Lullaby 14

74 12 27
                                    

Dua pasang mata bersitatap dengan serius.  Berbagai cara sudah dilakukan namun manik ungu itu masih menatap dingin padanya.

"Sumire, untuk kesekian kalinya aku memohon pengampunanmu."

"..."

"Aku sadar akan kesalahanku. Jika kau enggan memaafkanku, setidaknya percayalah padaku."

"Sudah berulang kali. Selama aku hidup denganmu aku selalu kembali padamu tapi kau tidak pernah berubah!"

"Saat ini aku ingat Sarada adalah sahabatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya."

"..."

"Tentu aku mengerti keadaanmu. Asalkan kau mau memaafkanku, jika kau menyuruhku mati maka aku akan turuti.

"..."

Ya, mungkin mati dua kali lebih baik daripada menanggung beban berat ini.

Plak!!!

Perih di wajahnya tak seberapa perih menjumpai bulir air mata di hadapannya. Hatinya memang terluka tapi wanita ini sangatlah mulia. Kendati disakiti berulang kali, ia tidak bisa menerima pernyataan Boruto barusan. Matanya seolah berkata "Apakah kematianmu bisa menyelesaikan masalah?"

Percakapan ini berakhir setelah Sumire berlari keluar. Ya, pada akhirnya Boruto gagal meski berhasil membuktikan bahwa Sumire masih sangat mencintainya.

"Aku sudah tidak tahan. Dengan cara apa lagi aku meyakinkannya?"

Pantulan di cermin semakin menjengkelkan saja. Andai saja ia bisa mengendalikan sepenuhnya kehidupan ini, ia sangat ingin mengubah masa lalu dan menjadikan hidupnya saat ini jadi menyenangkan. Ini bukan membosankan lagi, tapi sudah membuatnya sengsara akan cinta.

"Dewa, jika engkau tidak ingin aku kembali ke zamanku, tolong angkatlah semua beban berat ini! Ini sudah seperti penghinaan bagiku."

...Lullaby...

Di selatan ada Sarada yang meringkuk di atas ranjang. Sejak makan malam, dia sudah banyak merenung hingga  tak sengaja mengotori lantai dengan makanannya.

"Mitsuki tidak ada di perpustakaan. Lalu dimana dia?" Gumam Sarada dengan tatapan kosong.

Karena pintu hanya tertutup sedikit, suara dari luar masih terdengar jelas. Hingga malam istana ini tetap saja sibuk.

"Putra Mahkota memintaku untuk memeriksa jadwal. Jangan ganggu aku dulu." Ucap Kepala Pelayan sedikit kesal.

Putra Mahkota? Batin Sarada berhasil buyar dari lamunan.

Tidak sulit sebenarnya mencari pria ini. Suasana malam di bawah sinar rembulan membuat sosoknya tampak indah ditambah semilir angin yang menyebarkan aroma wangi tubuhnya kepada seorang wanita berambut hitam.

Ia pura-pura tidak mendengar kala suara rumput terinjak semakin dekat. Langkah kaki Sarada semakin cepat namun tetap diabaikan sampai Sarada memeluknya erat dari belakang tetap tak bergeming.

"Ada yang ingin kau sampaikan?"

"Hiks..hiks... ka-kau semakin men-jauh... dariku."

"Ada hal penting yang harus ku lakukan. Aku tak bisa terus bersamamu."

"Apa bagimu aku tidak penting?"

"..."

"M-Maaf."

"Aku tidak bisa menghukummu. Selanjutnya apa yang akan kau lakukan?"

"Mitsuki, aku takkan menemuinya lagi."

"Itu kalimat yang biasa ku dengar."

Apa? Betapa busuknya istrimu itu!

LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang