BAB 8

201 11 0
                                    

Keringat dingin, tubuh yang bergetar dan lidah yang mulai terasa pahit, setidaknya 3 hal itulah yang Aiza rasakan saat ini. Dihadapannya tengah terpampang layar besar yang menayangkan sebuah film bergendre horor yang samasekali tidak pernah dan tidak akan pernah muncul dalam list rencana nontonnya.

Entah siapa yang berani mengubah rencana, karena sedari awal Aiza dan dan reka-rekannya berencana untuk menonton film bergendre fantasi buatan barat. Bukan film bergendre horor buatan indonesia yang terkenal sangat menakutkan.

Mungkin bagi penikmat film horor atau setidaknya tidak penakut seperti dirinya film itu akan sangat menyenangkan sekaligus menegangkan juga menantang, tapi bagi Aiza yang sangat penakut film itu sudah seperti neraka untuknya.

Seperti sekarang, Tepat saat wanita berwajah hancur muncul di layar, Aiza menutup matanya rapat. Tidak lupa ia menutup telinganya karena berbarengan dengan munculnya sosok menyeramkan itu suara yang tidak kalah menyeramkan tertangkap oleh indra pendengarannya. Jika saja sedari awal Aiza tahu akan menonton film horor, ia tidak akan mau untuk ikut dan akan lebih memilih untuk menemani Gerald menghadiri pesta ulang tahun pernikahan orangtua salah satu rekan Gerald yang sudah berumur 80 tahun yang sudah dipastikan akan sangat membosankan.

Jangan berpikir Aiza hanya diam saja, Sudah berkali-kali Aiza mencoba untuk beranjak dari tempat itu, tapi setiap kali gadis itu membuka matanya, adegan menyeramkan akan muncul membuat nyali Aiza kembali ciut.

Rasanya seperti dejavu. Dulu, Aiza juga pernah berada dalam situasi seperti ini. Saat itu Gerald, Ali dan Reynald baru masuk SMP. Untuk pertama kalinya mereka tahu rute ke mall dengan menggunakan kendaraan umum. Ketiga orang itu lalu mengajak Aiza dan Elena menonton.

Hal yang tidak Aiza ketahui adalah mereka akan menonton film horor. Saat itu Aiza benar-benar ketakutan, ia tidak berani membuka mata waau hanya sesaat. Akhirnya, ia meminta tolong pada Gerald yang sat itu duduk disampingnya untuk membawanya keluar. Gerald yang memang sudah menantikan film itu tidak mengindahkan keinginan Aiza dan malah menakut nakuti gadis itu. Aiza tidak bisa meminta bantuan pada siapa-siapa lagi karena ia duduk diujung, satu-satunya harapan Aiza hanyalah Gerald. Akhirnya gadis itu berteriak-teriak pada Gerald hingga membuat semua orang terganggu. Akhirnya, dengan berat hati Gerald beranjak dari kursinya dan membawa gadis itu keluar sebelum penonton yang lain mengamuk.

Kejadian yang sama juga pernah terjadi saat pertama kalinya Aiza menonton dengan rekan-rekan kantornya. Saat itu Aiza hanya diajak saja tanpa tahu mereka akan nonton film apa, dan kebiasaan buruk Aiza yang tidak mau repot-repot membaca judul film yang akan ditonton di tiket bioskop menjadi bumerang untuknya. Aiza baru nenyadari film itu saat ia akan mencari kursi tempatnya duduk setelah ia masuk kedalam bioskop. Kejadian itu persis yang terjadi seperti sekarang.

Saat itu Aiza hanya bisa diam, ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri dengan keluar begitu saja dari dalam bioskop. Akhirnya, sepanjang film Aiza hanya menutup matanya dan menulikan telinganya mencoba duduk tenang dikursinya selama hampir 2 jam penuh. Oh ... ingatkan Aiza untuk memesan tiket sendiri bukannya dipesankan oleh orang lain.

"Aiza."

Lamunan Aiza seketika pecah, Bulu kuduknya berdiri mendengar bisikan menyeramkan menyebut namanya tepat di telinganya. Gadis itu menelan ludah paksa, ia berusaha mensugesti dirinya bahwa suara itu hanya halusinasinya saja dan tidak nyata.

"Aiza!"

Lagi, suara bisikan itu kembali terdengar di telinga Aiza, kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Tak ayal sugesti yang ia bangun runtuh begitu saja karena suara itu sangat jelas terdengar.

Dengan tubuh bergetar, Aiza memutar tubuhnya menoleh kearah sumber suara dengan tanpa membuka matanya. Setelah mengumpulkan keberaniannya, gadis itu membuka matanya. Dan betapa terkejutnya Aiza saat ia membuka mata karena tepat dihadapannya, hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya, Aiza melihat wajah makhluk entah apa itu tengah mentapnya.

MARRIED WITH MY FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang