١٧.

2K 176 119
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

*******
"Jika kamu telah memiliki sesuatu yang indah, maka jangan lah mencari yang lebih indah sehingga kamu kehilangan keduanya"
-Guru Zuhdi-

*******
Keesokan harinya pun tiba, kini mereka semua sudah berkumpul didepan rumah Alya dan daffa.

"Bang Hairy mana?"tanya Bela.

"Hairy nanti nyusul, dia ada kerjaan yang harus diselesaikan."Jawab Daffa.

"Ini udah semua?"tanya Alya.

"Udah Al, tinggal berangkat aja."

Alya mengangguk." Yaudah kita langsung berangkat aja takut ketinggalan pesawat nanti."ucap Alya.

Mereka pun langsung masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan mereka
Kebandara, dengan Ning Safa yang duduk disamping supir, Anin, Adel, dan Bela yang duduk dikursi tengah, Alya dan Daffa yang duduk dikursi belakang atas keinginan Daffa.

Dengan lirikan pelan Anin menatap kebelakang dimana Alya dan Daffa duduk,"Adel."Bisik Anin.

"Hm"

"Lihatin tuh pasangan belakang, heran gw bucin mulu dari kemaren, kaga bosen napa ya." Ujar Anin berbisik.

"Bilang aja lo iri." Balas Adel menatap Anin dengan tatapan mengejek.

"Gw iri, sorry engga ya."

"Nih, nonton Upin Ipin aja kalian biar diam sampe Bandara."Ucap Bela menyerahkan ponselnya yang tengah menayangkan film dua botak itu.

Dan benar saja sampainya mereka dibandara, mau Anin ataupun Adel tidak ada yang membuka suara mereka hanyut dalam dunia mereka berdua.

Tanpa menunggu lama, mereka langsung saja masuk kedalam pesawat yang akan menghantarkan mereka ke Jakarta.

"Kamu siap?"tanya Daffa kepada Alya yang tengah menatap awan diluar sana.

Tanpa mengalihkan pandangannya, Alya tersenyum tipis,"apa lagi alasan aku buat engga siap." Ujar Alya menatap Daffa.

Daffa mengangguk diiringi oleh senyum tipis,"sayang." Panggil Daffa.

"Hm"

"Sekarang aku engga tau gimana perasaan kamu sama aku, apakah sudah ada aku dihati kamu?atau masih diisi oleh laki-laki lain."Tutur Daffa menatap dalam mata Alya.

"Namun, yang pasti. Saat ini kamu adalah ratu disini." Daffa langsung mengambil tangan Alya  mengarahkannya tepat didada Daffa yang dimana tempat hatinya berada.

Alya hanya diam, dengan tatapan penuh arti menatap Daffa,"maaf." Cicit Alya nyaris tak bisa terdengar.

Dengan tersenyum tipis Daffa langsung membawa tubuh mungil Alya kedalam dekapannya,"kamu engga salah, kenapa harus minta maaf?" Tanya Daffa dengan tangan yang tak ada henti-hentinya mengelus kepala Alya lembut.

"Maaf." Lagi-lagi kata itu yang Alya ucapkan.

"Nanti kalo udah ada aku didalam sana, tolong bilang ya." Ucap Daffa mengalihkan pembicaraan mereka.

"Maaf." Daffa menghela nafasnya lirih.

"Berhenti bilang maaf, atau----"

"Atau apa?"

"Atau-----"

Dengan perlahan Daffa mendekatan wajahnya kepada Alya, dengan sepontan pun Alya langsung memundurkan tubuhnya,"m-mau apa kamu?"ucap Alya gugup.

"Takut, hm"

"BUCIN TERUS." Ujar Anin dan Adel secara bersamaan, yang langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada didalam pesawat.

JAWABAN DOATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang