Lullaby 4

65 12 4
                                    

Sarada tampaknya cukup bahagia saat ini. Kehidupan kerajaan ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan. Hidangan disini sangat lezat dan jauh lebih sehat dari makanan di zamannya. Udara yang segar tanpa polusi sedikitpun membuatnya merasa lebih sehat.

"Wah Sarada, bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik kan?"

Sarada sedikit lupa dengan wanita cantik yang menghampirinya ini. Dia adalah Ratu kerajaan ini, kakak iparnya yang memiliki ciri fisik yang mirip dengannya.

"Ya-yang Mulia Ratu, kan?"

"Kau biasa memanggilku kakak."

"Baiklah.."

"Hm, aku penasaran apa Mitsuki sudah menulis pesan dengan benar."

"Pesan apa?"

"Dia tidak memberitahumu? Dia meminta orangtuamu datang kemari sejak kau siuman."

Tatapan Sarada merendah. Benar juga, ia tidak tahu apakah disini ia punya orangtua atau tidak.

"Begini kak, apakah aku dan Putra Mahkota saling mencintai?"

"Mengapa bertanya begitu?"

"Karena dia sangat menyebalkan. Bagaimana bisa aku menikah dengan orang seperti itu?"

"Mitsuki memang begitu tapi aku bisa melihat cinta di matanya sejak kami dan orangtuamu menjodohkan kalian."

Perjodohan... aku benci...

"Aku yakin sebenarnya Mitsuki itu sangat mencintaimu."

"Aku tidak yakin."

"Percayalah, kakak iparmu ini selalu berkata benar."

...Lullaby...

Di taman ada sebuah kolam ikan yang cukup luas, tempat kesukaan Putra Mahkota menghabiskan waktu dengan membunyikan biola sampai menjelang siang.

Sementara itu Sarada lebih suka bermain air tak jauh darinya. Sebelumnya ia sempat mendengar kata salah satu pelayan bahwa saat Putra Mahkota sibuk menggesek dawai biola maka tak seorangpun boleh mengganggunya.

Lihatlah gayanya yang sok anggun itu. Dia lebih mirip badut.

"Hey Mitsuki, suara biola itu membuat ikan-ikan takut!"

"Itu karena kau mengganggunya."

Sarada mendengus kesal. Bahkan pria ini tidak menatapnya bahkan semakin menggesek dawai biola nya yang membosankan.

"Maaf Yang Mulia, ini mendesak. Raja dan Ratu Kerajaan Timur telah tiba."

"Dimana kedua kakakku?"

"Yang Mulia Raja dan Ratu sedang mengadakan pertemuan di negeri seberang."

"Baiklah, aku kesana."

Sarada girang suara biola itu berakhir, tapi ia masih belum bebas dari pengawasan Mitsuki.

"Ikutlah denganku."

"Tidak."

"Orangtuamu datang."

"Eh, apa?"

...Lullaby...

Decak kagum sepanjang mata memandang. Interior bangunan yang belum ia kunjungi ini sangat mengagumkan.

"Salam hormat saya ayah, ibu."

"Nak, tegakkan tubuhmu."

Mitsuki menegakkan tubuhnya kembali. Pria ini sangat lah sopan kepada kedua mertuanya. Sementara itu Sarada terpaku sejenak menjumpai siapa yang ada di hadapan suaminya saat ini.

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang