[23] Jadilah dirimu sendiri

84 43 214
                                    

Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

"Masa remaja itu hanya sekali seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Masa remaja itu hanya sekali seumur hidup. Selagi masih bisa menikmatinya, maka nikmatilah. Nggak apa-apa jamet, daripada menyesal ketika sudah dewasa nanti."—Hafiz.

...

Rega menyelimuti adiknya. Paras rupawan sang adik yang masih terlihat pucat membuat Rega gemas untuk mencubit pipinya.

"Aku tahu niat jahat kakak. Jangan coba-coba mencubit pipiku."

Rega tersenyum. Jatuh sakit tidak membuat adiknya menjadi pendiam melainkan tambah cerewet dan mudah sensitif. "Cepat sembuh ya," ucapnya sembari mengusap kepala Razka.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Bi Ira serta Revita yang membawa dua kantung plastik berisi makanan dan satu paper bag yang tidak asing bagi Rega. Pasti itu untuk dirinya.

"Ada titipan buat Non Rega."

Kan? Sudah Rega duga, pasti itu buat dirinya. Tanpa bertanya, Rega tahu siapa sosok pengirimnya. Sudah pasti Hachi. Gadis itu mengambil paper bag tersebut dari Bi Ira. Makanan dan cemilan yang sama, serta sticky note dengan pesan penuh perhatian.

"sebenarnya siapa orang ini? Janjinya mau ketemu, sampai sudah mau lulus SMA belum ketemu juga," gumam Rega.

Revita, "Rega dari dulu dapat makanan gratis terus ya. Jadi iri, teman aku kok nggak ada yang perhatian gitu ya kalau Razka masuk rumah sakit."

"Mana makanannya enak-enak lagi. Eh, btw Kak, besok temanku mau datang, boleh nggak?" tanya Razka sembari berusaha duduk dibantu oleh Bi Ira.

Rega dan Revita tersenyum pada sang adik sembari mengangguk sebagai jawaban. "Eh, tapi bukan satu kelas 'kan? Kalau satu kelas mending pas kamu istirahat di rumah saja," ucap Rega.

"Cuma Azriel dan Rainda."

Manik Rega berbinar. Akhirnya dia bisa melihat wujud sahabat Razka yang membuat adiknya uring-uringan selama nyaris seminggu lebih. Ini adalah kesempatannya memberi teguran pada remaja itu sekalian mengajarinya tentang fungsi alat komunikasi.


...


Hafiz memperbaiki topinya. Menatap keramaian di dalam kafe dengan lampu neon yang menyorot ke penjuru ruangan secara acak. Hafiz mendengus malas, maniknya menyipit ketika sinar lampu menyorot dirinya kemudian berpindah lagi dan kembali menyorotnya. "Mereka berbakat, penampilan mereka sangat bagus, tapi kenapa bu Davika membenci mereka?" tanya Prian sembari menopang dagunya.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang