BAB 19

226 10 30
                                    

"Bisa gak sih kamu pake pakaian yang sopan, Aiza. "

Tegur Reno saat Aiza bahkan masih berjalan meggeret koper ungunya menghampiri sang paman. 

Aiza menilik penampilannya, lalu beralih kearah gadis yang duduk disamping pamannya, tidak ada yang salah dengan penampilannya. Ia hanya memakai tengtop hitam, itupun dibalut dengan kemeja lavendernya. Celana jinsnya juga panjang, setidaknya pakaiannya lebih sopan dibandingkan dengan wanita yang duduk di kursi tepat disamping pamannya yang saat ini tengah sibuk menarik-narik dres merahnya agar setidaknya menutupi sampai lututnya. tapi percuma, karena Aiza tahu betul dress nacam apa yang dipakai wanita itu. 

"Gak ada yang salah dengan pakaian Aiza. Ini sudah cukup sopan, mang." Ijar Aiza sembari mendudukan dirinya didepan Reno. 

"Kamu itu seorang Muslimah, pake jilbab kamu!"

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Aiza mengalihkan pembicaraan. 

Reno hanya menghela napas. ia tahu kalau keponakannya tidak suka membahas hal seperti ini. "Penerbangan kita tiga jam lagi."

" Tiga jam lagi? Tahu gitu Aiza gak perlu buru-buru cekout."

"Terus kamu mau ngapain disini? Mau macem-macem lagi sama Gerald?"

Aiza hanya memutar matanya jengah mnanggapi sindiran pamannya. 

"Kita ke bandara sekarang."

"Aiza mau ke toilet dulu."

***

Sementara itu ditempat lain, seorang lelaki tengah berjalan menuju sudut dalam hotel, dengan kedua telapak tangan ada disaku depan jins putihnya 

Tanpa ada hambatan apapun lelaki itu berhasil sampai kedalam dapur hotel. Seolah sudah tahu setiap sudut tempat itu, dengan luwesnya ia berjalan dan menemukan orang yang dicarinya. 

Tapi yang aneh, tempat yang biasanya sangat ramai terlebih di jam menuju makan siang, kali ini terlihat sangat sepi. Hanya ada tiga orang didalam sana, salah satunya adalah lelaki dengan topi chef tinggi dan tato naga biru dilengan kananya. 

"Semua sudah dikerjakan sesuai perintah anda dan juga beliau, tuan." Ucap si topi jangkung dengan bangganya. 

"Yah, kerja kalian bagus. Akan kutambah bayaran kalian."

Ketiga orang itu saling menatap dan tersenyum senang mendengar bayaran mereka akan ditambah. 

"Barang yang saya minta?"

Salah seorang diantara ketiga orang itu lalu berjalan mendekati sang tuan dan menyerahkan sebuah tas kecil padanya. "Ini barang gadis yang anda perintahkan untuk mengambilnya."

" Kalian tidak menyentuh isi didalamnya?" Tanya orang itu sembari membuka tas berwarna hitam itu yang ternyata adalah hasil rajutan. Sangat kuno, tapi cukup menawan. 

"Tidak sama sekali, tuan."

"Bagus." Orang itu lalu merogoh sakunya untuk mengambil HP dan mengutak-atiknya. "Bayaran kalian sudah ku kirim."Setelah itu, ia berbalik sembari asyik mengobrak-abrik isi tas hitam itu. 

Sementara ketiga orang lainnya dalam ruangan itu tengah berbahagia karena bonus yang diterima mereka hampir dua kali lipat dari bayaran yang mereka terima. 

Lelaki berkaos biru itu terus berjalan, tangannya berhasil meraih sesuatu yang menarik, sebuah handphone. Tapi sebelum benda itu berhasil keluar, sebuah suara menghentikannya. 

"Ternyata lo itu pencuri yah."

Lelaki itu menghentikan langkahnya lalu berbalik dan tersenyum tanpa dosa. 

MARRIED WITH MY FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang