09. None

271 35 8
                                    

"Tidak akan ada satupun dari kalian yang dapat memiliki Zeyu."

09

"Ya, kamu milikku, Zhang Zeyu."

Zhang Ji menundukkan kepala nya, mencium bibir Zeyu dengan kasar, lumatan itu semakin menuntut, meski sedikit khawatir Zeyu tetap mengikuti Zhang Ji.

Pahit dan manis, mungkin dua kata ini yang paling tepat menggambarkan hubungan keduanya saat ini, keduanya saling meminta tanpa tujuan, hanya untuk saling memuaskan.

Zhang Ji melepaskan ciumannya lebih dulu, dan suara nafas terengah-engah memecah kesunyian mereka berdua di tengah malam.

"Zhang Zeyu, kamu harus berpikir sebelum bertindak." Zhang Ji berbalik untuk pergi, tetapi Zeyu meraih pergelangan tangannya.

Zeyu menyenderkan kepala nya ke pundak Zhang Ji, dan suara nya yang teredam mulai terdengar, "Zhang Ji, kamu yang harus berpikir? Kenapa menjadi seperti ini? Kamu tidak menginginkanku lagi?"

Ya, apa yang Zeyu katakan memang benar, tapi Zhang Ji hanya merasa ada yang salah. Ini bukan jenis hubungan yang diinginkan Zeyu, hubungan yang saling menyiksa.

"Zeyu, aku — ..." Sebelum Zhang Ji sempat berbicara, Zeyu sudah mencium lehernya, meninggalkan tanda merah cerah yang mencolok.

"Kamu menginginkanku, kan?" Zeyu bertanya lagi, kali ini dia menatap Zhang Ji dengan mata berair seperti anak anjing.

Tak terdengar jawaban dari mulut Zhang Ji, jari telunjuk Zeyu perlahan membelai bibir Zhang Ji, Zeyu benar-benar berniat menggoda Zhang Ji. Atau mungkin, sebaliknya, dia berbohong, mencoba mengendalikan Zhang Ji untuk melampiaskan kesedihannya.

Zhang Ji memalingkan muka, dan memegang tangan Zeyu. "Aku bukan Junhao." Kalimat itu membuat Zeyu merasa seperti di paksa jatuh.

Tok tok

Terdengar ketukan di pintu, dan melihat Zeyu berdiri di sana tanpa bergerak, Zhang Ji berinisiatif untuk membuka pintu.

Saat pintu di buka, Zhang Ji sedikit terkejut melihat kedatangan seseorang yang tidak di undang, Zhang Junhao.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Zhang Ji dengan suara rendah, tetapi sepertinya dia menyadari kemana tatapan Junhao melihat.

"Apa hubungan mu dengan Zeyu?" Benar saja, seperti yang di harapkan Zhang Ji, Junhao pasti akan bertanya mengenai hal itu.

Zhang Ji tidak berniat menjawab, dia hanya tersenyum simpul, dan jauh di pikirannya, dia ingin memanfaatkan situasi ini untuk memalsukan situasi yang sebenarnya.

"Lebih dari yang bisa kamu bayangkan," jawab Zhang Ji dengan provokatif.

"Aku ingin melihat Zeyu." Junhao mengepalkan tinjunya, bahkan merasa kuku tajam nya akan tenggelam ke dalam dagingnya.

Junhao merasa tidak terima, dia masih berharap kalau yang di katakan Zhang Ji itu tidak benar, dia hanya tidak ingin melihat Zeyu di miliki orang lain. Tanpa sadar kalau diri nya juga milik orang lain.

"Aku tidak ingin ada yang melihat kekasihku dalam keadaan berantakan, kecuali oleh diriku sendiri, tentu nya." Zhang Ji tersenyum dan menahan Junhao untuk tidak masuk.

"Zhang Ji, kamu!"

Zhang Ji masih tersenyum di tempat nya, melupakan  sejenak kalau bukan itu keadaan yang sebenarnya.

Meskipun Zhang Ji tahu jelas, kalau situasi ini terbuat karena rasa sedih Zeyu yang meluap kepada Junhao, tapi karena rasa tidak ingin kalah nya terhadap Junhao, Zhang Ji berbohong, dia membuat skenario palsu, sengaja membuat Junhao merasa di tinggalkan.

"Kurasa kamu harus pergi sekarang, tidak sopan meninggalkan 'tunanganmu' di hari pertunangan." Zhang Ji sengaja menekankan kata 'tunangan', agar Junhao sadar, bahwa tanggung jawabnya sekarang adalah Mu Zhicheng bukan Zhang Zeyu.

"Kita berbicara lagi nanti." Zhang Ji menutup pintu dengan keras di depan Junhao.

Zhang Ji berbalik dan tidak melihat Zeyu lagi di ruang santai, jadi dia memilih duduk di sofa dan melihat ke arah pintu kamar yang tidak jauh darinya.

"Aku akan membuat kalian kehilangan satu sama lain," gumam Zhang Ji tajam.

Ia sudah menentukan pilihan, ia akan membiarkan Zeyu tetap berada di sisinya, meski ia tahu Zeyu pasti akan terluka.

Tapi itulah Zhang Ji dan ego nya, menjadi luka sekaligus obat bagi Zhang Zeyu.



























Entah sejak kapan Junhao merasa Zuo Hang cukup kejam karena meninggalkannya kemarin, jadi dia harus berjalan jauh untuk pulang ke rumah karena tidak membawa uang untuk membayar taksi.

Hari ini dia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kampus, raut wajah nya tak bersahabat, bahkan Xinhao yang di samping nya berusaha menjaga jarak.

Adapun Jiaxin, dia sudah boleh pulang, dan beraktivitas seperti biasa, tapi harus tetap meminum obat secara rutin, jadi secara fisik sudah tidak ada masalah khusus pada tubuh Jiaxin.

"Astaga, latihan kita jadi tertunda gara - gara aku." Jiaxin menggaruk tengkuk nya kikuk, dan tersenyum malu.

"Maaf karena sudah merepotkan."

"Tidak apa - apa, lagipula itu bukan salah mu." Xinhao menyuruh Jiaxin untuk duduk terlebih dahulu.

"Hei, Xiao Su, bisakah kamu membelikan ku teh susu di lantai bawah? Aku sangat menginginkannya."

Xinhao mengerutkan kening, tetapi segera mengangguk setuju. "Oke, kalau begitu tunggu aku."

Jiaxin tersenyum, tetapi ketika dia melihat Xinhao telah pergi jauh, raut wajah nya menjadi serius lagi.

"Itu kamu," kata Jiaxin tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" Junhao tentu bingung karena ucapan Jiaxin yang tiba - tiba.

"Kamu sebenarnya sudah ingat apa yang terjadi antara kamu dan Zeyu, kan?" Jiaxin menoleh ke arah Junhao yang masih duduk di sofa.

"Emang nya ada apa?" Junhao bertanya dengan polos.

"Jangan berpura - pura bodoh, Zhang Junhao, aku tahu sedari awal kamu bekerja sama dengan Zhang Ji, termasuk tentang kecelakaan aku juga, tapi sepertinya kalian jadi musuh sekarang— .... " Jiaxin menjeda kata - kata nya, " ... — Kalian menjadi musuh karena sama - sama ingin memiliki Zeyu."

Setelah hening sejenak, tawa Junhao bergema memecah kesunyian, "Bagaimana kamu tahu? Pantas saja Zhang Ji berkata bahwa aku harus berhati-hati terhadap Jiaxin, jadi dia adalah orang yang sangat pintar," Junhao berdiri dari duduk nya.

"Kamu dan Zhang Ji sangat licik, kenapa harus Zeyu? Apakah kalian harus bertindak sejauh ini?"

"Ya, aku harus bertindak sejauh ini. Sejak awal Zeyu hanya milik ku, bukan milik Zhang Ji."

"Tapi kamu membenci Zeyu, kan? Kalian sepertinya memiliki kesamaan, cinta dan benci dengan Zeyu di saat yang bersamaan." Jiaxin terkekeh kecil, sedikit tidak mengharapkan hubungan yang begitu rumit.

"Tidak akan ada satupun dari kalian yang dapat memiliki Zeyu," lanjut Jiaxin dengan tegas dan penuh penekanan.

Meskipun Jiaxin adalah orang yang sangat santai dan tidak suka menimbulkan masalah, tetapi tidak peduli apakah ada masalah antara Zeyu atau Xinhao, Jiaxin selalu yang pertama mengetahuinya.

Jadi jika Jiaxin sudah bertekad, maka lawan Zhang Junhao bukan hanya Zhang Ji, tapi juga Deng Jiaxin.

- None -





Survive In Chess - [Zhang Ji x Zhang Zeyu] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang