[22] Ingatan Masa Lalu, Rega dan Pengirim Paper Bag Misterius

90 56 235
                                    


Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

"Satu kebaikanmu, akan ku ingat sepanjang hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Satu kebaikanmu, akan ku ingat sepanjang hidupku."-Hachi.

...

Benderang nyaris berganti gulita, tetapi gadis bermanik hazel baru melangkah keluar dari lingkungan sekolah. Melihat jam di pergelangan tangannya, Rega merasa heran, lagi-lagi adiknya tidak memberi kabar.

Apakah kali ini handphonenya dalam mode silent lagi?

Ting!

Denting notifikasi membuat Rega bersegera menyalakan handphonenya. Nama 'Bi Ira' menjadi jawaban atas pengirim pesan.

Membacanya, manik Rega terbelalak, jantungnya berdegup kencang ketika membaca pesan tersebut. Alasan adiknya tidak mengirimnya pesan, ternyata sang pemuda sedang terbaring lemas di rumah sakit.

Berlari menyebrangi jalanan, Rega tak menghiraukan klakson mobil yang menegur tindakan sembrononya. Benaknya hanya penuh dengan kalimat ia harus segera sampai di rumah sakit.

Kala Rega duduk di dalam taxi, pertanyaan akan adiknya yang bisa berakhir di rumah sakit menyeruak dalam bilik benaknya. Apakah adiknya mengalami stress?

Melempar kembali ingatannya, Rega yakin tidak ada yang membuat adiknya murung selain kasus hilangnya anak bernama Azriel. Kembalinya sang ibu pun tidak membuat mereka beradu argumen. Kemarin, Razka bahkan masih sempat bercerita tentang anak sekolah swasta yang mencari masalah dengannya, ekspresi yang menggebu-gebu milik sang adik menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengalami stress. Pagi tadi pun Razka sangat bersemangat bersekolah karena hari ini adalah jadwal les terakhirnya.

Jadi kalau bukan stress, apa yang membuatnya tiba-tiba jatuh sakit?

Rumah sakit Dr. Sudarjo.

Rega melangkahkan kakinya ke dalam gedung serba putih tersebut. Menanyakan nomor kamar milik sang adik pada resepsionis, kemudian berlari menuju lantai 3 sesuai arahan sang resepsionis.

Kamar 204, langkah Rega terhenti ketika Bi Ira, ART rumah tangga mereka hendak membuka pintu kamar tersebut.

"Eh, Non Rega sudah sampai."

"Razka gimana, Bi?"

"Masuk dulu, Non. Den Razka udah balik tidur, habis minum obat tadi."

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang