Tepat setelah matahari benar-benar tenggelam, Stevan mengantar Aiza ke hotel yang akan gadis itu tempati.
Setelah mengambil kartu kuncinya di resepsionis tadi, Aiza segera pergi ke kamarnya yang ada di lantai 4, bersebelahan dengan kamar hotel yang ditempati Gerald.
Yah, hotel itu memang bukan hotel raksasa seperti hotel lainnya yang bernaung di perusahaan milik ayah Gerald. Hotel itu adalah hotel yang dibangun dari dana pribadi Gerald dan baru dibuka dua tahun yang lalu.
Tapi meskipun hanya hotel kecil, daftar list yang menunggu untuk menginap di hotel itu sangat panjang. Terang saja, hotel itu ada diatas tebing yang menghadap langsung kearah laut yang memungkinkan orang-orang untuk melihat matahari terbit hanya dari atas tempat tidur mereka. Dan lagi, design hotel yang unik dan modern membuat daya tarik hotel itu semakin tinggi.
Setelah membuka pintu dengan key card yang dibawanya, Aiza segera masuk lalu membuka sepatunya dan melemparnya asal, tanpa menghiraukan sandal hotel yang memang sudah disediakan. Aiza segera menghampiri kasurnya dan menjatuhkan tubuhnya begitu saja tanpa berniat untuk pergi ke kamar mandi hanya untuk mencuci muka dan kakinya.
Aiza tidak perduli jika ia dikatai jorok, karena ia benar-benar kelelahan saat ini. Yah, meskipun Aiza sangat menikmati acara kaburnya tadi.
Gadis itu tersentak, saat suasana kamar yang awalnya gelap seketika berubah menjadi terang.
Ia segera bangun dengan perasaan waswas yang melingkupinya. Hingga matanya melihat sosok laki-laki yang tengah bersender di dinding dekat saklar lampu.
Melihat orang itu, rasa waswas dan takut Aiza seketika sirna. Gadis itu lalu kembali membaringkan tubuhnya berniat untuk melanjutkan rencananya tanpa menghiraukan lelaki yang tengah menatapnya intens.
"Darimana aja lo baru pulang jam segini?"
Aiza tidak menjawab dan memilih untuk pura-pura tidur. Ia malas berbicara pada orang yang sudah meninggalkannya begitu saja di bandara.
"Lo ninggalin koper gue di bandara, Az."
Seriously, Gerald bahkan lebih mementingkan kopernya daripada Aiza. Ingin sekali Aiza melebarkan bantal ke arah lelaki itu dan menutup mulutnya, tapi ia sedang tidak mood melihat wajah Gerald, alhasil ia menggunakan bantal itu untuk menutup telinganya.
SRET
Dengan sekali gerakan, Gerald menarik bantal yang menghalangi wajah Aiza. Tak ayal hal itu membuat Aiza berang dan bangun dari tempat tidurnya.
"Mau lo apa sih, Er? Ini kamar gue dan gak seharusnya lo masuk dengan seenak jidat lo kaya gini."
"Gue yang bayarin kamar lo, jadi gue berhak ada disini."
"Kalo gitu gue keluar dari kamar ini."
Saat tangan Aiza meraih kopernya berniat untuk keluar dari kamar itu, tiba-tiba tangan Gerald mencekal tangannya.
"Lo gak bisa pergi sebelum jelasin ke gue lo pergi kekamana? dan..." Gerald menjeda kalimatnya menyadari ada jaket laki-laki yang menempel di tubuh Aiza. "Jaket siapa ini?" Lanjut Gerald menarik kerah jaket hitam itu.
Aiza menghempas tangan Gerald dari jaket milik Stevan dan dengan santainya gadis itu menjawab. "jaket ini punya lelaki gentel yang mau ngasih tumpangan ke cewek yang ditinggalin gitu aja sama temennya di bandara."
"Cowok gentel gak akan bawa jalan cewek yang baru dikenalnya sampe malem kaya gini."
"Setidaknya dia mau nganterin gue dengan selamat sampai tujuan." Balas Aiza sembari menyentak tangannya hingga terlepas dari genggaman Gerald. Setelah itu, Aiza melanjutkan niatnya yang sempat tertunda untuk keluar dari kamar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH MY FRIEND
Romance"Aaaa" Aiza tidak bisa menahan suaranya karena terkejut melihat Gerald, sahabatnya sendiri tengah tertidur disampingnya, dibawah selimut yang sama dengan kondisi topless. Gerald yang mendengar teriakan Aiza seketika terbangun, ia terkejut dan bin...