Sierra mengerjapkan matanya yang terkena sinar matahari, saat Sierra membuka matanya yang pertama kali Sierra lihat adalah Azazel yang tersenyum memandangnya.
“Kau sudah bangun?” tanya Azazel seraya merapihkan anak rambut Sierra yang berantakan, “Apa kau lapar?”
Sierra menganggukkan kepalanya, jujur saja ia memang merasa lapar. Sierra juga merasa haus karna semalam ia berjalan dengan Azazel masuk ke dalam hutan tanpa membawa apa-apa.
Azazel bangkit berdiri lebih dulu, mengulurkan tangannya pada sierra untuk membantu Sierra berdiri, menggandeng tangan Sierra menuju sungai untuk melepas dahaga Sierra selagi Azazel memetik buah liar yang tumbuh untuk Sierra makan.
Mereka berdua duduk tak jauh dari sungai, duduk bersebelahan selagi Sierra memakan buah yang Azazel petik untuknya, Sierra menyodorkan satu buah beri liar itu ke bibir Azazel karna tidak ingin makan sendirian.
Azazel membuka mulutnya, membiarkan Sierra mengisi mulutnya dengan buah, pandangan Sierra tidak bisa lepas dari sierra yang tersenyum menikmati momen mereka tanpa tahu apa yang sudah Azazel rencanakan untuk membuat Sierra tetap hidup.
Azazel tahu warga desa pasti tidak akan lama lagi mengejar mereka kemari, meski mereka takut dengan hutan ini dan mitos yang beredar soal hutan ini, sejak semalam Azazel menajamkan telinganya demi keamanan Sierra dan Azazel bisa mendengar samar-samar suara warga yang mengamuk di depan rumah sierra karna rumah tersebut kosong, mereka berencana masuk ke hutan ini dengan polisi yang bersenjata dan alat bius untuk hewan buas meski itu semua tidak mempan untuk membunuh Azazel.
Hanya ada satu hal yang membunuh Azazel yang imortal ini, dan Azazel tengah menatap penuh cinta dan penyesalan pada hal yang bisa membunuhnya itu.
Waktu terus berjalan, semakin Azazel menunda maka semakin dekat warga yang memburu mereka.
Sierra membersihkan tangannya seusai memakan buah yang Azazel petik untuknya, "Lalu sekarang kita akan melakukan apa? kalu bilang kalu tahu cara untuk membuatku tetap hidup namun kau tidak menjelaskan caranya padaku semalam."
Azazel mengeluarkan sebuah belati dari sakunya, belati yang selama ini Azazel simpan bersamanya. Sierra juga mengenali belati tersebut karna belati tersebut adalah belati yang sama yang pernah Sierra pakai untuk melukai Azazel yang menimbulkan satu-satunya bekas permanen di tubuh Azazel.
“Belati ini, kenapa kau masih menyimpannya?"
"Aku selalu menyimpan semua peninggalan mu, karna hanya itu yang bisa ku lakukan selagi kau tidak ada.”
Sierra mengambil alih belati tersebut dari tangan Azazel, "Apa hubungannya belati ini dengan cara untuk menghindari kematian ku?"
Azazel meraih tangan Sierra yang menggenggam belati tersebut kemudian di arahkan ke dadanya sendiri. "Kau harus menghunuskan belati ini ke jantung ku."
Satu alis Sierra terangkat, "Kenapa aku harus menusukmu? Apa supaya kau berdarah dan aku harus meminum tetesan darah mu untuk memperpanjang masa hidup ku? Kalau memang iya, kenapa harus jantung? kenapa tidak menggores lengan mu saja untuk mendapatkan darahnya?"
Seandainya memang semudah itu untuk menunda kematian Sierra maka sudah dari kehidupan sebelumnya Azazel menunda kematian Sierra agar bisa menghabiskan waktu dengan Sierra lebih lama.
Namun Azazel Paham jika ia bicara jujur dengan Sierra maka Sierra tidak akan mau menusuknya, jika berbohong dengan Sierra bisa membuat Sierra hidup maka Azazel dengan senang hati melakukannya.
“Yang kau tusuk harus jantung ku, kalau semudah itu memperpanjang hi dup manusia hanya dengan meminum darah dan luka kecil di tanganku maka pasti sudah banyak manusia imortal di dunia ini, termasuk para keturunan mu yang begitu ku kasihi. Aku tidak akan mungkin membiarkan mereka satu persatu mati di depan mataku jika memang semudah itu membuat manusia berumur panjang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [END]
RomanceSejak pindah ke rumah tua milik mendiang kakek neneknya yang dekat dengan hutan, Sierra kerap mengalami kejanggalan terutama saat malam hari. Sierra selalu merasa dirinya seolah diawasi, bahkan saat malam Sierra sering bermimpi hal yang tidak masuk...