XV

170 18 11
                                    

Disinilah Jeno sekarang dengan beberapa botol
alkohol yang ia teguk habis kenyataan bahwa Mark sedang mengandung benar-benar sudah membuatnya pusing.apa Jeno tidak mau punya anak ?bukan seperti itu Jeno ingin anak yang merupakan darah dagingnya sendiri tapi vonis dokter beberapa waktu lalu benar-benar telah membuat Jeno bimbang

Setelah kelahiran mendiang anak kembarnya dokter mengatakan akan lebih susah untuk Mark bisa mengandung lagi , kalaupun bisa itu akan menjadi kehamilan yang rapuh dan beresiko tinggi mengingat riwayat pendarahan hebat yang ia alami dan itu sangat menggangu Jeno.

Malam itu Jeno mengatakan pada Mark sedang ada tamu dari luar negeri dan mengharuskan Jeno menginap di hotel dekat kantor Mark yang lagi-lagi harus mengalami morning sickness berlebihan mengiyakan saja tanpa tau suaminya justru pergi ke bar dan bukan menerima tamu.

***

Beberapa bulan berlalu kini Mark sudah melewati masa morning sickness yang begitu menyiksa ia sudah memasuki usia kehamilan empat bulan sekarang dengan beberapa gangguan kehamilan yang ia alami tak menyurutkan niat Mark yang tetap menjemput Jiyeon sekolah.

"Hai Mark bisa kita bicara sebentar?"

"Kau ?sedang apa kau ada disini ?minggir aku tidak punya waktu"

"Mark aku minta maaf atas semua yang sudah aku lakukan kepada mu tapi aku mohon sekali saja kita bicara aku janji tidak akan mengganggu setelah kau dengar apa yang aku katakan semua terserah padamu"

Melihat manik wanita itu berkaca-kaca Mark tak tega dibuatnya

"Lima menit ,aku beri kau waktu lima menit dan bicara saja disini aku harus menunggu putriku tak ada waktu untuk bicara dengan mu"

Huang Renjun memberikan satu amplop kepada Mark yang isinya benar-benar membuat Mark tercengang namun disaat yang bersamaan dia bingung apa maksudnya itu ?

"Apa maksudnya ini Renjun?"

"Itu adalah milik Jeno ,aku sudah mencoba agar bisa membicarakan semua dengannya tapi tidak ada cara yang bisa aku tempuh,malam itu Jeno dan aku bertemu di bar dan kami melakukannya aku tau ini tidak benar tapi apapun itu dia sudah ada disini dan bukankah dia tidak bisa memilih siapa orang tuanya?aku mohon kau tidak benci padanya nanti saat dia sudah lahir

"Kau pikir aku percaya pada mu ? aku jauh lebih percaya pada suamiku!" Meskipun rasanya begitu sesak mendengarnya Mark tidak memilih untuk langsung percaya.

"Silahkan tanyakan pada suamimu dan sekali lagi aku minta maaf tapi ini kartu nama dan alamat baruku bagaimanapun Jeno berhak tau dimana anaknya"

Mark berusaha mengabaikan itu semua setelah Jiyeon keluar dia langsung masuk ke mobil dan mengarahkan mobil itu ke kantor Jeno.

"Kalian datang kesini?wow kejutan sekali" ujar Jeno senang.

"Jiyeon-ah kau tidak haus sayang ?pergi beli minuman di minimarket bawah dulu nak mom dan dad perlu bicara sebentar"

Jeno yang sedikit aneh dengan perkataan Mark segera meminta seorang pegawainya untuk bisa menemani Jiyeon.

"Ada apa sayang?kau ingin bicara hal serius?"

Mark menyerahkan amplop yang diberikan oleh Renjun tadi pada Jeno

"Kau pergi USG?sendiri ?kenapa tidak bilang padaku?"

"Baca dulu namanya Jeno"

Jeno tak berbeda dari Mark dia kaget saat tau itu adalah amplop milik Renjun.

"Apa maksudnya ini sayang?kau ?"

"Aku yang seharusnya bertanya apa maksud ini semua Jeno!"

"Apa benar malam itu kau pergi ke bar ? malam itu bertemu dengan Renjun?"

"Mark dengarkan aku dulu-"

"Benar atau tidak Jeno ?"

"Kami memang bertemu di bar dan-"

"Dan?"

"Sayang aku yakin itu bukan anakku dia sengaja menjebak aku !"

"Lantas kenapa kau datang saat dia meminta mu kesana ?"

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya Mark-"

"Dan kalian melakukan itu ?" Tanya Mark datar

"Sayang dengar aku mabuk malam itu dan-"

"Urus perceraian kita Jeno,jika dalam minggu ini kau tidak mengurusnya aku akan mengurusnya" ucap Mark datar bersiap meninggalkan ruangan itu

"Apa ?Mark tidak dengar dulu aku mohon coba mengerti -"

"Jeno cukup!aku tidak mau lagi kehilangan anak untuk yang kedua kalinya" lirih Mark sembari tak lagi bisa menahan air mata dan seketika mampu membuat Jeno terdiam namun tangan Jeno kembali mencegah Mark keluar dari ruangan itu.

"Cukup Jeno sudah cukup kembali padanya dan biarkan aku dan Jiyeon hidup tenang" kini Mark tidak lagi mampu menahan air matanya.

"Tidak Mark aku mohon berikan aku kesempatan lagi sekali saja ,aku yakin itu -"

Mark tidak lagi mendengar Jeno ia keluar dari ruangan itu dan menanyakan dimana Jiyeon dia segera mengarahkan langkah kakinya ke lift saat sekertaris Jeno mengatakan Jiyeon masih ada di lantai bawah.

"Jiyeon-ah ayo kita pulang nak , Daddy masih harus bekerja" ajak Mark cepat meninggalkan kantor Jeno.

"Mommy ada apa ?" Tanya Jiyeon polos saat dia melihat ibunya menangis sambil menyetir.

"Tidak apa-apa sayang" jawab Mark singkat

Jeno memacu mobilnya dengan kencang hingga ia melihat mobil Mark kedua mobil itu seolah tak ingin dikalahkan satu sama lain mereka menuju ke mansion tempat mereka tinggal.

"Mark dengarkan aku dulu ,ini tidak benar aku yakin aku dijebak!"

"Dijebak ? Dijebak! Sampai berapa kali dia akan terus menjebak mu dan kau tidak paham?tidak kah kau memikirkan kami saat kau datang ke tempat kotor itu ?untuk apa kau disana malam itu ! Kenapa kau tidur dengannya malam itu ?apa kau tidak merasa bersalah?apa kau tidak belajar dari yang sudah sudah?"

"Mark tenang dulu sayang , biarkan aku jelaskan apa yang membuat ku bisa pergi kesana dan ini semua hanya kebetulan kau harus dengar tapi sebelum itu yang paling penting kau harus bisa tenang dulu ,kau bisa mencelakakan dirimu dan bayi kita"

"Aku ?dan apa kau bilang ? bayi kita?apa kau peduli pada kami ?kau peduli pada kami?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu tentu-"

"KARENA JIKA KAU PEDULI KAU TIDAK AKAN MELAKUKAN HAL BEJAT SEMACAM ITU !"

Mark benar-benar meluapkan emosinya ia tidak peduli akan didengar oleh maid atau Jiyeon ia seperti muak dengan semuanya dan inilah yang ditakutkan Jeno ketika istrinya itu tidak sanggup lagi menahan emosinya.

"Mark ,sayang dengar-"

"Tidak Jeno ,jangan mendekat jangan sentuh aku sedikitpun!" Mark memang meminta Jeno menjauh tapi yang dilakukan pria itu justru sebaliknya karena ia melihat istrinya itu sudah mulai kepayahan dan benar saja tidak sampai sepuluh detik wanita yang tengah berbadan dua itu ambruk tak sadarkan diri.

Dua puluh menit Jeno menunggu di depan ruang IGD itu dengan cemas disana baru dokter datang menemuinya.

"Semuanya sudah stabil tuan Lee tidak ada yang perlu dikhawatirkan haya memang kita harus bisa menjaga agar istri anda tidak terlalu stress"

"Saya paham dokter, terimakasih" setelah puas bicara dengan dokter Jeno masuk ke ruangan observasi itu.

"Aku akan tinggal sementara di apartemen Jeno sampai perceraian kita selesai"

"Mark aku-"

"Tolong Jeno , aku benar-benar tidak bisa biar aku dan Jiyeon yang keluar" ucap Mark tanpa melihat ke arah Jeno sama sekali.

-TBC-

Mendekati part part akhir aku usahakan bakal cepet update,jadi jangan lupa Voment ya teman-teman 💞

Temptation of Wife [END]Where stories live. Discover now