Hafiz jatuh hati pada seorang gadis bernama Rega. Sayang sekali, dirinya harus menerima kenyataan bahwa hati sang pujaan telah dihuni oleh pria lain yang tak memiliki hubungan dengannya.
Meski sudah pernah ditolak, Hafiz tak menyerah untuk mendekati...
Disclaimer Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.
Dilarang plagiat. Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku yang capek menunggu, tapi selalu orang lain yang dapatin kamu."— Rega.
...
Hafiz menatap paper bagdi atas kasurnya, masih tak percaya benda tersebut berisi belanjaan dengan modal lima belas ribu. Ia ingat kala dirinya berkata bahwa ia haus dan Rega membawanya pada salah satu arena permainan.
Hanya permainan sederhana, tapi siapa sangka bisa membuatnya seperti memborong cemilan di minimarket. Hafiz duduk di atas tempat tidur dan membongkar isinya. Ada susu beruang, air mineral, minuman soda, snack, wafer, permen, pengharum ruangan, sabun cuci piring, shampo, sikat gigi dan juga pembersih lantai.
"Padahal aku hanya merasa haus, tapi kenapa jadi ngestok barang rumah tangga juga?"
Hafiz merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit kamarnya yang bertaburan gambar planet dan rasi bintang. "Rega cukup nggak ya sama cemilannya, jangan sampai kurang. Pasti adiknya ikut makan juga 'kan?"
Mengingat hal itu, Hafiz segera bangkit dan memasukkan kembali cemilan maupun barang rumah tangga ke dalam paper bag. Kakinya hendak melangkah keluar kamar, sebelum ia menyadari ada satu benda pilihan Rega untuk dirinya. Pengharum ruangan beraroma jeruk.
Ketika benda itu sudah ia keluarkan, dengan cepat ia berlari turun menuju ruangan lain di rumahnya. Pintu kayu berukiran bunga teratai diketuk dengan kuat.
"Sebentar, sebentar, yang punya kamar lagi nyatat tugas!"
"Safar!"
"SIAP TUANKU!"
Tak butuh waktu lama pintu coklat tersebut terbuka lebar, menampilkan Safar dengan kaos putih dan celana pendek rumahan. "Antar ini ke rumahnya Rega."
"Sekarang?"
"Nggak, besok pagi aja." Safar menerima paper bag tersebut sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sebelum Hafiz meninggalkannya, ia berbalik lagi dan berkata, "Pastikan kamu sampai di sana sebelum Rega keluar dari rumahnya."
Situasi saat ini, Safar berdiri memeluk paper bag sembari tersenyum bak maskot mixue.
...
"Rega!"
Panggilan tersebut membuat Rega, Aulia dan Prina menoleh. Wajah sumringah Prina berubah menjadi sepat. Dengusan malas keluar dari bibirnya. "Mau ngapain lagi si pick me ini," gumam Prina.