Gigi merasa Sadewa mengabaikannya saat ada suara ketukan pintu. Mayor dan Faza juga berlari ke arah jendela untuk mengintip. Melihat reaksi teman-temannya membuat Gigi merasa disingkirkan. Ia kembali duduk ke sofa, menunggu orang yang teman-temannya tunggu masuk ke dalam. Alias Ashani.
"Ih, ngobrol apa anjir mereka di depan gue ga denger," kata Faza sambil berusaha mengintip.
"Lo jangan maju-maju dong gue kagak keliatan." Mayor mati-matian berusaha mengintip dari jendela. Ia langsung melompat kegirangan melihat pembicaraan Sadewa dan Shani. "Lucu banget anjir, kayak di drama-drama!"
"Lo jangan teriak dong ntar mereka denger!" omel Faza.
"Yaelah bentar dong ah, ribut mulu lo tai kuda." Mayor menoyor kepala Faza. "Ih lucu banget Shani menciut di ledekin Sadewa!"
"Sadewa dimarahin anjir, ngakak!" Faza tertawa.
Gigi mencebik kesal. Ia tak pernah dapat perhatian seperti apa yang Shani dapatkan. Kenapa Shani selalu jadi yang diperhatikan? Kenapa selalu Shani yang dapat perhatian Sadewa dan kenapa sekarang orang-orang ikut memperhatikannya? Isi pikirannya dipenuhi rasa kesal. Ia merasa Shani merebut atensi teman-temannya.
'Kalo lo rebut temen-temen gue, gue juga bisa ngerebut Sadewa dari lo. Bukan. Bukan ngerebut, melainkan ambil yang harusnya jadi punya gue.' ujar Gigi di dalam hati.
"Ngapain ngeledekin lo. Masuk." Sadewa membuka pintu sedikit lebih lebar, membiarkan Shani masuk melewati cowok itu.
Mayor dan Faza lantas berlari kembali ketempat masing-masing sambil berlagak normal. Agar Sadewa tak tahu kalau mereka sempat mengintip. Sedangkan Gigi yang sejak tadi memasang wajah kesal merubah ekspresinya menjadi lebih ceria.
"Eh, Shani. Daritadi kita nungguin lo tau," kata Gigi sumringah.
Shani yang ragu-ragu atas ucapan Gigi hanya tertawa canggung. "Ah, iya kah?"
"Duduk dulu sini," kata Gigi seraya menepuk sofa di sebelahnya.
Sayangnya kalah cepat sama Mayor yang gercep ambil kursi untuk Shani.
"Duduk sini aja, heheh," Mayor salah tingkah. Dia sudah terlanjur ngefans, tak bisa menahan diri. Dia terus mengatakan ke Sadewa agar balikan dengan Shani agar Mayor bisa bertemu Shani setiap hari. Sadewa hanya menanggapi dengan senyuman saja.
"Tolong bantuannya ya, semoga kita bisa kerjasama buat pentas bulan bahasa besok." ujar Shani.
"Iyaa, makasih udah percaya sama kita buat dampingin lo di panggung, Shan. Glad to see you there." kata Mayor.
Shani tersenyum. "Lo emang selalu bisa gue andelin deh, May!"
"Jelas!"
Hening. Setelah ucapan Mayor barusan, tak ada hal lain yang bisa Shani ucapkan.
"Em, jadi, gimana? Lo mau latihan kapan?" tanya Mayor.
Gigi menggertakkan gigi. Biasanya ia yang ditanya, kenapa sekarang Shani datang dan bersikap seolah dunia ada di tangannya?
"Sekarang boleh," ujar Shani.
"Kita mau makan siang dulu, Shan." ujar Gigi memotong. Ia lantas mendapat tatapan tajam dari Mayor. Kemudian ia melanjutkan ucapannya. "Lo ikut juga yuk?"
Lagi-lagi sikap Gigi membuat Shani tertawa canggung. "Oke, boleh."
"Gue pesenin. Gofood aja ya." Faza mengambil alih, ia menyadari raut badmood Gigi, ia tak ingin Gigi makin badmood.
"Mau makan apa?" tanya Faza.
"Emm," Gigi mengetukkan tangan di dagu, menimang-nimang apa yang akan dia pilih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Teen Fictionmove on susah, balikan ga mau. *** Kalo kamu nggak pernah ketemu mantan pacarmu selama seminggu, artinya cerita kalian beneran selesai. Tapi kalo alam semesta masih mempertemukan kalian dengan cara yang tak terduga, artinya kisah manis kalian berdu...