Lullaby 8

66 11 36
                                    

"Kenapa airnya tiba-tiba hangat?" Ucapnya memandang kaki yang dicelupkan di sungai.

"Maaf Hima, aku baru saja pipis."

"Apa?!!! Kakak jorok!!!"

...Lullaby...

"Aku tidak melihatmu seharian di istana. Darimana saja?"

"Rindu?"

"Enak saja! Aku hanya bingung harus apa jika kau tidak ada!"

Diam, hanya itu yang tersisa setelahnya. Sesungguhnya Sarada ingin Mitsuki memulai percakapan. Beberapa kali melempar batu ke sungai tapi pria itu rupanya tak peka.

"Aku bermimpi aneh tentangmu!!"

"Benarkah?"

"Sebenarnya aku tidak mengerti..."

Mitsuki perlahan merendah. Siapa yang memberi ijin dia duduk disampingnya? Sarada sedikit tidak nyaman. Berbeda dengan hubungan Boruto dan Sumire yang tampak akrab, sejauh ini hubungan Mitsuki dan Sarada terkesan pasif.

"Kadang aku merasa kau bukan istriku."

"Apa?! Gawat, apa dia sudah tahu? Bagaimana caranya?"

"Maksudku, kau sudah banyak berubah."

"Oh, begitu."

"Haruskah aku berterimakasih pada Dewa karena penyakit itu mampu merubahmu?"

"Padahal aku tidak punya penyakit apapun."

Mitsuki tersenyum tipis. Pria ini tentu sama sekali tidak mengerti.

"Apa orangtuaku meninggalkan pesan?"

"Ayahmu bilang dia senang kau mulai membaik."

"Sungguh? Syukurlah."

Aku bohong... Batin Mitsuki.

Pyur!

Ada banyak batu yang bisa dilempar.

"Bisakah kau berhenti melempar?"

"Kau merusak kesenangan orang."

"Sudah waktunya kembali."

"Tapi aku masih ingin disini! Lihat, matahari tenggelam sangat indah!"

"Ayo pulang."

"Aaaah!!"

Pyur!!!

Sarada melempar dengan batu yang lebih besar.

"Hentikan, air sungai itu bisa saja sudah tercemar air kencing orang."

"Pembohong!"

Memang benar, karena itu adalah sungai yang sama dengan yang dikunjungi Boruto.

...Lullaby...

Cukup sulit meminta ijin berkunjung pada pihak timur. Tapi sesuai kebiasaan yang berlaku, hari ini Mitsuki dan Sarada dijadwalkan mengunjungi orangtua pihak istri bertepatan dengan tanggal pernikahan mereka.

"Aku gugup." Ucap pelan Sarada.

"Mungkin itu karena kau tidak bisa tidur semalaman."

"Terlalu mendadak!"

Selanjutnya hening. Hanya Sarada yang bingung melihat keantusiasan Mitsuki terhadap pemandangan diluar sana. Saat Sarada sangat menikmati perjalanannya dengan kereta kuda, Mitsuki malah lebih asik dengan dirinya sendiri.

"Papa dan Mama tidak akan mengacuhkanku lagi, kan?"

Setibanya di Kerajaan Timur...

Apa ini? Mereka tetap mengacuhkanku!

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang