Suara dering telepon membuat Shani melepaskan sarung tangan dan meninggalkan gunting yang ia pakai untuk memotong anggrek dan tulip. Tiga jam yang lalu Shani baru saja belajar tentang pemeliharaan bunga-bunga cantik seperti tulip dan anggrek. Shani ingin memiliki taman bunga tulip warna warni di halaman belakang seperti taman bunga yang ada di pinterest. Kemudian ia berhenti kala ponselnya berdering, rupanya panggilan telepon dari Khia masuk.
"Halo—"
"ASHAANII!!!! JADIIN GUE KAKAK IPAR LO PLEASEE, I'LL DOIN' EVERYTHING FOR YOUUU!"
"Wait, what? Kakak ipar apa maksud lo gimana?" tanya Shani yang terkejut dengan suara Khia yang nyaring.
"Ahahahah, sorry-sorry. Kayaknya suara gue terlalu kenceng deh. Abang lo tuh punya pacar ga sih? Dia single kan? Dia kuliah tapi udah niat nikah belum? Kalo udah bilangin dulu ke Kak San kalo gue udah siap banget, tapi nungguin lulus SMA dulu biar segalanya dilancarkan!"
Shani tertawa lepas. "Lo naksir Kak San? Seriusan?"
"Maaf banget ya, Shan kalo lo jadi males karena temen lo deketin abang lo. Tapi gue gatau harus jujur kemana lagi karena gue udah suka Kak San dari lamaaaa bangeeet, apalagi waktu dia terima kado gue tadi. Gila banget, jiwa gue melayang ke awang-awang!" ujar Khia kegirangan.
Sekitar 5 jam yang lalu mereka merayakan ulang tahun Adipati Gempa Sangkara yang ke 20 tahun. San barusaja pulang dari kelasnya di kampus dan Khia, Lana, dan Shani barusaja sampai setelah membeli bento cake dan beberapa kado di miniso. Semuanya berjalan biasa saja sampai Khia memberikan kado berupa parfum dan jam tangan untuk San. San yang biasanya jarang tersenyum manis dan bersikap tengil memberikan senyum manisnya untuk Khia yang memberikan hadiah padanya. Membuat Khia menaruh banyak harapan dan perasaan pada San lebih dalam. Apalagi Khia sudah naksir San sejak masa pengenalan siswa baru, melihat San semakin tampan membuatnyabtak bisa mengelak tentang perasaannya.
"Gapapa, Khia. Gue seneng kok Kak San ditaksir cewek mandiri dan super baik kayak lo. Tapi lo berjuang sendiri ya buat dapetin Kak San, soalnya dia.." Shani menengok sekitar, takut San menguping. "Begajulan banget."
"Gapapaaa, gue suka bangeeet warna merah!!" kata Khia excited. Menandakan bahwa ia tetap akan menyukai San meskipun San itu cowok redflag.
"Iya deh si paling suka cowok redflag. Nanti lo kesini lagi kan? Temenin gue di rumah soalnya Papa sama Mama ada bedah buku gitu di Malang. Kayaknya pulangnya besok sore deh."
"HAH SERIUS? Maksud gue—oke! Nginep boleh gak? Mana tau lo takut kan tidur sendiri? Gue jago masak loh by the way, ntar bisa masakin Kak San sama lo jugaaa!"
Senang mendengar ucapan Khia membuat Shani lagi-lagi tertawa. Temannya yang satu ini sangat membangun mood Shani.
"Boleh, abis itu pesta piyama ya? Gue abis beli claymask baru, kita try on bareng ntar. Cuma kita ga ngajak Lana gapapa nih?" tanya Shani.
"Lana biasa, pergi sama si Faza."
"Yaudah deh, gue tungguin ntar. Beneran dateng ya?" ujar Shani.
"Iyaaaaa! See you, mmmuaach!"
Shani menutup teleponnya setelah ia menekan tombol merah di tengah layar. Ia kemudian melihat chat lain yang masuk belum lama.
Ah, iya. Beberapa minggu ini Shani sedang senang bernyanyi. Ia sering menghangatkan pita suaranya dengan mengcover lagu-lagu yang sering ia dengarkan. Banyak draf yang ia simpan di YouTube, tapi baru tiga cover saja yang ia upload. Ada Lucky dari Jason Mraz, We Don't Talk Anymore milik Charlie Puth feat Selena Gomez, dan lagu terakhir yang dia unggah, Georgous dari Taylor Swift. Ia lebih senang karena banyak reaksi positif diberikan padanya. Termasuk dengan Gempi, salah satu anak bahasa yang sudah sebulan lamanya sibuk mempersiapkan pentas seni bulan bahasa.
Shani terdiam membaca pesan itu selama beberapa detik karena berpikir dulu akan membalas apa. Shani memang sering muncul di sosial media, tapi bukan berarti dia berani berdiri di depan banyak orang. Dia tak mengira kalau Gempi menghubunginya sekaligus menawarkannya agar tampil untuk pentas bulan bahasa.
Mama pernah bilang kalau Shani punya bakat nyanyi. Waktu masih TK Shani sering tampil di atas panggung untuk mewakili teman-temannya bernyanyi. Ia juga mendapatkan juara pertama di lomba menyanyi saat masih kelas 2 SD. Makin tumbuh dewasa, Shani merasa menyanyi hanya sebuah hobi. Bukan sesuatu yang bisa terus ia selami karena Shani lebih tertarik ke hal-hal lain seperti merawat diri atau memasak. Kak San juga sempat usil bilang kalo Shani memang berbakat tapi bakatnya di pendam saja. Soalnya waktu nyanyi di depan Kak San, Shani nyanyi lagu Sial punya Mahalini. Nada suara Shani yang rendah, gabisa mencapai nada tinggi lagu itu. Jadi Kak San langsung ketawa kenceng ngeledek Shani. Alhasil, dia jadi gak begitu pede buat nyanyi lagu-lagu bernada tinggi. Selama ini hanya lagu-lagu santai yang nadanya tak terlalu tinggi saja yang sering Shani nyanyikan. Nyatanya semuanya baik-baik aja. Tak ada salahnya kan jika ia menyetujui tawaran Gempi? Shani bisa memilih lagunya sendiri dan ia hanya perlu sering berlatih.
Lah, kalo yang jadi pengiring instrumennya Band Gema, berarti Shani ada satu panggung sama Sadewa dong? Gimana nih? Udah terlanjur bilang mau masa Shani tarik lagi cuma gara-gara ada Sadewa?
"Aduh, ga dewasa banget kalo gue seenaknya narik keputusan." Shani mengigit bibirnya gelisah. "Tapi ntar Sadewa keganggu kalo ada gue."
"Gue bisa pura-pura ga kenal dia." Shani mengangguk mantap usai berpikir panjang. Namun, pikirannya berkata lain lagi, overthinking kemana-mana.
"Kalo Sadewa bete pas liat gue terus dia turun panggung, terus gue ga jadi nyanyi gimana? Ih gimana ya?" Shani berjalan bolak-balik.
Melihat Sadewa yang selalu terlihat tak peduli dan seolah tak mengenal Shani saat mereka berpapasan membuat Shani selalu mengira Sadewa membencinya. Shani yang merasa kehilangan Sadewa berpikir kalau ia memang bersalah dalam hubungan mereka sebelumnya. Shani yang terlalu memaksa dan suka mengatur, Shani yang tak bisa mengerti kondisi kehidupan masing-masing, pasti Sadewa ilfeel sama cewek yang begitu. Mungkin juga dia menyimpan lebih banyak kenangan buruk ketimbang baiknya, membuat Shani benar-benar takut jika besok Sadewa tiba-tiba turun dari panggung karena risih melihat mantannya yang banyak kurangnya ini.
Tunggu-tunggu. Shani bukan sedang pick me. Bukan. Perasaan merasa bersalah seperti ini namanya penyesalan. Shani bukan menyesal dan ingin kembali, tapi menyesal karena sikapnya dulu menjengkelkan dan membuat dirinya sendiri merasa malu. Rasa aneh ini membuat Shani kerap menangis. Karena Shani paling tak suka dengan yang namanya diabaikan.
Jika kita berpapasan dengan seseorang yang pernah menjadi sebagian dari hidup kita namun setelah orang itu pergi maka semua kenangan hilang, dia akan bersikap tak peduli, seolah tak mengenal, seolah asing. Shani benci kenyataan itu. Makanya lebih baik ia tidak bertemu dengan Sadewa yang tampaknya sudah melupakannya. Walaupun secepat ini.
Tapi gimana nih? Shani terlanjur terima tawaran Gempi. Haruskah dia berubah jadi amoeba? Atau melebur menjadi hamparan debu saja dan menghilang tersapu angin?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Novela Juvenilmove on susah, balikan ga mau. *** Kalo kamu nggak pernah ketemu mantan pacarmu selama seminggu, artinya cerita kalian beneran selesai. Tapi kalo alam semesta masih mempertemukan kalian dengan cara yang tak terduga, artinya kisah manis kalian berdu...