Theo dan Devian masih ditempat dan posisi yang sama. Sibuk merapikan penampilan mereka yang terlihat sangat acak-acakan. Dengan sekitaran yang kacau akibat berjatuhannya buku-buku perpustakaan.
"Kau tahu siapa nama lengkap mereka berdua?" tanya Theo pada saudaranya,
"Sedikit. Yang bertengkar denganmu itu adiknya Alvin loh," balas Devian
Theo berdecak sebal, "Benarkah?! Sifat keduanya bertolak belakang sekali."
"Jadi?" sambung Theo. Devian melamun seraya mengetuk-ngetuk dagunya, ala-ala sedang berpikir. Padahal pria itu sangat hapmfal nama si gadis buas. "Dia Theresia Marion Grissham."
"Satunya?"
"Ella? Entahlah juga aku kurang tahu lengkapnya siapa. Tapi dengar-dengar mereka sama-sama anak Duke."
"Ayo pergi!" ajak Theo tiba-tiba. Sedangkan Devian yang diajak hanya menanggapi dengan wajah bingung, "Kemana?"
"Aku akan meminta Grand Duke untuk mengeliminasi Ella."
"Tuan Nashir?!" Theo menganggukan kepalanya mantap.
"Hei, jangan bodoh! Kasihan dia! Tinggal maafkan dan lupakan saja, lagian salah kau juga menghina nama pemberian teman Theresia. Kau ditimpuk buku hanya dari Theresia, dan Ella hanya padaku. Aku tahu kau merasa harga dirimu turun, tapi mengeliminasi peserta merupakan hal yang tercela. Theo, sejak kecil kita tidak pernah dididik seperti itu." bela Devian sambil mengingatkan.
"Tapi emosiku belum puas."
"Pilih kasih. Lantas hanya karena Theresia merupakan adik sahabatmu kau membiarkannya dan melemparkan semua hukuman pada Ella. Ada apa denganmu? Jika Stefan tau kau bertindak gegabah dan tidak adil seperti ini, dia pasti akan sangat kecewa. Kau tau bagaimana prinsip pria itu kan?"
"Kemudian, kita juga tidak tau Ella berasal dari keluarga Duke mana. Mengeliminasi-nya sembarangan hanya akan mendatangkan masalah baru bagimu serta orang lain." sambungnya,
Theo hanya diam mendengarkan dengan tenang, "Kau masih ada niatan untuk lanjut?"
"Ya, Aku yakin ini bukan masalah besar. Lagi pula, aku adalah sesuatu yang sedang mereka perjuangkan. Ini juga hakku dalam memilih putri yang layak menjadi pendampingku." ujar Theo dengan keputusan bulat.
"Aku? Lebih tepatnya kau salah satu. Sesuatu? Kau menganggap dirimu barang ya. Theo...Theo, kau tidak melupakan satu fakta kan bahwa kau bukan satu-satunya yang mereka perjuangkan? Bisa saja Ella adalah takdir adik atau kakakmu. Dan itu sudah ketelaluan jika kau main ikut campur. Hargailah usahanya, dia baru dua hari disini." saudaranya tidak lanjut membalas. Ia terdiam untuk yang kedua kalinya.
Devian menggelengkan kepalanya sembari tersenyum miris, "Oke, mari kita tunggu masa depan akan mendatangkan apa padamu."
"Egoisme-mu harus diobati dengan cara apasih Theo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowns For Nine Princesses
FantasyKisah ini berawal ketika Kerajaan Abraham yang memimpin kedaulatan wilayah bagian timur membuat pengumuman gempar secara tiba-tiba. Inti dari pengumuman tersebut adalah titah pelaksanaan sayembara untuk mencari pendamping kesembilan pangeran Abraham...