XVII

173 17 5
                                    

Sesuatu yang dipaksakan memang tidaklah baik dan itu benar adanya sudah dua bulan terhitung sejak Renjun pindah ke rumah Jeno tapi semua kebahagiaan yang ia bayangkan itu tidak pernah terjadi, terlebih saat ini Jeno selalu berangkat pagi untuk menjemput Jiyeon ke sekolah hal ini membuat Renjun tidak bisa lagi sarapan pagi bersama Jeno.

"Tampaknya tidak ada cara lain aku harus nekat demi untuk membuat Jeno tidak beranjak dari sisi ku" ujar Renjun sebelum ia meneguk sebotol minuman yang sudah ia campur dengan obat pemberian sang kakak.

"Engghh!"

Renjun mengerang pelan, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya. Tangannya mencengkram kuat sprei kamarnya itu rasa sakit itu benar-benar diluar bayangannya

"Argghh!"

Tubuhnya kembali mengejang, ia mulai kesulitan bernafas matanya terpejam dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya.

"Astaga nona Huang anda kenapa ?ada apa Nona?"

"Perutku... perutku sakit sekali... tolong..."

" Tunggu sebentar saya akan menelepon tuan dan memanggil ambulan"

Renjun hanya mengangguk lemas, ia berusaha untuk tetap terjaga meskipun rasa sakit terus menekannya. Ia berharap Jeno akan datang dan melihat dirinya yang sangat kesakitan sehingga akan timbul belas kasihan dari laki-laki yang sangat dicintainya itu.

"HHNNNHHHH~...Hhhh...hhaaahh...HHHNNNN~...AAAHHHH!" Teriakan Renjun berpendar di koridor rumah sakit itu nyawanya seperti sudah diujung tapi dia begitu bahagia ketika melihat Jeno berjalan berusaha menyeimbangi brankar yang membawanya Renjun berusaha untuk bisa menggapai tangan Jeno demi untuk mendapat sedikit kekuatan dari sana dan tentu Jeno juga menyambutnya setidaknya Jeno masih memiliki perikemanusiaan.

"Hhhh...Hhhh...J-jeno ..."

"Jangan banyak bicara kau harus menghemat tenaga mu" jawab Jeno cepat.

"Jangan...hhh..tinggalkan aku Hiks".

"Tidak aku tidak akan meninggalkan mu sudah tenang dan diam" balas Jeno lagi bukan apa-apa saat ini saturasi oksigen Renjun begitu rendah Jeno takut jika dia masih bicara akan berbahaya untuk Renjun dan bayinya.

"Kandungannya sangat lemah kita hampir saja kehilangan janinnya,jika sekali saja ini terulang akan berbahaya untuk bayi dan ibunya"

Kondisi Renjun kali ini benar-benar tak pernah dibayangkan Jeno ,dia mengira tidak akan ada yang seperti ini tapi nyatanya meskipun hanya karena perikemanusiaan Jeno harus menunggui Renjun dua Minggu penuh di rumah sakit dan itu adalah kemenangan tersendiri bagi Renjun yang merasa berhasil merebut Jeno dari Mark serta Jiyeon.

"Mommy kenapa daddy tidak pernah kemari dan juga menjemput aku sekolah?"

"Sayang,aunty Renjun sedang sakit kita harus memakluminya"

"Tapi mommy juga sakit dan dirawat tapi Daddy tidak datang, bukankah aunty sudah pulang?"

"Daddy tidak tau nak , Jiyeon tidak usah bilang apapun pada daddy ya , ingatkan pesan mommy anak pintar?"

"Jika dad bertanya mommy dimana bilang saja mommy sedang istirahat"

"Pintar anak mommy ,maaf ya nak mom minta Jiyeon berbohong tapi kau tau alasannya kan ?"

Temptation of Wife [END]Where stories live. Discover now