19 : Busur dan Panah

844 133 79
                                    

Note : informasi seputar olahraga panahan tidak boleh ditelan mentah-mentah tanpa search terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : informasi seputar olahraga panahan tidak boleh ditelan mentah-mentah tanpa search terlebih dahulu. Apabila terdapat kesalahan, Author menerima kritik dan saran yang bisa disampaikan lewat fasilitas kolom komentar. Kedua pihak masih sama-sama belajar. Terimakasih.
-Happy Reading🌷-


Setelah melihat hasil pengumuman pada babak kedua, peserta makin hari semakin terkikis. 36 orang yang lolos akan bersaing dalam babak ketiga untuk maju ke tahap yang lebih dekat dengan final.

Kali ini, menurut beberapa Lady, kompetensi bisa jadi  akan lebih menantang dari babak-babak sebelumnya. Peringkat dan poin langsung diumumkan detik itu juga setelah peserta melepaskan tembakan pada bantalan papan panah.

Bagi beberapa Lady, mereka mungkin akan berpikiran, Mengapa kami harus belajar memanah? Kami merupakan calon istri pangeran, bukan prajurit simpanan yang disiapkan untuk berperang.

Namun, bagi beberapa Lady lainnya. Mereka punya pemikiran yang berbeda. Apakah hal tersebut ada sangkut pautnya dengan sesuatu? Belajar memanah dapat dimanfaatkan sebagai bentuk perlindungan diri,

Juga beberapa hal lain yang bisa dimanfaatkan demi kepentingan perorangan dan kelompok.

👑👑👑

Seorang gadis pelayan berlari cukup kencang menuju kamar asrama para Lady, lebih tepatnya mengarah ke nomor 88. Ia memutar knop pintu dengan tidak sabaran dan tanpa sengaja melupakan tata krama ketika sedang bertamu.

"Nona Airine, Anda dipanggil untuk pergi ke tanah lapang belakang istana sekarang juga!" seru Rona memberikan informasi pada majikannya.

"Ah iya! Maaf Non, saya kelupaan mengetuk pintu..." tambahnya,

Airine menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengabaikan dan memaklumi saja. "Memang sedarurat apa sampai kau bernapas terengah-engah seperti itu?"

"Anu...soalnya beberapa peserta lain sudah sampai dilapangan, Nona. Saya juga tidak mengerti ada hal apa sehingga para Lady perlu dikumpulkan pada siang bolong seperti ini. Hal tersebut baru saya ketahui barusan dan segeranya menyampaikan pada Anda." kata Rona, menjelaskan alasan mengapa tingkahnya mendadak gegabah.

"Berarti kami juga ya, Rona?" tanya Jean seraya mengangkat satu alisnya. Menunjukkan air muka penasaran. 

Rona baru ingin membalas pertanyaan kawan sekamar majikannya, namun segera diurungkan sebab decitan pintu kembali terbuka dan dihiasi oleh dua orang pelayan yang tampak tidak asing bagi mereka semua.

Keadaan Zora dan Karin hampir sama persis ketika Rona baru saja datang ke kamar mereka bertiga. "Nona, kita semua harus turun, sepertinya kita terlambat!" pekik Karin.

Crowns For Nine PrincessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang