Kota Are

3.7K 384 5
                                    

Kota Are selalu menjadi tujuan wisata penduduk lokal dan turis. Pertumbuhan perekonomiannya berpusat pada pariwisata, perdagangan dan jasa.

Meski tidak ada gedung-gedung tinggi seperti di Yupei dan Lander, tetapi Are memiliki fasilitas publik yang cukup lengkap mulai dari bandara international sendiri, tiga pelabuhan laut, kebun binatang terbesar, dan beberapa tempat hiburan lainnya. Minimnya angka kriminalitas yang terjadi di kota Are, membuat Floretta memutuskan tinggal di Are.

Floretta mengelus perutnya yang membesar, menurut dokter perkiraan waktu melahirkan dua hari lagi. Ia sangat bersyukur selama kehamilan tidak mengalami morning sickness atau pun mengidam sesuatu yang sulit. Ia tidak ingin menyusahkan ayahnya atau pun Bibi Elena.

Tetapi ia pernah mengidam yang sangat sulit, Floretta sangat ingin melihat Alexander. Ia merindukan laki-laki itu.

Setelah mengatakan keinginannya kepada Vivi, wanita itu segera membantu mengatur rencana agar Dean memiliki pertemuan dengan Alexander, Vivi akan duduk di samping Dean serta melakukan Video Call dengan kamera di arahkan kepada Alexander tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Meski Vivi sempat mengumpat, tetapi ia cukup maklum dengan keinginan Ibu hamil.

Awalnya Floretta menolak, karena Vivi mempunyai bayi yang baru saja di lahirkan dua bulan lalu pasti sangat sibuk. Mendengar keduanya berdebat di telepon, Dean menengahi jika ia akan melakukan pertemuan itu di rumah saja.

Ketika melihat wajah Alexander di layar ponselnya, air mata Floretta keluar begitu saja dari kelopak matanya. Alexander yang biasanya terlihat memukau, kini terlihat begitu menyedihkan kantung mata yang begitu tebal, rambut yang tidak di tata seperti biasa, bahkan Floretta juga melihat wajah Xander yang kini di penuhi kumis meski tipis seingatnya Xander tidak suka wajahnya di penuhi rambut tipis seperti janggut atau pun cambang. Dan Suaranya begitu parau dan serak entah karena kurang tidur atau terlalu banyak minum alkohol.

"Ana." Panggilan itu membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan, Flo menoleh.
Laki-laki berkulit putih pucat dan mata hitam yang pekat dengan otot-otot yang bersembunyi di balik kemeja tipis, ia berdiri miring menyenderkan tubuhnya pada bingkai jendela dengan satu tangan di sakunya ekspresinya begitu lesu, seolah-oleh seseorang telah mengambil hal berharga di dalam hidupnya.

Ana adalah nama panggilan yang dia gunakan di Are, tetapi hanya untuk orang-orang terdekat saja.
Saat membuat identitas palsu, Floretta lebih memilih untuk kembali memakai nama Lariana. Ia ingin Lariana menjalani hidupnya dengan bahagia dan tidak kesepian lagi.

"Vivi sedang dalam perjalanan menuju kemari."

"Dia ingin menemanimu melahirkan,"

"Oh Tuhan." Floretta mengerang frustasi, tidak habis pikir dengan Vivi. Wanita itu memiliki bayi, bukankah bayi yang baru lahir sangat rentan dengan penyakit.

"Dean dan Ibunya saja angkat tangan, tidak bisa melarang."

"Tenang saja, Vivi dan bayinya akan menunggu di rumah." lanjutnya, Laki-laki berkemeja putih itu berusaha menenangkan Ibu hamil yang kini sedang memijat pelipisnya.

"Dia mengatakan harus ada ketika calon menantunya lahir." 

Floretta menghela napas panjang, tidak tahu harus berkata apa lagi tentang Vivi.

"Ana."

Floretta menggeleng, lebih memilih menatap kebun sayurnya yang tengah di siram oleh ayahnya.

"Ayo sematkan nama keluargaku di belakang nama anak kita."

Floretta terdiam sesaat, sebelum menjawab.

"Tidak Isaac, Menggunakan namamu sebagai Ayahnya saja sungguh sangat membebaniku."

Haru HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang