12. Your Lips On My Lips

15.5K 1K 106
                                    

Sierra terbangun dari tidurnya, saat Sierra membuka mata ternyata ia tengah berbaring di ranjang kamarnya.

Sierra sontak turun dari ranjang dan berlari keluar kamar, mencari sosok Azazel yang ternyata sedang berada di dapur. Mengenakan apron coklat peninggalan mendiang nenek Sierra.

Otot Sierra yang sempat menegang lemas seketika, Sierra lega saat melihat Azazel ada di hadapannya. Sierra sudah sempat berpikir kalau ia dibuat bermimpi lagi oleh Azazel, namun Sierra senang karna Azazel tidak menghilang seperti sebelumnya di saat Sierra membuka mata.

“Ku pikir kau menghilang lagi.”

Azazel melepas apron yang dikenakannya, melangkah mendekati Sierra dengan senyuman hangatnya. “Aku di sini, aku tidak akan ke mana-mana. Aku selalu berada di sisimu meski bukan dalam bentuk manusia. Aku selalu ada di sekitarmu, menjagamu.”

“Tapi aku lebih suka saat kau dalam bentuk seperti ini, bisa bicara padaku, memeluk ku, bukan hanya mengawasi ku dari jauh.” Sierra cemberut, ia tidak mau hanya diawasi oleh Azazel. Sierra ingin Azazel berada di sisinya seperti ini bukan sebagai serigala, burung, ular, atau hewan lainnya.

“Aku tidak akan merubah wujudku tanpa persetujuanmu, aku janji.” Azazel menuntun Sierra menuju meja makan, menarik kursi untuk Sierra duduki. “Sekarang duduk manis di sini, aku akan kembali buatkan makan malam untukmu, aku tahu kau pasti lapar.”

Sierra duduk di kursi meja makan, memperhatikan Azazel yang kembali berkutat pada alat-alat masak di dapur. Sierra memperhatikan Azazel dari ujung kaki hingga ujung kepala, Sierra menyadari betapa tinggi dan besarnya tubuh Azazel.

Jika diperkirakan mungkin tinggi Azazel sekitar 2 meter lebih, karna seingat Sierra saat ia berdiri di depan Azazel saja puncak kepalanya nyaris tidak sampai pada dada Azazel.

“Kau sangat tinggi.” Sierra tanpa sadar menyuarakan isi kepalanya.

Azazel melirik sekilas ke arah Sierra dengan senyum kecilnya, “Tubuhku sengaja ku perkecil dari masa ke masa, karna semakin berjalannya waktu manusia di dunia ini mulai mengecil perlahan-lahan. Dulu manusia tinggi besar dan aku bahkan lebih tinggi besar dari mereka.”

“Kenapa manusia mengecil? Apa karna bumi semakin penuh oleh manusia?” tanya Sierra seraya bertopang dagu memperhatikan Azazel yang masih sibuk dengan kegiatan memasaknya.

“Bisa dibilang seperti itu.” Azazel menganggukkan kepalanya. Azazel telah selesai membuat makan malam untuk Sierra, membawanya ke hadapan Sierra yang berbinar melihat makanan buatan Sierra. “Ini makanan favorit mu di kehidupan ini saat kau masih kecil, aku masih mengingatnya.”

Sierra terharu melihat menu makanan yang Azazel buat, Sierra ingat kalau dulu neneknya sering membuatkan Sierra sup krim ini. Sup yang terbuat dari jamur yang neneknya ambil sendiri di hutan dengan kakeknya.

Mata Sierra berkaca-kaca ketika ia merasakan suapan pertama ke mulutnya, rasanya benar-benar mirip dengan buatan neneknya dulu.

“Aku jadi teringat nenek ku.” bisik Sierra pelan seraya mengusap setetes air mata yang mengalir ke pipinya.

“Maaf karna sudah membuatmu sedih, aku tidak bermaksud..”

Sierra dengan cepat mengibaskan tangannya, “Tidak, justru aku merasa berterima kasih karna kau sudah membuatkan aku sup krim jamur ini. Aku sudah lama berusaha membuat yang seperti ini karna aku rindu rasanya, tapi aku selalu gagal. Aku tidak pernah berhasil meniru resep dari nenek ku, jadi saat bisa merasakannya lagi setelah sekian lama aku merasa sangat bahagia. Ku pikir aku tidak akan pernah bisa mencicipi rasa ini lagi.”

Azazel mengusap sudut bibir Sierra yang terdapat sedikit sup krim.

“Aku akan buatkan ini kapan pun kau mau.” Azazel bicara seraya membawa ibu jarinya yang ia pakai mengusap sudut bibir Sierra itu ke lidahnya sendiri, menjilatnya di depan Sierra yang kini pipinya memerah.

Wildest Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang