DUA BULAN SEBELUMNYA
BRAKSuara pintu yang ditutup dengan kasar terdengar nyaring di sebuah ruangan luas nan mewah milik seorang Gerald Atmaja. Meskipun tenaganya sudah terkuras karena perutnya tidak kunjung berhenti mengeluarkan isinya, tapi laki-laki dengan setelan kemeja berantakan yang jasanya entah sudah pergi kemena itu masih sanggup membanting pintu dengan begitu kuatnya.
Kakinya yang sudah lemas harus ia paksakan untuk berjalan menuju kursi kebesarannya. laki-laki itu menghela napas panjang setelah menduduki kursinya. Ia tidak mengira bahwa gadis yang menjadi sekretaris sekaligus sahabatnya itu tega melakukan hal keji seperti ini pada dirinya hanya karena hal yang sepele. Setidaknya, menurut Gerald.
"Oh sial!" Umpat laki-laki itu sambil beranjak dari kursi nyamannya dan melangkah dengan tergesa menuju salah satu pintu dari tiga pintu yang ada di ruangan itu. Padahal baru saja dia memejamkan matanya berniat untuk beristirahat, tapi perutnya tidak bisa dikompromi dan kembali mulas menuntut Gerald untuk mengeluarkan isinya yang mungkin sudah tidak bersisa lagi.
Sementara itu, di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor dimana sang pemilik sedang tersiksa, gadis yang menjadi tersangka utama dari siksaan yang menimpa sang CEO sedang menikmati jus jeruk kesukaannya dengan senyum kemenangan yang tidak lepas dari bibir tipisnya.
Irish coklat mudanya memang memandang kearah makanan didepannya, tapi bayangan yang sampai ke otaknya adalah bayangan bos sekaligus sahabatnya yang saat ini sedang tersiksa diruangannya.
"Lo gak lagi kesambet kan, Za?" Tanya gadis lain yang duduk tepat dihadapannya yang hanya dibatasi dengan meja. Bukan tanpa alasan gadis itu bertanya demikian, pasalnya dari awal kedatangannya hingga lima belas menit lamanya, sahabatnya itu tidak berhenti tersenyum aneh, entah tersenyum karena apa.
Sementara yang ditanya mencebikan bibirnya kesal sembari memprotes sang penegur yang membuat bayangan bosnya lenyap dari kepalanya, "Lo ganggu kesenangan gue aja."
"Ya abisnya dari lima belas menit yang lalu lo gak berhenti senyum-senyum sendiri." Ujar gadis dengan rambut lurusnya yang tergerai begitu saja sambil menikmati makan siangnya yang baru saja datang. Dia adalah Elena Atmaja, adik satu-tunya Gerald Atmaja.
Namun, baru saja beberapa suap gadis itu menyantap makanannya, Elena kembali meletakan alat makannya dan memandang gadis berkuncir kuda didepannya dengan mata menyipit, "Wait, wait, wait, kalo lo senyum-senyum gak jelas kayak gini pasti udah terjadi sesuatu. Kali ini apa yang lo lakuin sama abang gue?" Tanya Elena yang mengetahui tabiat sahabatnya ini sedari mereka masih SMA.
"Gue ngasih abang lo obat pecahar." Jawab gadis itu ringan.
"What?" Teriak Elena syok, meskipun Aiza sudah biasa melakukan hal-hal aneh pada kakaknya, tapi tetap saja dia selalu terkejut dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu. "Lo gila yah?"
"Lagian siapa suruh dia gagalin kencan buta gue." Ujar gadis itu membela dirinya sendiri.
Bukan tanpa alasan, Aiza Az-zahra, gadis itu melakukan hal keji seperti itu. Ia hanya ingin memberikan Gerald pelajaran karena dengan lancangnya memberikan teman kencannya obat pencahar, obat yang sama dengan yang diberikan dirinya pada Gerald.
Yah, kemarin Aiza melakukan kencan buta dengan teman dari temannya. Aiza terpaksa melakukan sesi kencan buta karena selama 25 tahun hidupnya, ia tidak pernah merasakan yang namanya berpacaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH MY FRIEND
Romance"Aaaa" Aiza tidak bisa menahan suaranya karena terkejut melihat Gerald, sahabatnya sendiri tengah tertidur disampingnya, dibawah selimut yang sama dengan kondisi topless. Gerald yang mendengar teriakan Aiza seketika terbangun, ia terkejut dan bin...