda tidak kunjung memberikan apa pun, sehingga Tuan Richard memintanya sebagai hadiah pernikahan."

Meski Alexander telah membeli semua properti yang di jual Paman Jared, ia tidak berniat untuk memberikannya kepada Orang tua Leila atau Leila sendiri.

Semua properti itu akan ia kembalikan kepada Paman Jared. Sekalipun Paman Jared menolaknya, Alexander akan lebih memilih menyumbangkan semuanya daripada memberikannya kepada orang lain.

Alexander mendesah "Berikan salah satu ruko yang berada di jalan Panna."

Panna merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang berada di kota Yupei, harga ruko di sana setara dengan gaji Kevin selama satu tahun.

Kevin hanya mengangguk mengerti, ia tidak berhak memberikan saran atau pun berkomentar kepada Tuannya. Secara pribadi Kevin tidak menyukai keluarga Leila yang seperti hewan pengerat. Bulan lalu dengan lancangnya mereka meminta agar anak sulungnya di ikut sertakan dalam proyek pembangunan pemerintah, dan sekarang mereka meminta Villa mewah meski Alexander menggantinya dengan sebuah Ruko tetapi nilai Ruko itu tetap akan membuat hidung Tuan Richard kembang kempis karena bahagia. Beberapa kali Kevin bahkan harus menyelesaikan kekacauan yang di buat keluarga itu, entah sampai kapan Tuannya akan tetap diam dan menuruti semua kemauan Keluarga Richard.
Jatuh cinta memang selalu sepaket dengan kebodohan. Ingatkan Kevin untuk lebih berhati-hati memilih wanita.

Seperti yang Kevin duga, awalnya Tuan Richard kecewa tidak di berikan Villa Summer tetapi ketika Kevin berkata Alexander memberikan salah satu Ruko di Panna wajahnya seketika berbinar penuh kebahagian menghiasi laki-laki tua yang cukup tambun itu.

"Katakan kepada Alexander, aku menerima dengan senang hati hadiah kecil yang dia berikan."

Sang Notaris yang di bawa Kevin cukup terkejut mendengar ucapan Tuan Richard. Semua orang pasti sepakat dengannya jika memberikan salah satu Ruko di Panna bukanlah hadiah yang kecil. Sang Notaris melirik melalui ekor matanya untuk mengetahui reaksi Kevin, laki-laki itu hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Sungguh pengendalian diri yang hebat.

"Baiklah, aku menunggu kedatangan Alexander nanti malam."

"Baik Tuan." Kevin segera beranjak dari duduknya, setelah berpamitan ia segera melangkah keluar di ikuti oleh sang Notaris dari belakang.

**
Untuk menghargai Leila, Alexander tetap bertahan meski orang-orang yang mendekatinya cukup memuakkan dan selalu berbicara omong kosong.

Entah harus bertahan berapa jam lagi Alexander di pesta orang tuanya Leila.
Setiap kali ia akan keluar melalui pintu lain, Leila akan datang menghampirinya tersenyum manis dan memohon agar Alexander tetap di pesta karena orang tuanya ingin mengenalkan ke beberapa kolega.

"Aku akan pergi merokok sebentar."

Meski enggan melepas Alexander, akhirnya Leila mengangguk setuju.

Alexander segera pergi ke arah balkon, merokok hanya alasan saja agar ia bisa keluar dari pesta bahkan ia tidak membawa rokok karena tertinggal di kantor.

Ia menyenderkan tubuhnya pada sebuah pillar lalu memejamkan kedua matanya. Tetapi saat seseorang mengucapkan namanya, ia kembali membuka mata dan berusaha mendengarkan orang yang tengah membicarakannya.

"Ayahku mendapatkan sebuah Ruko di Panna dari Alexander."

Alexander sangat memgenal kedua orang yang tengah membicarakannya, itu adalah Tommy anak sulung Richard serta temannya.

"Benarkah?"

"Si bodoh Winston itu akan selalu memberikan apa pun untuk menyenangkan Ayahku."

"Tetapi Alexander masih melakukan pencarian terhadap Floretta dan Ayahnya."

Mendengar nama Floretta disebut tubuhnya menegang,

"Ahh Jalang itu, Ayahku tahu keberadaanya. Ternyata kepergiannya atas campur tangan Dean."

Kedua tangan Alexander mengepal, jadi begini rasanya dikhianati orang terdekatnya,  Dean memang tidak masuk ke dalam daftar orang yang harus di curigai. Alexander tidak habis pikir kenapa Dean membantu Floretta, apakah keduanya memiliki hubungan di belakangnya? Tetapi itu tidak mungkin karena Alexander sangat tahu bagaimana Dean sangat mencintai istrinya.

"Ayahku akan memanfaatkan hal itu, agar Dean dan Alexander bermusuhan."

"Dean selalu menentang keikut sertaan kami dalam proyek apa pun."

Setelah itu keduanya berlalu hingga tertawa ringan, entah apa yang mereka bicarakan Alexander tidak dapat menangkap semua pembicaraan keduanya.

Yang jelas wajah Alexander berwajah merah karena marah, meski ingin menyalahkan Dean tetapi ia harus tetap mendengarkan alasan dari temannya. Sebaiknya ia harus mencari tahu dulu kenapa Dean membantu Floretta.

"Alex, apa kamu disini?" suara Leila yang memanggilnya terdengar oleh Alexander.

"Aku disini." Alexander keluar dari balik pillar lalu menghampiri Leila.

"Disini dingin seharusnya kamu jangan keluar." Ucap Alexander, dia melepas jasnya dan memakaikannya kepada Leila.

"Terima kasih." Leila tersenyum senang dengan perlakuan kekasihnya,

Kini keduanya tengah duduk di bangku kosong tempat dua orang tadi membicarakan Alexander.

Leila menyenderkan kepalanya di bahu Alexander. Aroma woody menyeruak masuk ke dalam penciuman hidung Leila.
Ia sangat menyukai bau parfume Alexander, terasa hangat dan sangat segar. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak berduaan, setiap kali Leila mengajak Alexander bertemu kekasihnya itu akan mengatakan jika dia sedang sibuk, sekalipun mereka bertemu belum tiga puluh menit Leila sudah ditinggalkan begitu saja. Leila kira Alexander sudah berubah tidak mencintainya lagi, tetapi setelah mendengar Alexander memberikan sebuah ruko untuk hadiah pernikahan orang tuanya Leila sangat bahagia.

Semenjak ia memiliki hubungan dengan Alexander, Ayahnya tidak mengacuhkannya lagi bahkan Ibu tirinya tidak lagi bersikap ketus pada Leila.

Leila hanya anak dari istri kedua Richard, kehadirannya selalu saja di anggap menjijikan dan aib. Jadi ia sangat menikmati ketika keluarganya sekarang berperilaku baik, meski di belakangnya tetap membicarakan hal buruk tentang Leila.

Selama ada Alexander, Leila yakin hidupnya akan baik-baik saja. Dia bersumpah tidak akan pernah melepaskan Alexander.

**
14-06-23

Maaf ga bisa double up, sudah tiga hari saya sakit.
Kemungkinan up date lagi minggu atau senin.

Terima kasih untuk yang udah baca, vote, komen ❤❤❤

Haru HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang