02 : Pro dan Kontra

4.7K 383 100
                                    

Seperti hari-hari kebanyakan, pagi ini seorang gadis dengan nametag lengkap Sophia Joe Matilda baru akan berangkat menuju les menari yang ia buka 6 bulan yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari-hari kebanyakan, pagi ini seorang gadis dengan nametag lengkap Sophia Joe Matilda baru akan berangkat menuju les menari yang ia buka 6 bulan yang lalu.

Beruntung karena keahliannya dalam menari yang telah diakui oleh warga kota Dominos, Sophia rata-rata menerima tawaran mengajar anak-anak dari kalangan pejabat. Selain dibayar dengan harga tinggi, Sophia juga terkadang diberikan bonus fasilitas menari yang harganya bisa di bilang fantastis oleh para orang tau anak didiknya.

Dengan begitu, dari mulut ke mulut, kabar burung tentang kehebatan les Sophia yang dibukanya itu jadi laku keras hingga ia kian merekrut penari lain untuk digaji perbulannya. Demikian kata lain, usahanya berhasil!

"Sophia!" panggil seseorang yang ia kenal dengan sapaan Ibu.

"Iya Ibu, aku datang!" balasnya setengah berteriak,

Setibanya ia saat mendapati presensi sang ibu, Sophia mengerutkan dahinya pertanda 'ada apa?'

"Kau mau ketempat les?" Sophia mengangguk mengiyakan.

"Tidak usah pergi lagi," sambungnya.

"Maksud Ibu?" Sungguh ia bingung setengah mati. Bagaimana tidak? Bukankah ibunya sendiri tau bahwa Sophia punya tanggung jawab penuh terhadap tempat les itu. Jika ia sekali saja tidak datang maka para orang tua anak didiknya akan komplen dan merasa bingung akan absennya di tempat les. Sebab pada dasarnya, tak sekalipun di hari apapun Sophia tidak mendatangi tempat les nya.

Takutnya, jika Ibu dengan mendadak menyerukan untuk tak pergi sebagaimana pagi ini, para orang tua akan berpikiran tentang tidak becus nya Sophia dalam berkerja, hal ini mau tak mau ia pertimbangkan sebagai risiko karena perangainya yang terlalu sering menerima hadiah dari para orang tua anak didiknya.

"Kau tidak usah ketempat les lagi. Tutup saja les mu itu. Berdiamlah dirumah dan manjakan dirimu dengan perawatan herbal kecantikan. Besok pagi pendaftaran sekaligus pengasramaan peserta yang ikut sayembara. Aku tidak perlu menjelaskanmu terlalu rinci, kau tidak setertinggal itu bukan untuk tahu pengumumannya? Maka dari itu, tidak usah panjang lebar aku bicara, Ibu mau kau ikut serta ya untuk kompetisi?" cecarnya,

"Tapi Bu, bagaimana dengan pelangganku? Bagaimana dengan karyawanku? Bagaimana dengan tempat les yang baru-baru saja aku sukseskan saat ini? Bukankah kau juga tau aku baru sekali memulai usahanya dan syukur itu tergolong cepat untuk kasus pemula sepertiku. Hanya untuk sayembara semacam itu aku rasa tidaklah sepadan dengan perjuanganku selama ini. Lagi, belum tentu aku menang dan haruskah aku bayar dengan merelakan tempat les itu?" tolak Sophia.

Prang!

Sebuah vas bunga berukuran tinggi 30 cm telah pecah didorong oleh sang Ibunda. Sophia kaget setengah mati, gadis itu reflek menelan ludahnya dengan susah payah. Apa ia begitu keterlaluan hingga Ibunda bahkan rela memecahkan vas bunga yang ia tau merupakan benda kesayangan wanita itu?

Crowns For Nine PrincessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang