09 : Dimana Sopan Santunmu!

2K 247 58
                                    

Setelah acara 'cari perhatian' selesai, sesuai yang Airine duga ayahnya membawa kesuatu tempat yang belum dipijak orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah acara 'cari perhatian' selesai, sesuai yang Airine duga ayahnya membawa kesuatu tempat yang belum dipijak orang lain. Mungkin disini juga akan jadi salah satu saksi bisu pendidikan baik macam apa yang ayahnya tanamkan pada Airine.

Bertempat disalah satu balkon kerajaan, Marquis Menchester menggenggam tangan mungil putrinya tanpa memikirkan nasib sang empunya tangan tersebut. Tidak peduli apakah nantinya akan berwarna merah, kuning, hijau, di langit yang biru sekalipun yang penting kepuasaan dan pelampiasan hasrat lelaki itu terpenuhi.

Berarti tandanya~selesai.

"Kau ini bisa berpenampilan dengan sedikit baik tidak sih?! Begitu saja bisa kalah dengan putri Aldrich yang bahkan hanya memakai gaun sederhana."

"Sudah kubilang jangan permalukan aku kan?! Tidak punya telinga apa memang kau tuli betulan?"

"Airine, ayah sudah bilangkan, bersikap dan berpenampilanlah dengan baik apakah sesusah itu untuk dilakukan! Kau dan gadis itu sama. Kau, anakku juga cantik, pintar dan bertata krama. Tapi kenapa gadis itu sangat dilebih-lebihkan?! Padahal Airine juga punya banyak kelebihan,"

Airine cukup mendengar tanpa ingin menyahuti perkataan sang ayah. Cepat atau lambat dia juga yang kena.

"Hahaha, tapi ternyata itu semua percuma. Tidak berguna. Tidak membantu. Kau tetap saja kalah! Kenapa wanita itu bisa melahirkan putri payah sepertimu! Apa baiknya jika suatu saat kau tereliminisi kompetisi ini, kita putuskan saja sekolahmu? Percuma sekolah tinggi-tinggi, pendidikanmu tidak cukup membalas semua budi ayah. Hanya buang-buang uang!"

"Ck, dasar anak tidak berguna!" Marquis Menchester menekan-nekan kepala Airine menggunakan telunjuknya. Ia tersenyum meremehkan.

-Airine muak-

Kalau begitu Airine, malam ini ayo keluarkan semuanya!

"Ayah, kenapa Airine terus yang selalu disalahkan? Aku sudah melakukan sebisaku, semampuku, juga sekeahlianku. Airine bahkan sudah memakai baju terbaik yang dipunya, bukan salahku kan jika ayah kalah dengan mereka? Kalau boleh jujur, meskipun pangkatmu memang sangat terhormat, namun perbandingan gelar Marquis dan Duke terpaut cukup jauh. Jikapun aku diberi kesempatan menjadi Yang Mulia Raja hanya untuk satu malam, lebih baik meladeni yang lebih tinggi kepunyaan dibandingkan yang sebelumnya bukan? Sesuai prinsipmu, segala sesuatu selalunya dihitung dari segi keuntungan. Jadi kesimpulannya ayah, kenapa aku yang harus menanggung malu-mu jika kesalahan saja berasal dari dirimu sendiri?"

Tampak jelas tertangkap diretina mata sang putri, ayahnya sedang menahan gejolak amarah. Tapi gadis itu masih setia berpegang dengan opininya. Sekali-kali ia harus menyuarakan keluh kesahnya. Toh, ujung-ujungnya juga bekas merah akan ter-cap disalah satu bagian tubuh Airine juga, kan?

Bahkan gadis itu sudah siap jikalau bisa saja ayahnya punya pikiran ektrem untuk sekalian menerjunkan Airine dari balkon lantai dua. Untungnya, masih tergolong pendek, belum cukup hingga mampu membuatnya mati dengan freestyle.

Crowns For Nine PrincessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang