Lullaby 12

65 12 4
                                    

Plak!!!

Tertampar sekian kalinya. Tidak ada para undangan yang mengetahui masalah tadi selain keluarga yang bersangkutan. Pihak Kerajaan Barat mengirim surat protes pada Kerajaan Timur atas kelakuan tak terpuji putri mereka.

"Kurang ajar sekali anak ini!!! Tak puaskah kau mencoreng nama baik orangtuamu ini, hah?!!"

"Hiks...hiks... Mama, sungguh aku tak berniat begitu.. hiks... aku dan Boruto-"

Plak!!!

"Sudah kuduga kau hanya berpura-pura lupa ingatan!!! Benar-benar menjijikkan!!!"

Sarada yang tersungkur keras di lantai terus meminta pengampunan. Apapun yang ia katakan tidak ada yang mau menerima. Disaat orangtuanya sama sekali tidak mengampuninya, ada Mitsuki yang tak berdaya di sudut ruangan. Sesuai perintah Raja Kerajaan Timur, semua orang dilarang membela dan membantu Sarada tanpa terkecuali. Mitsuki tidak bisa keluar dari ruang pesakitan ini agar ia bisa melihat amarah mertuanya sebagai bentuk rasa bersalah karena gagal mendidik Sarada menjadi wanita yang bisa menjaga kehormatannya.

"Hiks...hiks... Mitsuki, percayalah padaku!! Tidak ada hubungan apapun antara aku dengan dia!! Kami hanya-"

Plak!!!

"Hentikan omong kosongmu!!! Kau terlalu sering menyakiti suamimu!!!"

Orangtua mana yang hancur mengingat rentetan perilaku buruk anak mereka. Penghianatan dan perselingkuhan adalah dua kesalahan yang sulit diampuni. Mereka yang melakukan pasti akan dihukum berat namun sekali lagi, mereka menutupi ini dari publik, menghukum anak-anak mereka dengan keras bertujuan kelak mereka akan berubah. Berusaha terus percaya bahwa tiada yang mustahil tapi setiap hukuman itu harus mereka lakukan, sekali lagi keyakinan itu membuat semua hati merasa pesimis.

"Ibunda, hentikan. Dia tanggung jawab saya. Biar saya yang menghukumnya... saya mohon."

"Mitsuki, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kegagalan kami. Kau selalu memperlakukan Sarada dengan baik, tapi anak ini..."

Duagh!!!

"Aaarghh!!!"

Sarada menjerit keras menerima tendangan yang mengenai dahi nya.

"Sekali pun anak ini tidak pernah memperlakukanmu dengan baik! Hiks... kami malu mengakuinya sebagai putri kami... hiks...hiks. Sementara kami akan membawanya ke istana timur..."

"Ibunda, jangan bawa Sarada pulang. Saya juga kecewa tapi... saya tidak bisa jauh darinya."

"Tapi-"

"Mungkin sampai saat ini Sarada belum bisa mencintai saya, tapi saya yakin suatu saat hari itu pasti datang."

...Lullaby...

Hal serupa juga terjadi di Kerajaan Utara. Beberapa saat yang lalu Boruto mendapatkan amukan keras dari ayah mertuanya. Ada beberapa luka di wajah dan bagian tubuh lainnya tapi ia tetap diam menerima akibat dari masalah yang tak pernah ia lakukan. Sejak acara selesai, semua anggota keluarga tidak ada yang mau bertegur sapa dengannya. Di kamar ada Sumire yang menangis frustasi melempar segala barang. Ibu dan adiknya juga tak kalah menangisi kesialan hari ini.

"Salam hormat, Putra Mahkota." Ucap kepala pelayan.

"Jangan memberi hormat pada pendosa ini."

"Semua akan baik-baik saja. Seluruh keluarga sangat menyayangi anda."

"Mungkin adik dan orangtuaku akan mengampuniku tapi Sumire, aku telah melukainya berkali-kali dan aku tidak pernah menyadarinya."

Boruto telah kehilangan akal bagaimana caranya menyelesaikan masalah besar ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa di zaman ini dirinya dan Sarada adalah tokoh jahat yang telah melakukan banyak kesalahan. Berulang kali diampuni namun berulang kali pula mengulangi kesalahan yang sama.

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang