Kira-kira sudah tiga hari sejak acara itu diselenggarakan. Boruto dan Sumire belum lagi bertegur sapa. Hubungan antar keluarga jadi sedikit renggang, membuat Boruto semakin bingung harus berbuat apa. Berbagai ingatan buruk mengenai perannya terus menghampiri. Setiap hari ia harus menahan amarah dan rasa jijik atas punca masalah yang sedang ia hadapi. Tak seharusnya ia dan Sarada menanggung akibat dari perbuatan yang tidak mereka lakukan namun untuk melanjutkan hidup di negeri asing ini mereka sekali lagi harus berpisah demi menjaga hati pasangan masing-masing.
Keadaan semakin buruk karena sekeras apapun usaha nya mendapatkaj kembali hati Sumire, wanita itu hanya berpaling lalu mengacuhkannya. Keluarga nya juga takkan berbaik hati lagi padanya bila Sumire belum juga memaafkan segala kesalahan baik di masa lalu maupun yang baru terjadi. Sumire adalah wanita kuat yang meski disakiti berulang kali ia tetap mempertahankan rumah tangga nya dengan susah payah tak peduli gempuran pihak Barat yang memintanya untuk bercerai. Baik demi cinta yang tertanam dalam di hatinya maupun aturan kuno yang mengharuskannya menerima pria dari Utara sebagai pasangan, Sumire sungguh tak pantas mendapatkan perlakuan buruk dari siapapun.
"Putra Mahkota Utara dan Putri Mahkota Selatan adalah orang jahat. Apa yang harus ku lakukan?" Gumam Boruto sambil memandang atap runcing kastil di balik kabut, tempat dua insan berdosa melakukan kemaksiatan.
...Lullaby...
Istana tentunya tak pernah sepi. Semua masih lengkap, hanya saja Boruto merasakan sepi luar biasa. Tadinya ia bersikap biasa saja dengan realita hidup yang ia jalani. Mengikuti alur apa saja yang terjadi termasuk menerima Sumire sebagai istrinya meski tanpa cinta. Ayolah, siapa yang mau mencintai wanita asing yang tiba-tiba datang di hidupmu? Terlebih dia berstatus sebagai istri seseorang dan Boruto memerankan peran suami tanpa tahu apapun. Ini lucu, Boruto si playboy mendadak menjadi pria beristri di zaman kerajaan klasik lalu menjadi calon ayah tak lama lagi. Jika benar dia tidak mencintai Sumire, lantas mengapa ia harus galau dalam kehampaan?
Benar, orang ini jatuh cinta padanya. Hanya tak bisa mengatakan dan tentu sulit mengungkapkannya di situasi saat ini. Ia hafal betul wanita yang terluka hatinya takkan mudah diiming-imingi kata cinta. Dengan tindakan apapun sekalipun harus jungkir balik itu takkan menyelesaikan masalah. Terutama ini masalah serius yang menyangkut harga diri dan dosa besar.
"S-sumire, kau sudah makan? Anu... kau harus banyak makan agar..."
Plung!!!
Boruto melempar batu ke kolam taman. Sudah sekian kali ia melempar batu usai bermonolog tak jelas.
"Apa itu tadi? Hey, ini zaman klasik!Sumire takkan percaya pada air mata buaya!" Gumam Boruto frustasi.
Wahai rembulan, sinari mimpi indah cintaku...
Bintang, sampaikan padanya bahwa aku sangat menyayanginya...
Kuucapkan doa terindah untuknya yang telah mengisi hatiku..."Lagu itu terngiang lagi."
Plung!!!
Bayangan diri bergelombang di air. Masih terlihat tampan tapi karena ini wajah yang hanya mirip dengannya, ia sangat benci.
"Mengapa setiap dirundung masalah selalu terdengar lagu itu? Kau menyukainya? Tidak mungkin! Orang sepertimu pasti lebih suka genderang perang!"
Srak!
Suara rumput terinjak dari balik tubuhnya. Seperti tidak jauh namun tak ada siapapun selain dirinya.
"Kepala pelayan? Siapa disitu?"
Mungkin hanya perasaanku. Batin Boruto kembali mematap air.
Di belakangnya ada dinding kokoh semacam pagar antara taman terluar dengan area paviliun Putra Mahkota. Sumire ada disana, mengintip suaminya yang tengah meracau. Tidak jelas apa maksud setiap kalimatnya, hanya saja suami jahatnya kian aneh. Kendati demikian ia tidak masih tidak ingin bersuara dengannya agar sakit hatinya tak bertambah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby
Fiksi PenggemarDeskripsi : Cover by me! Hairstyle : Mitsuki ( Alto Goldfield from Kinso no Vermiel ) Uzumaki Boruto ( Funato Ikada from Boruto Naruto Next Generation on Funato arc ) Kakei Sumire ( Kurokawa Akane from Oshi no Ko ) Uchiha Sarada ( Uchiha Izumi from...