hiraeth ; 14-hadapi tantangan

65 5 0
                                    

"Gue sebelumnya minta maaf banget, Shan sama lo. Gue bener-bener gak ada maksud bikin heboh sekolah karena masalah lo sama Sadewa yang sempet happening di Semansive. Murni karena panitia emang pengen jadiin lo special guest kita."

Mendengar penjelasan Gempi saat Shani bertemu dengannya di kantin membuat Shani mengulum bibirnya. Mungkin ga ya kalau semua orang punya pemikiran yang sama dengan Gempi soal tidak mengaitkan penampilannya besok dengan kabar putusnya kemarin?

"Gue juga gak enak sama penyelenggara kegiatan ini tau, Mpi. Gue takutnya ntar yang lain ga fokus ke acara tapi fokus ke hot topic yang ga sepenting itu. Maaf ya, ngerepotin kalian." kata Shani sungkan.

Gempi menganggukan kepala. "Gapapa. Lo juga harus maklum ya kalo acara sekolah kita walaupun cuma classmeeting selalu dibikin gede-gedean. Besok tetep ada latian dan rehersal alias gladi bersih. Lo tetep harus siap-siap."

"Iya, gue udah siapin keperluan gue sendiri. Lainnya ada lagi enggak?" tanya Shani.

Walaupun tadinya berpikir seratus kali untuk menolak, melihat Gempi sungguh-sungguh membujuknya membuat Shani merubah pola pikir. Ia hanya perlu maju ke atas panggung untuk bernyanyi memeriahkan suasana, bukan untuk tenggelam dalam ramainya pembicaraan soal ia dan Sadewa meskipun besok berada dalam satu panggung yang sama. Melihat betapa cueknya Sadewa, Shani menjadi yakin kalau besok akan baik-baik saja.

"Karena acara tinggal seminggu, lo bisa koordinasi sama Gema ya. Ibaratnya kan kayak lo gantiin Gigi jadi vokalis, terus mereka yang main instrumen, jadi lo tetep harus latian sama mereka."

Ah, tapi Shani tak menduga ada yang seperti ini. Ia refleks menggigit bibir bawahnya.

"Emang kalo kirim instrumental lagunya aja gabisa?" tanya Shani mencoba bernegosiasi.

"Gue tau pasti bakal berat buat lo latihan sama mantan lo, gue paham banget rasanya—"

"Gak juga sih," gumam Shani.

"—tapi Bu Endri minta Gema aktif kali ini." lanjut Gempi.

Selain mengangguk sok paham Shani bisa apa? Menolak? Telat, dia terlanjur menyetujui saja ucapan Gempi sejak tadi.

"Kalo lo keberatan buat ngontak mereka duluan gue bisa kok ngom—"

Shani memotong ucapan Gempi. "Enggak-enggak, gue bisa ngehubungin Mayor ntar, gampang."

"Oke deh. Kalo gitu sampe ketemu besok pas gladi bersih ya, makasih bangett. Gue pengen peluk tapi keburu ada rapat lagi nih, duluan yaa!"

Shani menganggukan kepala berkali-kali menandakan dirinya tak apa jika Gempi pergi lebih dulu. Cewek berambut pendek sebahu itu berlari pergi hingga punggungnya mulai hilang dari pandangan mata Shani. Sekarang apa yang bisa Shani lakukan selain menghela napas berat. Tantangan besar baginya untuk menemui Sadewa. Kalau Sadewa nya kabur bagaimana?

Argh. Pusing!

🌷🌷🌷

"Wah gila." Mayor menutup mulutnya tak percaya setelah membaca pesan yang Shani kirimkan padanya belum lama.

Ia tengah bersama anggota Gema yang lain di studio musik sekolah. Tentu saja mereka sedang berlatih untuk pentas seni bulan bahasa yang akan datang. Sadewa yang tengah sibuk memanaskan diri dengan memainkan bass nya menoleh ke arah Mayor. Wajahnya penuh tanya.

"Kenapa, May?" tanya Faza.

Gigi yang duduk sambil bermain ponsel juga ikut menatap Mayor. "Kenapa-kenapa? Lo udah liat postingan gue di instagram? Udah lo like? Gue cakep gak?"

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang