Sekolah

20 6 0
                                    

Sesuai yang di janjikan kamu mendaftarkan hyeongwoo ke sekolahmu. Disinilah kamu berdiri di samping jihoon untuk mengurus pendaftaran hyeongwoo tapi sebelum itu kamu membuat kartu keluarga baru yang berisi kamu, hyeongwoo dan jihoon.

"Jadi kamu lahir di luar nikah (name)?" -kepsek

"Iya betul, anak saya selalu di titipkan di kakek sampai besar" -kamu

Jihoon tidak menyangka kamu akan senekat ini untuk mengurus anak laki-laki itu, namun beda dengan pemikiran hyeongwoo dia mengira hanya di awal saja kamu menyayangi hyeongwoo ternyata tidak.

'Jangan terlalu baper hyeongwoo, suatu hari dia akan meninggalkanku seperti ayah dan ibu' -hyeongwoo

"Wah ada juga lelaki yang mau bertanggung jawab, saya tidak menyangka kalo laki-laki itu adalah pak jihoon" -kepsek

Jihoon tersenyum canggung.

"Mau gimana lagi bu, saya sayang sama dia" -jihoon

Pria itu merangkul bahumu dan merangkul hyeongwoo.

"Saya iri, oh ya (name) ini formulir pendaftarannya, batas waktunya sampai bulan agustus ya berhubung kalian lagi buat kartu keluarga" -kepsek

Kamu menerima formulir itu dan mengangguk. Kamu, jihoon dan hyeongwoo keluar ruangan kepsek.

"Bikin tegang saja" -jihoon

"Memang begitukan sistem disini" -kamu

"A-aku..." -hyeongwoo

Mereka berdua melihat hyeongwoo.

"Bolehkah aku melihat jasad ayah?" -hyeongwoo

Jihoon melihatmu heran.

"Ayah? Ayahnya udah meninggal?" -jihoon

Kamu mengangguk.

"Oke boleh" -kamu, jihoon

Kalian berdua naik mobil dan menuju pemakaman. Kalian masuk ke dalam sana, kalo di korea mereka menyediakan pegawai untuk menjaga buku pengunjung yang datang dan agar kalian bisa mengetahui nomor berapa abu yang orang meninggal di taruh.

"Ayah ini aku... apa aku terlambat datang?" -hyeongwoo

"....."

"Ayah sudah tenang disana, tinggal aku yang harus berjuang, aku akan membalas dendam kepada ibu" -hyeongwoo

"....."

"Tapi ayah aku bersyukur banget masih ada orang baik yang mau merawatku layaknya seorang anak" -hyeongwoo

"....."

"Aku sangat beruntung bisa bertemu dengannya, pasti ayah juga senang melihat ibu tiri baru aku dan suaminya" -hyeongwoo

"....."

"Ayah lindungi aku ya... semoga ayah tenang disana" -hyeongwoo

Sedikit demi sedikit hyeongwoo mengeluarkan suara isakan, namun dia tahan karena malu dengan orang tua barunya.

"Nangis aja jangan di tahan" -jihoon

Hyeongwoo memeluk jihoon dengan erat dan menangis di pelukan pria gulali ini.

"Hei, anakmu tinggi sekali aku jadi insecure nih! Dasar pria ini setidaknya bilang ke gua dong kalo lu butuh apapun malah ninggalin anjer" -kamu

"Noh liat anakmu mewek di rumah gua, di pojokan pula" -lanjutmu

Hyeongwoo dan jihoon saling tatapan lalu tertawa melihat tingkah kamu seperti menghina padahal hanya bercanda.

"Apa pula 2 orang ini?" -kamu

Mereka masih tertawa.

"Aku akan membalaskan dendammu" -kamu

Mereka bertiga mengucapkan salam perpisahan lalu keluar dari pemakaman itu.

"Bagaimana kalo kita makan dulu? Kau laparkan hyeongwoo" -jihoon

"Ya IYA! Aku mau makan enak!" -hyeongwoo

Jihoon mengangguk lalu pergi ke restoran yang enak. Kamu selalu memerhatikan jihoon, ternyata pria ini tampan juga ya dengan rambut pinknya kelihatan cute boy gitu.

"Kau melihat apa?" -jihoon

"Kegantenganmu, kenapa? Gaboleh?" -kamu

Ingin rasanya jihoon menampar bocah prik ini, iyalah pengen di tampar soalnya kamu sudah berhasil membuat jihoon terbang.

"Dan anak mamah juga ganteng seperti bapak tirinya" -kamu

Hyeongwoo tersenyum senang.

"Kau tidak beraktingkan?" -jihoon

"Tidak" -kamu

"Tapi apa boleh aku panggil kalian dengan sebutan itu? Meskipun kalian masih muda?" -hyeongwoo

"Tidak apa-apa kita sudah biasa memanggil itu" -jihoon

Kamu mengangguk.

"Tumben ngangguk" -jihoon

"Daripada ribut" -kamu

Crew || lookismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang