Dua bulan berlalu Floretta masih menjalani harinya seperti biasa, meski Alexander sudah mengetahui keberadaanya tetapi laki-laki itu tidak datang menghampiri atau mengusiknya sama sekali, bukannya Floretta bersyukur akan hal itu yang ada Floretta semakin waspada dan gelisah.
Floretta jadi mengingat saat Vivi dan Dean datang mengunjunginya, mereka sempat berbincang mengenai Alexander.
"Alexander berada di Heiz."
Floretta menatap ke arah laki-laki yang baru menarik kursi di depannya lalu mendudukan dirinya.
"Sepertinya Kevin yang ditugaskan mengawasimu langsung."
Floretta masih diam menunggu semua informasi yang akan diberikan Dean.
"Dia membatasi semua pergerakan yang dilakukan..." Dean menjeda sejenak ucapannya, laki-laki itu sedikit kebingungan bagaimana menjelaskan kepada Floretta jika sekarang Alexander memperketat gerak-geriknya sehiga Dean sangat kesusahan mencari informasi apa yang tengah direncanakan Alexander.
"Aku mengerti." Mengangguk paham, Floretta mulai mengerti jika Alexander tengah berhati-hati terhadap Dean. Alexander tidak mungkin ceroboh untuk yang kedua kalinya.
"Sepertinya dia merencanakan sesuatu yang buruk."
"Apa tidak sebaiknya kau melarikan diri lagi?"
"Dan berakhir menyusahkan kalian?"
Kalian yang dimaksud Floretta adalah Dean, Vivi dan juga Isaac jika Floretta melarikan diri kali ini mungkin kemurkaan Alexander terhadapnya akan di arahkan kepada mereka yang tidak bersalah sama sekali dan Floretta tidak mengharapkan itu. Sepertinya untuk melarikan diri kali ini akan lebih sulit."Aku bisa mengatasinya. Firasatku mengatakan dia akan melakukan hal yang gila." Tentu saja Dean sangat tahu bagaimana Alexander, dia akan melakukan apa pun agar tujuannya tercapai.
"Ayah dan Elena sudah tua." Floretta mendesah, dia sudah pernah memikirkan untuk meninggalkan Are tetapi rencananya urung ketika mengingat Ayah dan Bibi Elena yang sudah tua, Floretta pernah membicarakan rencananya kepada keduanya tetapi Bibi Elena menolak untuk ikut dia lebih memilih untuk tinggal di panti jompo tentu saja Floretta menolak dengan tegas dia tidak ingin sesuatu terjadi kepada Bibi Elena saat dia dan Ayahnya melarikan diri.
"Temanmu itu memang gila." ucap Vivi yang ikut bergabung duduk di sebelah Dean.
"George sudah tidur?" Tanya Floretta.
"Sudah, mungkin karena tadi siang sangat aktif dia lebih cepat tidur."
"Jadi apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak ada."
"Tidak ada?" Vivi memastikan apa yang di dengarnya barusan, mengulang kembali apa yang Floretta ucapkan.
Floretta mengangguk.
"Kau yakin? Orang yang kau hadapi adalah Alexander, aku lebih setuju jika kau meninggalkan Eighth saja."
Belum sempat Floretta menjawab, Vivi sudah menimpali kembali "Dan jangan pernah berpikir Alexander akan menyakiti kami, dia tidak akan berani melukai kami seujung kuku pun."
"Yang lebih mengkhawatirkan itu dirimu, Aku lebih takut kami tidak bisa melindungimu."
"Alexander itu sangat licik."
Floretta mengangguk setuju, tidak bisa membantah sama sekali ucapan Vivi. Dia sendiri kebingungan, Flo tidak memiliki kekuasaan atau pun uang untuk melawan Alexander.
**
"Ada apa?"
Floretta terkejut ketika bahunya disentuh. kedua matanya menatap ke arah Naina yang berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru Haru
FantasyLariana memiliki ingatan tentang kehidupan pertamanya, Tuhan mungkin sedang menghukumnya sehingga ia memiliki ingatan yang utuh tentang kehidupan pertama sebagai Floretta Brown. Floretta Brown anak satu-satunya dari keluarga Brown, egois, sering men...