Tepat setelah pra record selesai, Jisung berlari cepat menuju toilet. Sedari tadi pria itu menahan rasa mual hebat di tenggorokannya, kepalanya juga berdenyut nyeri.
Di toilet Jisung memuntahkan sarapan pagi tadi, perutnya bergejolak hebat. Jisung sampai berpegangan erat pada wastafel takut tak bisa menahan dirinya sendiri.
Suara berisik diluar toilet tak dihiraukannya. Jisung kembali muntah yang sekarang hanya cairan bening yang keluar. Tubuhnya bertambah lemas, hampir Jisung terjatuh jika tidak ada yang menahan tubuhnya dari belakang.
"Jisung, kau tak apa? Astaga wajahnya pucat sekali." Renjun yang menahan Jisung tak terlalu kuat akhirnya mendudukkan adiknya pelan, membiarkan tubuh yang lebih besar bersandar ditubuhnya.
"Sebentar Jisungie aku telpon yang lain dulu."
"Hyung aku tak apa." Bisiknya lirih, rasanya masih mual. Matanya terpejam erat, meremas perutnya.
"Tak apa bagaimana kau pucat sekali Jisung, kau sakit." Renjun sedikit menaikan suaranya karena cemas.
Sebenarnya Renjun sudah memperhatikan Jisung sedari tadi, adiknya pucat dan lesu dan ternyata benar Jisung tengah sakit.
'Hallo, Renjun ada apa?'
"Mark Hyung cepat ke kamar mandi, Jisung terus muntah-muntah. Bawa manajer-nim juga, kita harus membawanya kerumah sakit."
Tak dihiraukan nya pertanyaan-pertanyaan lain dari Mark, Renjun segera mematikan sambungan nya fokusnya hanya pada Jisung. "Apa yang kau rasakan?"
"Pusing, perut ku bergejolak hebat dan mual Hyung." Jisung kembali meremas perutnya.
"Jangan diremas kau bisa terluka." Renjun menjauhkan tangan Jisung dari perutnya. Berdecak kesal karena Mark tak kunjung datang. "Kenapa lama sekali sih."
Pintu toilet dibuka dengan kasar diikuti para member dan manager mereka.
"Apa yang terjadi? Astaga Jisung wajah mu pucat sekali."
"Pasti ini efek kau jarang makan dan sering bergadang."
"Kalian diam dulu, kita harus membawanya kerumah sakit." Lerai manager Sejun dengan mendekat pada Jisung. "Kau masih bisa berjalan atau mau ku gendong?"
"Aku masih bisa berjalan," jawabnya pelan.
Jeno dan Mark segera membantu memapah Jisung keluar dari toilet diikuti lainnya. Sementara manager Sejun meminta pada bodyguard segera menyiapkan mobil dan jangan sampai para media tau akan hal ini.
"Kalian tetaplah disini, aku akan mengabari kalian."
Sebenarnya mereka ingin ikut dan memastikan sendiri jika maknae mereka baik-baik saja, tapi NCT Dream masih memiliki acara yang harus diselesaikan. Jadi mereka hanya berdoa semoga Jisung baik-baik saja.
Dibelakang sana Jaemin hanya diam, cukup terkejut akan keadaan Jisung. Sebenarnya sudah dari kemarin Jaemin melihat Jisung begitu lesu, tapi ia tak ingin perduli dan mungkin hari ini adiknya itu tumbang.
Rangkulan di bahunya membawa kembali Jaemin dari lamunannya. "Uri Jisungie tidak akan kenapa-kenapa Jaemin." Ucap Haechan yang merangkul Jaemin.
"Aku tidak mengkhawatirkan nya." Jaemin melepaskan rangkulan Haechan, pergi menyusul teman-teman nya yang lain.
Haechan hanya menggeleng saja, memaklumi sifat tsunder pria kelinci itu. Padahal semua juga bisa lihat jika Jaemin mengkhawatirkan maknae mereka. Hei, jika kalian lupa dulu Jisung itu adik kesayangan Jaemin. Oh tidak, sekarang pun masih sama.
•••••
"Aku kan sudah bilang makan teratur jangan terus-terusan galau dan membuat mu sakit. Galau itu sewajarnya." Chenle masih mengomel di ujung ranjang dengan manik menatap tajam Jisung yang duduk di ranjang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRISH [Selesai]
FanfictionRated 18+ Ini salahnya, salah membiarkan orang lain masuk ke dalam hubungan ia dan kekasihnya. Berawal dari rasa sayang nya pada Jisung. Irish tidak bermaksud menduakan Jaemin. Namun semakin lama rasa sayang itu berubah menjadi cinta. Cinta yang ta...