Lullaby 6

67 11 18
                                    

"Mau kembali?" Tanya Mitsuki memecah hening.

"Tidak."

Sarada mulai duduk disebelahnya. Alam disini masih asri tanpa polusi, mustahil ia memutuskan untuk secepatnya pergi. Suaminya juga terlihat senggang karena Raja dan Ratu ada di tempat.

"Apakah ada pesan dari Mama dan Papa?"

"Tidak."

"Kurasa mereka membenciku. Memangnya apa salahku?"

"Itu hal wajar sebagai bentuk keikhlasan orangtua melepas anak gadisnya."

"Itu sama sekali tidak wajar! Mengapa hanya aku? Orangtua lain tidak seperti itu!"

"Benarkah?"

"Dasar, laki-laki memang tidak tahu apa-apa."

Mitsuki tak terlalu mendengarkan. Kedua mertuanya adalah orang baik dan sebagai orangtua yang baik tentu mereka tidak akan memperlakukan putrinya seperti itu. Ya, hanya Sarada yang memiliki orangtua baik namun tega mengabaikan putrinya sendiri.

Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput dan hewan-hewan kecil melengkapi suasana tenang ini. Jarang sekali ada pohon besar tapi karena matahari tidak terlalu menyinari area ini, sampai menjelang siang udaranya masih saja sejuk.

"Ayo pulang!"Pekik riang Sarada.

"Sudah puas?"

"Oh, ternyata ada yang tidak ingin kembali. Apa perlu kita dirikan tenda disini?"

"Untuk apa?"

"Sudahlah, kau terlalu banyak bertanya."

Tanpa pengawalan, benar-benar hanya berdua. Ini pengalaman pertama bagi Mitsuki karena sebelumnya sosok Sarada yang ia kenal bahkan enggan meninggalkan istananya. Dalam diam ia kagum bagaimana cara Sarada menikmati kegiatannya dan raut bahagia di wajahnya meski Sarada masih sering berbicara ketus.

...Lullaby...

Melupakan sedikit keributan kecil semalam. Boruto nampaknya telah menemukan kesenangan baru di istana. Sejak pagi-pagi buta ia sudah keluar menyiram tanaman bunga milik Ratu lalu dilanjutkan dengan olahraga ringan.

"Hey, sedang apa Putra Mahkota kita?"

"Entah, itu seperti gerakan pemuja setan."

"Hush, kecilkan suaramu! Bagaimana kalau didengar."

Para pelayan disini memang aneh. Dengan bisikan keras ini tentu saja mudah ditangkap oleh telinga tajam si pangeran rambut kuning.

"Yang benar saja mereka itu." Gerutu Boruto dengan alis berkedut.

Kendati demikian itu tak mampu membuatnya berhenti sampai suara Sumire mengalihkan perhatiannya.

"Oh sayangku, aku sangat merindukanmu!" Pekik wanita sambil setengah berlari ke arahnya.

"Loh, ada apa dengannya? Dia menemuiku?" Ucap pelan Boruto. Perlahan Sumire tampak merentangkan tangan hendak memeluk, membuat Boruto gugup di tempat.

Bagaimana ini? Hatiku belum siap, mustahil aku menghindar karena ada banyak orang.

Ia pasrahkan semuanya. Memeluk seorang wanita bukanlah hal buruk kecuali jantungnya yang mungkin takkan tahan karena ini akan menjadi yang pertama kalinya.

"Oh dunia, adios..." Pasrah Boruto bersiap-siap, namun....

Wush!!!

Sumire berlalu disampingnya. Bukan dia yang disambut oleh istrinya tapi seorang Putri bermata biru saphire di belakangnya.

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang