BAB 6

246 15 0
                                    

Dengan langkah tergesa, Aiza berjalan setengah berlari masuk kedalam salah satu rumah sakit besar yang ada di Jakarta. 

Baru 15 menit yang lalu ia mendapatkan pesan dari Elena tentang kondisi Ali. Sepertinya gadis itu berusaha menghubungi Aiza lewat sambungan telepon, tapi tidak mendapatkan respon dari Aiza. ia sedang ada meeting penting saat Elena menghubunginya dan Aiza lupa membawa HP-nya. 

Saat membaca pesan itu, Bukannya  panik atau khawatir, Aiza malah tertawa mengetahui alasan Ali masuk rumah sakit. 

Ia heran, apa indra penyecap Ali tidak  berfungsi saat laki-laki itu memakan es krim kadaluarsa. Jika Aiza yang ada diposisi Ali, mungkin ia sudah memuntahkan es krim itu disuapan pertamanya karena rasanya yang aneh. 

Aiza harus bergegas untuk sampai diruangan Ali, ia tidak bisa datang bersama dengan teman-temannya karena meeting itu. Gadis itu hanya berharap teman-temannya masih ada disana. 

Ditengah lobi, Aiza menghentikan langkahnya. gadis itu mengeluarkan HP-nya dan melihat pesan Elena yang memberi tahu letak ruangan Ali. Mengetahui ruangan Ali ada di lantai 3, Aiza segera menuju lift. 

Untunglah lift itu kosong hingga Aiza bisa dengan leluasa untuk menggunakannya. Gadis itu segera menekan tombol no 3 dan berharap tidak ada lagi yang masuk. Entah kenapa, Aiza sering merasa pusing jika berada dalam ruangan sempit dengan banyak orang didalamnya, ia juga sering merasakan hal yang sama saat ia berada ditempat yang terlalu bising.

Tidak butuh waktu lama untuk Aiza sampai di lantai tiga tempat dimana Ali dirawat. Saat pintu terbuka, Aiza melihat seorang gadis dengan kerudung pink sedang menunggu untuk menggunakan lift. 

Tanpa sengaja, tatapan mereka bertemu, Aiza yang canggung hanya tersenyum tipis. Sementara gadis itu, ia menatap Aiza dalam seakan sudah lama mengenal Aiza. 

Aiza yang tidak nyaman ditatap seperti itu segera memutus kontak matanya dan melangkah keluar dari lift dan berjalan melewati gadis itu. 

Karena penasaran, Aiza lalu menghentikan langkahnya dan melirik sekilas ketempat gadis berkerudung pink itu berada. Benar saja dugaan Aiza, gadis itu tidak melepaskan tatapannya dari dirinya. 

Tidak mau terlalu perduli, Aiza kembali melanjutkan langkahnya meskipun pikirannya tidak bisa lepas dari gadis berkerudung pink itu. Aiza memutar otaknya mencoba menggali potongan nemori tentang gadis itu, tapi nihil, Aiza sama sekali tidak menemukannya. 

Sekilas, Aiza melihat luka pada tatapan gadis itu. Karena itulah Aiza tidak bisa menghilangkan bayangannya.

Sekali lagi, Aiza melihat kearah lift itu tanpa menghentikan langkahnya. Kali ini tidak ada siapapun disana, sepertinya orang yang Aiza cari sudah masuk kedalam lift. 

Karena tidak fokus, Aiza tidak menyadari ada orang yang berjalan cepat kearahnya. 

BRUK

"Aw!" Aiza meringis kesakitan merasakan pantatnya menyentuh lantai dengan cukup keras. 

"Mba gapapa?" Tanya si penabrak. 

"Mas, kalo jalan hati-hati dong!" Bentak Aiza menyalahkan orang lain. Ia masih belum berdiri merasakan pantatnya yang masih terasa sakit. 

"Lah, ko jadi saya yang salah sih, Mba. Kan situ yang jalannya gak lihat-lihat." Sanggah orang itu tidak terima disalahkan begitu saja. 

Aiza yang kesal karena hanya dirinya yang terjatuh juga tidak terima disalahkan begitu, meskipun sebenarnya memang dirinya yang salah karena tidak memperhatikan jalan. 

MARRIED WITH MY FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang