IV

261 27 7
                                    

Jeno terbangun saat mendengar suara sedikit berisik.tidur di ranjang penunggu pasien cukup membuatnya tidak nyenyak ternyata.

"Mark !Hey,Kenapa ?kau mau apa ?"Tanya Jeno cepat saat melihat istrinya berusaha untuk bisa bangun dari tempat tidur.

"Aku mual ,aku ingin ke kamar mandi" lirih Mark yang masih tampak begitu pucat.

"Tidak ,tidak lagi.tunggu sebentar aku ambilkan baskom tunggu ya" Jeno berjalan cepat menuju ke kamar mandi ruangan dan mengambil wadah yang biasa digunakan pasien.

"Ayo muntah disini saja" Jeno dengan telaten dan sabar memijat tengkuk istrinya dan kemudian ia membasuh wajah Mark dengan air hangat.

"Sudah lebih baik ?" setelah selesai dengan hal tentang muntah dan sebagainya Jeno kembali pada Mark yang kini tengah berbaring lemas di ranjang.

"Ssst jangan ditekan biar aku bantu" ujarnya saat melihat istrinya mulai lagi menekan perut yang Jeno yakin kembali kram lantaran muntah kali ini cenderung parah.

Jeno mengelus lembut perut istrinya hingga dia melihat istrinya itu mulai tenang dan kembali ke alam mimpinya.

"Maafkan aku Mark ,aku benar-benar menyesal aku bodoh menyianyiakan orang seperti mu tapi aku tidak bisa mengelak jika Renjun terlalu rapuh untuk aku tinggal begitu saja" lirih Jeno.

Melihat wajah pucat itu Jeno ingat bagaimana ia yang awalnya menganggap semua sudah normal justru dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia nyaris kehilangan istri dan calon anaknya.

Flashback

Setelah dokter menemui mereka,Jeno dan sang ibu memilih menunggu di dalam ruangan rawat Mark, dua hari di rawat Mark mulai menunjukkan tanda-tanda membaik.hingga pagi itu ia kembali merasakan mual yang luar biasa.

"Kau mau kemana ?" tanya Jeno.

"Ke kamar mandi aku mual"

"apa kau yakin kuat ?kau pucat sekali"

"aku sudah benar-benar mual Jeno aku tidak tahan"

"Yasudah baiklah ayo aku bantu pelan-pelan"

Dengan perlahan Jeno menuntun Mark, sungguh Jeno miris dibuatnya saat sang istri benar-benar mengeluarkan semua isi perutnya.

"Ahh" lirih Mark ditengah aktivitas muntahnya itu

"Mark? kenapa?"

"Ahhhhh" rintih Mark lagi bahkan kali ini ia mulai membungkuk menahan sakit.

"Mark !Oh God!" Jeno langsung menggendong istrinya kembali ke ranjang saat melihat darah mengalir dari pangkal paha istrinya.

"Akhhhhhh" Jerit Mark membuat Jeno menekan tombol itu dengan tidak sabar.

Tidak lama dokter dan perawat datang mereka berusaha menenangkan Mark yang masih saja memekik sakit dan bergerak gelisah.tapi bukan itu yang paling menakutkan bagi Jeno , bagian paling menakutkan bagi Jeno adalah saat dia melihat istrinya itu kejang dan kesulitan bernapas hingga akhirnya dipindahkan ke ICU dan harus dirawat disana selama seminggu sebelum bisa kembali ke ruang perawatan.

Flashback end

Semua yang terjadi belakangan ini benar-benar telah membuat Jeno merasa tidak enak pada Mark sosok independen itu nyaris merenggang nyawa demi mengandung calon buah hatinya.

Terhitung hampir tiga minggu Mark dirawat tapi belum ada tanda-tanda istri Jeno itu segera bisa pulang.

"Mama ,bisa tidak mama minta pada dokter agar aku di rawat di rumah?aku bosan disini sungguh semua ini membuat aku makin stress"

"Sayang ,tunggu sebentar ya.sebentar lagi nanti jika kau sudah semakin membaik mama akan minta pada dokter untuk kau bisa pulang"

Akhirnya tepat sebulan lamanya Mark dirawat ia diizinkan untuk rawat jalan.

"Nah kau istirahat dulu ya nak ,mulai saat ini jika kau butuh apa-apa panggil perawat atau mama saja"

"Terimakasih ma ,maaf aku sudah banyak sekali merepotkan mama"

"Tidak nak ,semuanya tidak sebanding dengan apa yang sudah kau lakukan"

"Sudah-sudah ayo istirahat dulu jangan bicara terus nanti kita bicara lagi" Ujar Jeno yang baru selesai memindahkan barang dari mobil mereka ke kamar.

"Jeno benar ,kau istirahat sayang mama akan keluar nanti mama akan kembali membawakan makan malam"

kepulangan Mark dari rumah sakit benar-benar membuat Jeno lega.namun apakah itu berarti dia sadar dan meninggalkan Renjun? tentunya tidak.Jeno kembali meminta pengertian Renjun untuk menunggunya sekali lagi , sementara Jeno berfokus pada Mark yang kini harus beristirahat penuh sampai waktu yang belum ditentukan.

Jeno benar-benar berusaha untuk mencurahkan semua perhatiannya karena bagi Jeno akan lebih susah jika terjadi sesuatu pada bayinya dan dia harus menanti lagi buah hati yang lain.Jeno kini memilih tidak bekerja dan sementara mengurus Mark di rumah.

“Masih pusing?ingin aku panggilkan dokter?"

"Tidak perlu Jeno ,aku sudah jauh lebih baik"

"Bersabarlah besok jadwal kita check up dan kau bisa berkonsultasi dengan dokter"

"Maaf aku banyak sekali merepotkan mu"

"Sudah ku bilang jangan berkata seperti itu bayi ini bukan hanya milik mu"

"Aku tau"

"Tidurlah,pasti obatnya sudah bekerja aku disini tidak kemana-mana" ujar Jeno yang melihat jika istrinya itu sudah setengah mengantuk lantaran pengaruh obat.

"Nak, Jangan nakal ya sayang kasihan mommy nanti jika kau sudah lahir Daddy janji kau bisa main sepuasnya tapi sekarang kau tidak boleh membuat mommy susah ya" kalimat itu sangat lancar meluncur dari bibir seorang Lee Jeno.

Jeno tampak mengelus perut buncit istrinya dan berbincang dengan calon anaknya itu seperti tak terlihat sebuah kerapuhan dalam rumah tangga mereka kali ini.

Hampir sebulan mengurus Mark dirumah Jeno tau betapa sulitnya menjadi seorang calon ibu terutama Mark yang memang dulunya adalah seseorang yang sibuk dan pekerja,kini selalu berada di tempat tidur dengan suntikan setiap hari dan berbagai macam masalah kesehatan lainnya.

Kehamilan Mark memang sama sekali tak mudah istri Jeno itu mengalami kekentalan darah hingga harus mendapatkan suntikan di perutnya setiap hari dan juga rahim yang lemah membuat Mark rawan sekali pendarahan belum lagi bawaan ibu hamil yang membuat dirinya selalu merasa lemas dan tidak selera makan.pingsan adalah hal yang biasa baginya sekarang berbeda dengan dahulu dimana Jeno hampir tidak pernah melihat Mark sakit,kini Jeno melihat jika istrinya itu begitu tak berdaya.

"Ayo masuk , sudah malam"

"Tunggu sebentar aku masih ingin disini aku mau menghirup udara segar sebentar"

"Kau bisa melakukannya besok , sekarang sudah malam"

Jeno menuntun Mark ke ranjang setelah istrinya itu sempat menghirup udara segar sebentar dan duduk di balkon.

"Shhhh..."

"Kenapa?sakit ?"

"Tidak,dia hanya bergerak terlalu kuat"

"Pelan-pelan nak , mommy mu kesakitan" Ujar Jeno langsung mengelus perut buncit istrinya

"Kencang sekali?" raut wajah Jeno berubah cemas saat ia merasakan perut istrinya begitu kencang.

"Kata dokter begitu memasuki trimester kedua akhir memang kadang akan sering seperti ini jangan cemas"

"Kau yakin ? tapi ini keras sekali"

"Aku baik-baik saja Jeno ,besok kita tanyakan pada dokter ya"

"Baiklah,ya sudah ayo istirahat"

Entah perasaan apa ini tapi Jeno mulai khawatir jika terjadi sesuatu pada istrinya itu dan tak lagi egois dengan hanya memperhatikan calon bayi di kandungan Mark saja.

TBC

Haii aku kembali awalnya mau hapus aja ini cerita tapi apa yang sudah di mulai harus diselesaikan jadi gaspoool ayo vote biar sering updateeee komen juga yaaa

Temptation of Wife [END]Where stories live. Discover now