-Happy Reading🌷-
Pukul 02.00 pm
Mata Cecillia yang mulanya terpejam tiba-tiba saja terbuka. Sembari bangun dari posisi telungkupnya, gadis itu berusaha mengadaptasikan cahaya lampu yang masuk kedalam pupilnya tanpa permisi.
Ternyata ia sudah tertidur selama tiga jam dalam private room-nya di atas sofa yang untungnya sedikit empuk. Sehingga punggung Cecillia dapat terhindar dari rasa pegal dan keram. Lalu, ia edarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan ini. Hasilnya tentu saja nihil, tidak ada seorang pun kecuali gadis itu sendiri.
Tadinya, Luna berusaha membantu Cecillia untuk menghias busananya. Namun, jangankan untuk menghias. Ella bahkan belum memikirkan ide apa yang akan ia kembangkan terhadap sejuntai kain panjang berwarna putih polos dihadapannya ini. Sebuah sketsa belum ia gambar, rancangannya belum ia selesaikan. Pikirannya buntu. Ia tidak berpengalaman dalam bidang desain-mendesain. Gadis itu buta artistik.
Kira-kira apa yang dapat membantunya menyusun gagasan? Sontak pikiran Ella kian melanglang buana. Pusing dikepalanya tidak dapat ia hindarkan. Mungkin bila diimajinasikan, terdapat beberapa bintang yang berputar layaknya gasing di atas kepala gadis itu. Sebab sejak sore hari, dirinya terus saja memikirkan tentang tindakan apa yang harus ia lakukan. Namun sialnya lagi-lagi Ella mengakui, ia tidak berbakat.
"Tidak bisa begini. Terlalu lama untuk menunggu matahari terbit, aku harus segera ke perpustakaan. Waktu terlalu berharga untuk disia-siakan." monolognya,
Kemudian, tanpa pikir panjang kakinya mulai melangkah meninggalkan private room-nya.
Sedikit informasi bahwasanya jam malam tidak berlakukan untuk para Lady, tentu saja ada larangan yang mengharuskan peserta tidak boleh berkeliaran ditengah malam seperti yang gadis itu lakukan sekarang. Toleransi untuk mereka hanya sampai batas jam 10 malam. Oleh karenanya, saat ini sangat sedikit bahkan cenderung tidak ada seorangpun yang berkeliaran di koridor istana. Terkecuali, penjaga yang mungkin berjaga di luar bangunan.
Suasana saat ini terlampau begitu sepi. Layaknya tak berpenghuni.
Diam-diam dengan gerakan yang teramat pelan, Cecillia mulai membuka knop pintu perpustakaan yang tinggi bahkan melebihi 3 meter. Lalu, segera cepat-cepat menutup kembali tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Saklar lampu yang mulanya mati segera ia nyalakan. Nampak di depan matanya, keadaan perpustakaan masih sama seperti hari-hari biasanya. Tanpa sadar, kaki gadis itu menuntunnya ke area terjadinya keributan 3 hari lalu. Dimana, timbul sebuah pertengkaran yang melibatkan Thea dan juga Pangeran Theo serta dibumbui celotehan tidak jelas oleh Pangeran Devian. Namun yang berbeda disini adalah tentu saja tumpukan buku yang berserakan kemarin sudah disusun kembali dengan rapi oleh penanggungjawab perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowns For Nine Princesses
FantasyKisah ini berawal ketika Kerajaan Abraham yang memimpin kedaulatan wilayah bagian timur membuat pengumuman gempar secara tiba-tiba. Inti dari pengumuman tersebut adalah titah pelaksanaan sayembara untuk mencari pendamping kesembilan pangeran Abraham...