Lullaby 9

65 11 10
                                    

"Oh ya, pihak selatan menyatakan damai pada barat. Anda harus mengundang mereka sebagai tamu kehormatan ku."

"Itu... saya akan usahakan."

...Lullaby...

Sepucuk surat resmi berpita kuning datang dari utara. Sesuai keinginan Raja wilayah Barat, Raja Uzumaki menulis surat dengan pilihan kata yang paling sopan dan seksama guna terhindar dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

"Ini surat yang kesekian dari Utara." Kata Raja Selatan sambil memijit pelipis.

"Tapi kali ini isi suratnya berbeda."

"Bagaimana ini? Kalau aku setuju saja, tapi Mitsuki bagaimana?"

"Hn, saat ini adik-adik kita tidak ada yang bisa diganggu."

Kamar Putra dan Putri Mahkota.

"Tinggalkan aku. Aku ingin menangis... sendirian."

"Sampai kapan?"

Sarada sedikit menampakkan wajahnya yang berselimut. Sejak kemarin, tepatnya sepulang dari Kerajaan Timur ia sudah menangis tak henti hingga membuat kelopak matanya bengkak.

"Aku sudah berusaha. Maafkan aku."

"Sudah kubilang berhenti minta maaf!!!"

"..."

"Mengapa kau tidak keluar saja mengurusi urusanmu?!"

"Bagaimana caraku meninggalkanmu dalam keadaan begini?"

"Ck, kau hanya membuatku semakin sedih."

Mitsuki tetap enggan beranjak. Pria ini takkan tega meninggalkan istrinya.

"Di saat seperti ini aku merasa tidak berguna."

Bicara apa dia? Batin Sarada, sedikit mengintip dari balik selimut.

"Aku tidak pernah melihat sedih begini. Mengapa Dewa membuat hati mu serapuh ini?"

"Anak mana yang bisa tenang menghadapi orangtua macam itu, hah?!"

Mitsuki tersenyum tipis. Sadar bahwa sesungguhnya Sarada telah banyak berubah. Dalam sedih ada bangga seolah ingin pergi dan berteriak bahwa seorang Sarada Uchiha yang dikenal banyak orang telah berubah menjadi orang yang lebih baik.

Sarada masih ingat betul bahwa kehidupan ini bukanlah miliknya. Semua orang disini anggaplah fatamorgana menyesatkan. Sosok orangtua yang ia jumpai disini adalah orangtua dari Sarada Uchiha, sang Putri Mahkota Kerajaan Selatan. Tapi tetap saja, hal yang seharusnya tidak nyata ini sangat menyesakkan dada.

Memangnya apa yang sudah dilakukan diriku di zaman ini? Aku sangat benci!

"Dewa, mengapa ini terjadi disaat aku tidak bisa menghiburnya? Aku juga tak mampu..."

Sarada masih setia mengintip. Sekarang terlihat jelas sedari tadi Mitsuki turut sedih bersamanya. Sarada tidak mengerti mengapa Mitsuki begitu tertekan sambil menatap kedua tangannya yang bergetar.

Tiba-tiba mimpi tempo hari mengingatkan Sarada akan situasi Mitsuki mirip seperti saat ini.

Aku tidak mengerti, tapi...

"Sepertinya apa yang kudapatkan hari ini karena dirimu."

Mitsuki menatap nanar padanya yang perlahan menyingkap selimut. Wajah cantiknya sedang dalam masalah tapi masa bodoh selama ia berniat mengungkapkan isi hatinya.

"Bila di masa lalu aku berbuat salah padamu, maka maafkanlah aku."

"Sarada..."

"Aku terbangun dalam ketidaktahuan!!! Aku tidak tahu apa yang dilakukan istri sialanmu ini padamu!!!! Siapapun aku, aku minta maaf!!!!"

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang