Sierra tidak sanggup membaca buku itu lagi namun Sierra ingin cepat menyelesaikannya, ia ingin cepat mengetahui alasan kenapa Azazel datang padanya dan kenapa Azazel terasa sangat tidak asing.
Meski berat, meski matanya terasa panas dan meski nafasnya terasa berat setiap kali membaca tiap kalimat di buku itu. Sierra tetap melanjutkannya.
Azazel hancur karna kehilangan cintanya untuk yang ketiga kalinya dengan tragis, hal itu membuat Azazel memutuskan untuk tidak mendekati Sierra di kehidupan selanjutnya. Azazel hanya akan melihat dan menjaga cintanya itu dari kejauhan.
Sierra di kehidupan ke empat terlahir kembali, menjalani hidupnya di keluarga yang taat agama. Sierra tumbuh menjadi seorang biarawati, Azazel dengan kudanya sering datang beribadah di rumah ibadah tempat Sierra mengabdikan diri.
Semuanya memang selalu salah Azazel, kalau saja Azazel tidak sering datang ke sana, tidak mengajak Sierra bicara, mungkin Sierra tidak akan jatuh cinta dengannya. Mungkin Sierra tidak akan dianggap berzinah dengannya dan Sierra tidak akan dibakar karna dianggap telah berbuat dosa oleh penganut fanatik masa itu.
Azazel terlambat datang dengan menunggangi kudanya, saat ia tiba Sierra sudah terikat gosong di depan gereja. Azazel bahkan sudah tidak meneteskan air mata lagi saat melihat mayat Sierra yang hangus karna dibakar hidup-hidup.
Di kehidupan ke lima, Azazel memutuskan untuk tidak mendekati Sierra lagi. Azazel berpikir mungkin ia yang membawa nasib buruk pada Sierra, Azazel hanya menjaga Sierra dari jauh. Tidak terlibat dalam kehidupan Sierra, hanya memperhatikan Sierra untuk melepas rasa rindunya.
Azazel merelakan Sierra menikah dengan laki-laki lain, berharap jika bersama laki-laki lain mungkin Sierra akan berumur panjang dan bahagia. Bisa memiliki anak seperti apa yang Sierra inginkan di masa lalu namun tak bisa Azazel berikan.
Sierra terlihat bahagia, tak lama setelah pernikahannya Sierra terlihat mengandung. Namun suami Sierra mulai sering main tangan dan memukuli Sierra meski Sierra tengah mengandung dan lebih parahnya lagi suami Sierra mabuk-mabukan dan membeli budak sebagai pemuas nafsunya karna Sierra dianggap tidak bisa memuaskannya sejak mengandung.
Sierra diperlakukan secara tidak baik, Azazel murka melihat wanita yang ia cintai disiksa oleh pria lain. Azazel pikir jika ia tidak menemui Sierra, merelakan Sierra bersama dengan laki-laki lain akan mengubah takdir tragis mereka namun semuanya tak berubah.
Sierra tetap mati muda dan Azazel sudah kembali terluka karenanya. Pengorbanan Azazel sia-sia saat melihat Sierra mati setelah perut besarnya yang tengah mengandung ditendang oleh selingkuhan suaminya.
Sierra meninggal namun anaknya berhasil lahir ke dunia ini, Azazel membunuh suami dan selingkuhan suami Sierra karna amarah. Tangan Azazel kini semakin dipenuhi dosa dari darah manusia sejak Azazel bersimpati kepada manusia dan jatuh hati pada sosok Sierra berkali-kali.
Anak yang Sierra tinggalkan Azazel rawat dengan sepenuh hatinya. Anak itu berkelamin laki-laki dan Azazel memberinya nama Alpheus.
Alpheus sering bertanya seperti apa Ibunya sehingga Azazel membuatkan lukisan-lukisan wajah Sierra dari kehidupan pertama hingga kehidupannya yang terakhir sebagai Ibu Alpheus kemudian memajangnya di kastil yang Azazel tempati.
Alpheus dan Azazel sering berdiri memandangi lukisan wajah Sierra untuk mengagumi sosok Sierra yang indah dalam lukisan itu.
Azazel memperlakukan Alpheus seperti anaknya sendiri, ia yang mengajari Alpheus bicara, berjalan, juga melukis hingga Alpheus tumbuh dewasa bekerja sebagai pelukis kerajaan pada masa itu.
Alpheus tumbuh besar, namun Azazel sama sekali tidak menua. Alpheus juga bertanya apa alasan Azazel selalu bersembunyi di kastil dan tidak pernah berbaur dengan masyarakat di luar sana.
Azazel untuk pertama kalinya menceritakan soal siapa dirinya yang sebenarnya kepada manusia selain Sierra, saat itu Alpheus menangis terisak karna merasa kisah cinta Ibunya dengan Azazel sosok yang sudah ia anggap seperti Ayahnya sendiri itu sangatlah tragis.
“Apa kau masih menunggu Ibu kembali terlahir ke dunia ini?” tanya Alpheus saat itu, saat mereka berdiri di depan lukisan Sierra sebelum Alpheus akan melangsungkan pernikahannya esok hari.
“Aku selalu menunggunya, tiada hari tanpa aku menghitung hari di mana aku bisa melihat wajah Ibumu lagi.”
Azazel melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Alpheus menua, Alpheus diijinkan oleh Azazel untuk tinggal di kastilnya bersama istrinya namun Alpheus harus merahasiakan soal siapa Azazel yang sebenarnya dari istrinya.
Alpheus mengaku kalau Azazel adalah keponakannya karna sekarang wajah Alpheus sudah lebih tua dibandingkan Azazel.
Azazel hidup dengan keturunan Sierra dan melindungi semua keturunan Sierra dari bahaya dari abad ke abad, meski Sierra terlahir kembali di keluarga lain. Keturunan Sierra tetap Azazel jaga sebagai ganti dari Azazel yang tidak bisa mempertahankan anak mereka dahulu yang pernah Sierra kandung di masa lalu.
Azazel menjaga setiap keturunan Sierra dari marabahaya, cucu, hingga cucu dari cucu Sierra dalam perlindungan Azazel meski Azazel harus kehilangan Sierra lagi dan lagi.
Kehilangan Sierra dalam keadaan tragis berkali-kali, yang hampir semua di antaranya karena perang. Karena keserakahan manusia.
Perang sisilia, perang yahudi-roma, perang salib, dan masih banyak lagi. Jarak 300 tahun untuk terlahir kembali tak membuat dunia ini jadi lebih baik, perang terus terjadi di mana-mana dan Sierra selalu jadi salah satu korbannya.
Dan Azazel selalu menceritakan kisahnya dengan kisah Sierra pada anak laki-laki dari keturunan Sierra. Azazel juga meminta keturunan Sierra yang sudah berabad-abad ia jaga itu untuk membuatkannya buku tentang Azazel dan Sierra. Dan keturunan Sierra yang terakhir kali Azazel jaga adalah Edmund Marthn.
Kening Sierra berkerut membaca nama yang tertera dalam buku tersebut, nama itu sangat tidak asing bagi Sierra. Itu adalah nama kakeknya.
Sierra bangkit berdiri dan berlari ke arah foto kakeknya yang terpajang di dinding ruang tamu rumah ini. Sierra mengambil foto kakeknya itu dan melihat bagian belakang dari frame foto kakeknya itu yang terdapat nama lengkap kakeknya.
Edmund Marthn.
Sierra ingat saat pertama kali ini datang ke rumah ini setelah sekian lama tidak kemari yang pertama ia pegang adalah bingkai foto milik kakeknya ini.
Sierra mendengar ada langkah kaki manusia di belakangnya, Sierra berbalik dan untuk pertama kalinya Sierra melihat sosok yang ia yakini adalah Azazel berdiri tegak di depannya dengan sebuah senyum yang sarat akan kerinduan.
“Azazel?” tanya Sierra pelan dengan suara seraknya, ia hanya ingin memastikan bahwa laki-laki tinggi berkulit pucat dengan rambut hitam panjang sebahu itu benar Azazel. Sierra sudah beberapa kali melihat Azazel meski hanya sekelebat dan kali ini melihatnya langsung di depan mata tanpa perlu Sierra pancing kedatangannya terasa seperti mimpi.
Laki-laki di hadapan Sierra itu mengangguk, “Ya, ini aku Azazel mu.”
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [END]
RomanceSejak pindah ke rumah tua milik mendiang kakek neneknya yang dekat dengan hutan, Sierra kerap mengalami kejanggalan terutama saat malam hari. Sierra selalu merasa dirinya seolah diawasi, bahkan saat malam Sierra sering bermimpi hal yang tidak masuk...