hiraeth ; O7-saling cemburu

111 7 0
                                    

"Eh itu bukannya pacar kamu ya, Dew?" tanya Gigi sambil menunjuk Harris dan Shani yang berjalan lebih cepat mendahului mereka. Harris terlihat menggandeng pergelangan Shani. Pemandangan tersebut membuat Sadewa sempat kehilangan senyumnya, ia merasa kebingungan melihat apa yang ia lihat barusan. Terasa aneh, karena bukan pemandangan biasa.

Shani sempat melihat ke arahnya sebelum ikut melangkah cepat bersama Harris. Tangan Sadewa mengepal melihat siapa yang menggandeng tangan Shani adalah Harris. Musuh bebuyutan Sadewa sejak SMP.

Hubungan pertemanan Sadewa dan Harris sudah buruk semenjak SMP karena urusan classmeeting yang berlanjut hingga sekarang. Kekalahan kelas Sadewa dulu karena kecurangan kelas Harris menjadi titik awal perang dingin antara keduanya. Harris selalu memancing emosi Sadewa dan sebaliknya begitu juga. Sadewa jarang tersulut emosi, tapi soalan Harris membuat Sadewa marah tiba-tiba. Terlebih ia melihat mantan pacarnya digandeng musuhnya sendiri, membuat Sadewa panas dingin. Sadewa jelas lebih mempercayai Shani ketimbang Harris. Pasti sesuatu terjadi diantara keduanya, dan pasti Harris adalah penyebabnya.

"Yang gandeng Shani tadi, Harris 'kan Dew?" tanya Gigi.

Anggiva Shafira adalah teman satu ekskul akustik Sadewa. Seorang vokalis band Gama—Band sekolah bentukan semansive yang diketuai Mayor, teman sekelas Sadewa yang lainnya. Dewa menjadi bassist dan keyboardis, Mayor sebagai drummer, Faza sebagai gitaris, dan Gigi si vokalis cantik. Gigi terkenal karena badannya yang kecil imut-imut. Dia selalu berpakaian modis dan berganti-ganti cardigan setiap hari. Kadang beda motif, kadang beda warna. Dia identik dengan bando-bando lucu dikepala. Seperti apa yang ia pakai sekarang, bando kucing. Tapi Gigi ini ga selamanya terkenal sebagai vokalis cantik pemikat hati aja. Dia juga banyak digossip kan sebagai cewek gatel yang doyan nempel laki sana-sini. Baik yang belum atau yang sudah berpacaran.

"Ih, Dew. Kok pacar kamu gitu ya, padahal ada cowoknya tapi mau aja digandeng cowo lain." Gigi menggelengkan kepala tak menyangka. Memasang wajah sedih, bibirnya mengerucut sedangkan tangannya memegangi pundak Sadewa.

Sadewa diam saja karena tak ingin meledak-ledak. Di lubuk hati yang paling dalam, Sadewa merasa sangat cemburu. Gejolak ingin berlari menyusul Shani menyeruak kuat di seluruh relung jiwanya.

"Kalo kamu ada masalah sama Shani cerita ke aku aja, Sadewa. Aku siap dengerin kok. Kalo dia bukan terbaik buat kamu masih ada cewek lain di luar sana. You deserve better than her, Sadewa." kata Gigi mengusap-usap punggung Sadewa yang langsung ditepis oleh Sadewa karena risih.

Bertahun-tahun usai ibu Sadewa bercerai dan pergi entah kemana Sadewa tak pernah mendapatkan skinship selain dari Shani. Hanya sentuhan lembut Shani yang bisa membuat Sadewa merasa tenang dan nyaman, bukannya usap-usap yang Gigi lakukan yang hanya membuat Sadewa risih.

Gigi yang melihat Sadewa menepis tangannya hanya mengerucutkan bibir. Tapi gadis itu tak berhenti mencoba menarik atensi Sadewa. Siapa yang tak mau menarik perhatian cowok seperti Sadewa yang pesonanya tak ada habisnya?

"Kamu ada masalah kah sama Shani? Kok dia mau-mau aja jalan sama Harris? Aku tau Harris emang populer juga, tapi kan dia udah punya kamu masa deket-deket Harris juga. Gatel deh. Kamu yakin dia orang yang tepat buat kamu? Kayaknya kamu sesekali harus liat sekitar kamu deh, Sadewa. Ada yang lebih care dan setia daripad—"

"Bentar, Gi. Gue mau nyusul Adit." Sadewa meninggalkan Gigi yang mengoceh soal Shani. Dewa malas mendengarkan ujaran buruk yang terlontar untuk Shani. Ia memahami betul maksud dan tujuan Gigi, makanya langsung pergi daripada masih menanggapi gadis itu.

Sedangkan Gigi masih bertekad untuk mengejar, karena Sadewa terlalu sayang untuk dilewatkan.

…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷ

Di dalam kertas yang Bu Endri bagikan terdapat beberapa pertanyaan dan perintah. Setiap siswa sudah mendapatkan undian agar berpisah dan berpencar ke seluruh daerah sekitar kampung untuk mewawancarai orang-orang yang mereka temui di jalan. Shani mendapatkan bagian menemui anak-anak kecil pada rentang usia 5-10 tahun untuk menanyakan kondisi lingkungan pertemanan mereka. Shani menunggu di pos ronda bersama Meisya dan Fahri, teman sekelasnya dan masih menunggu siswa kelas IPA 3 yang belum berkumpul bersamanya. Lima belas menit kemudian, Mayor datang bersama Gigi dan Sadewa. Sebuah kebetulan yang mengejutkan Shani.

"Waduh, satu kelompok sama anak Gama nih, nyanyi dong kita sepanjang jalan," ujar Meisya. Popularitas Gama begitu besar di lingkungan sekolahnya sehingga menjadi satu kelompok dengan anak Gama sekaligus membuat Meisya merasa mendapatkan jackpot.

"Boleeh, nanti kita nyanyi bareng-bareng!" ujar Gigi semangat. Kedua mata Gigi menangkap Shani yang tampak canggung, dan Sadewa yang menatap Shani cukup lama.

"Sadewa sama Shani kayaknya emang jodoh. Kemana-mana ketemu terus. Janjian ya kalian?" Mayor menyenggol lengan Sadewa yang hanya dibalas senyuman tipis saja.

"Profesional yuk, walaupun ada Shani sama Sadewa yang pacaran tapi gaboleh nempel berdua terus ya, harus ikut kerja juga, yang lain juga semangat yukk jangan males-malesann! Semangat!" Gigi berseru.

"Semangaatt!" teriak Meisya—si fans no. 1 Gama.

Shani paham sifat dan sikap Gigi yang selalu menjadi rumor tampaknya benar adanya. Ia hanya mengangguk saja, meskipun berat hati harus satu kelompok dengan mantan pacarnya sekaligus cewek yang kemungkinan besar naksir mantannya itu.

"Kita bagi tugas ya, biar cepet. Nanti gue yang nulis aja, kalian bisa wawancara." kata Shani mengajukan diri. Yang lain mengangguk setuju.

"Kalo gitu biar aku sama Sadewa aja yang wawancara, mau ya Dew?" Gigi menoleh ke arah Sadewa memasang wajah sok imut dengan mata yang dibuat berbinar-binar. Bibirnya mengerucut berharap dengan wajah memelas begitu Dewa akan mengiyakan ucapan Gigi.

Shani mendecak kesal. Ia yakin Sadewa akan menolak ajakan Gigi barusan. Sadewa kan introvert, mana bisa nanya-nanya ke orang asing.

Pasti jawaban Sadewa jelas enggak.

"Oke."

"Oke?" Shani tak sengaja bersuara, terkejut mendengar Sadewa menyetujui ajakan Gigi. Dimana sikapnya membuat teman-teman yang lain langsung menoleh menatapnya.

"Boleh kan, Shan? Kan cuma tugas kelompok aja. Gue gak ada niatan ambil Sadewa dari lo kok," ujar Gigi.

Dasar cewek ular. Shani sampai bingung dan speechless. Dia gak tau harus respon gimana karena kata-kata yang keluar dari mulut Gigi uda terkesan kurang ajar. Cuma karena nada dan mimik wajah imut dia, orang-orang di sekitar Shani jadi buta termasuk Sadewa yang oke-oke aja. Apa maksudnya bilang oke jadi wawancara sama Gigi? Sadewa naksir Gigi?

"Hah? Engga, gapapa. Gapapa banget, gue tadi cuma asal ngomong aja. Ngelantur. Gapapa kok, Gi, kan emang kerja kelompok harus kerja semua. Semangat yuk semuanya semangaatt!" Shani berseru menyemangati kelompoknya, tapi hanya Fahri saja yang bertepuk tangan semangat. Sedangkan yang lain memandang Shani awkward.

"Kita jalan sekarang yuk, mempersingkat waktu juga."

Atas ajakan Mayor, semuanya langsung bergerak mencari anak-anak usia 5-10 tahun untuk diwawancarai. Melewati jalan paving blok kotak di tengah kampung. Gigi berjalan di samping Sadewa, tentu saja tak ingin melewatkan kesempatan untuk selalu dekat dengan Dewa. Sedangkan Shani memilih jalan lebih dulu di depan agar tak lihat pemandangan tak sedap di belakangnya. Ia pura-pura biasa saja, padahal rasa ingin menjerit terus meningkat.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang