Cecilia Amandine Aldrich merupakan anak tertua dari keluarga Duke Aldrich. Mempunyai seorang adik perempuan yang menginjak usia remaja, membuat Ella-nama panggilan Cecillia, jadi mendapatkan tuntutan yang lebih besar lagi. Berperan sebagai kakak sekaligus ibu bagi adik satu-satunya cukup membuat Ella kadang kala terserang sakit saking lelahnya.
Ditambah lagi dengan sosok Ayah yang terkenal akan tempramental, mengharuskan Ella untuk terus mematuhi apa yang dititahkan oleh sang Ayah. Menjadi robot mainan yang akan selalu cepat, tanggap, sigap dan setia tunduk dibawah perintahnya.
Apabila jikalau ada yang diinginkan Ayahanda namun tidak dipenuhi oleh anaknya, maka tak segan-segan tanpa berpikir 99x pun ia dengan tega menggunakan cara kasar untuk menghukum anak gadisnya itu. Semua penghuni rumah hafal dan tahu betul kelakuan dari kepala keluarga dirumah ini.
Sembari melakukan peran masing-masing, pelayan-pelayan di kediaman Aldrich setiap harinya akan mengomsumsi macam-macam pertikaian mulut maupun tangan antara Ayah dan anak itu.
Lebih pantas disebut budak, mereka pun juga tak akan luput dari kemarahan sang majikan jika saja ada yang berniat mencampuri urusan cekcok di kediaman ini. Tak jarang, kita akan menemui beragam luka bekas kekerasan dipundak, kepala, tangan, dan bagian-bagian tubuh lainnya yang memar atau bernanah.
Maka, tidak usah dipertanyakan lagi siapa dalang dibalik semua itu. Persis seperti yang terjadi saat ini,
"Kubilang aku tidak mau! Aku tidak akan pergi!" balas teriak Ella,
"Berani berteriak hah! Kau menolakku?! Dasar tidak tahu diri, apa hakmu berbicara dengan lancang seperti itu?! Apa kau mau kepalamu kuhancurkan hingga remuk redam Cecillia Amandine?!" Geram sang Ayah,
"Kalau begitu lakukanlah! Aku juga muak setiap hari harus mendengarkan suara omong kosong yang keluar dari mulut tak bergunamu. Haha, lelaki tua bangka didepanku ini tidak pernah ingat umur. Mungkin kau sudah lupa daratan sejak peristiwa itu!" tantang Ella dengan sebuah ungkitan masa lalu diakhir kalimatnya.
"Anak sialan! Mengapa membawa-bawa jalang itu dalam masalah ini? Dia sudah mati bodoh!"
Plak!
Plak!
Plak!
Plak!
Ya, terhitung sebanyak 4x berturut-turut, tamparan keras mendarat dengan mulus dipipi putih Ella. Pria itu pintar dan sangat adil menepatkan cetakan merah bekas telapak tangan pada kedua sisi pipinya. Tapi ini bukan perilaku hebat, lebih mirip kebiasaan kriminal. Pria tua itu sepertinya kebiasaan karena telalu sering dibiarkan.
Didorong tubuh kecil putrinya secara keras kelantai marmer rumah mereka , memposisikan putri seperti dibawah kendalinya.
"Akan lebih baik jika kau susul saja jalang itu kan? Kau tahu, jika suatu barang sudah tidak memiliki nilai guna, buat apa juga kita pertahankan, saranmu lebih baik kita apakan barang ini? Hancurkan mungkin terdengar bagus, " Tanya Duke Aldrich. Sembari tangan beruratnya menggapai vas kaca yang terlihat mahal dan berbahan cukup baik. Sangat baik untuk dilemparkan ke muka Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowns For Nine Princesses
FantasyKisah ini berawal ketika Kerajaan Abraham yang memimpin kedaulatan wilayah bagian timur membuat pengumuman gempar secara tiba-tiba. Inti dari pengumuman tersebut adalah titah pelaksanaan sayembara untuk mencari pendamping kesembilan pangeran Abraham...