Lullaby 21 ( End )

125 10 2
                                    

Setelah beberapa minggu, Boruto dan Sarada telah kembali ke rumah masing-masing. Belum ada yang boleh menjalani aktivitas luar ruangan dengan bebas mengingat cedera yang mereka alami cukup berat. Setidaknya mereka masih bisa bersyukur telah diberikan kesempatan kedua dalam hidup. Selama itu, karena kecintaannya pada sosok Sumire, ia menjalin hubungan dengan Sumire modern yang ia jumpai di kamar rumah sakit. Mengejutkan, gadis itu sangat persis dengan yang ada di mimpinya. Dia bukan tipe gadis kebanyakan yang hanya mengincar paras dan uang seperti para mantannya. Sumire berhasil membuat Boruto jatuh cinta yang kedua kalinya. Sementara itu, Sarada malah terlihat hampa. Mitsuki yang ia jumpai di rumah sakit hanya mengunjunginya sekali setelah pulih. Kadang Sarada mengutuk diri karena sungkan meminta nomor kontak pemuda yang ternyata benar pengarang novel yang bersembunyi di balik nama besar Mikki. Mengapa Sarada sempat amnesia pada sosoknya?  Karena kecelakaan itu menimbulkan trauma keras di kepala sehingga ingatannya terganggu sampai terbawa ke alam mimpi nan klasik.

"Apa aku harus minta tolong paman, ya? Tidak, itu sangat memalukan!" Ucap Sarada bermonolog ria. "Paman punya berapa rekan kerja, ya? Waktu itu.... Jangan-jangan Mikki adalah pemuda yang hendak.... Tidak...tidak... Ada apa denganku ini?! Bisa-bisanya aku berhayal!!"

Cklek.

Pintu kamarnya terbuka. Ibunya datang dengan raut sedikit mencurigakan. Sarada mulai khawatir jangan-jangan ibunya mendengar monolognya sedari tadi.

"Ada apa, nak? Kamu berkeringat dingin."

"A-anu Ma... Ha-hawa nya memang panas, kan?"

"Tidak sama sekali."

"Tapi aku..."

Saraa menunduk, menyerah. Tidak ada kata lagi untuk digunakan sebagai alasan. Ia sangat yakin ibunya mendengarkan.

"Kamu pernah bilang suka novel karya Mikki, kan?"

Sarada merespon gugup. Menatap ibunya dengan tatapan rendah sampai ibunya menyerahkan sebuah novel edisi terbaru.

"Ini, Pamanmu menitipkan ini pada Papa. Katanya dari Mikki... Maksudnya, Mitsuki."

Sarada menerimanya dengan hati-hati. Matanya begitu berbinar mengetahui bahwa itu adalah novel edisi terbatas dengan harga menguras kantong.

"Dia memberikannya padaku? Aku tidak harus membayarnya, kan?"

"Mama tidak tahu."

"Aduuuh, bagaimana kalau aku harus membayar? Apakah paman punya nomor hp Mikki?"

"Mama juga tidak tahu."

Gawat, aku sangat ingin membuka segel nya tapi...

"Ini tidak mungkin gratis."

Sarada melemas. Gelora kebahagiaannya tercemar oleh kekhawatiran sedangkan ibunya hanya menatap polos tak tahu harus berbuat apa.

...Lullaby...


Pesan baru dari Boruto. Isinya sama, yaitu rindu. Di rumahnya, Sumire tersenyum gemas tanpa tahu Boruto sangat cemas karena alasan tak berdasar.

"Sumire itu cantik, pintar dan berbakat persis seperti mimpi zaman klasik itu." Ucap Boruto sambil menggigigit-gigit kartu kredit. Lalu melonjak dari sofa dengan mata melotot. Ia ingat sesuatu. "Aku baru tahu Sumire sangat dekat dengan Mitsuki!!! Tidak...tidak... Mereka rekan kerja...hehehe..." Diam sejenak lalu, "Di zaman klasik mereka juga dekat! Bagaimana kalau Sumire berselingkuh dengannya?!!! "Tidak...itu tidak mungkin..."

Pria ini tampak seperti orang gila, bergumam kesana kemari sampai ia memutuskan...

Drrtt...

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang