hiraeth ; O8-care

93 5 0
                                    

Fahri memepercepat langkah kakinya demi menyusul Shani yang berjalan lebih dulu di depan. Enggak tau kenapa, baru lima menit berjalan suasananya berubah gak nyaman karena hanya suara Gigi yang terdengar. Sejak tadi mereka berjalan, Gigi bicara banyak dan banyak tertawa dengan Sadewa. Pembicaraan tak penting banyak Gigi bicarakan dengan Dewa yang diam saja memandang ke arah Shani. Yang lain menjadi diam karena Gigi hanya merespon Sadewa dan dirinya sendiri. Kalau yang lain berbicara, Gigi seolah tak mendengarkan dan mengabaikan ucapan yang lain. Sehingga berakhir sepi begini. Mayor yang lumayan memahami sifat Gigi hanya meringis saja sembari meminta yang lain melanjutkan perjalanan.

Saat berada di sebelah Shani berdiri, Fahri melirik ke arah Sadewa beberapa kali. Membuat Shani menoleh seraya menggelengkan kepala. Dia tahu kenapa Fahri bersikap begini.

"Pacar lo ketempelan—"

"Perangko?"

"Dedemit." Fahri bergidik ngeri. Shani tertawa.

"Sst, lo jangan keras-keras. Nanti Meisya mukulin gue gara-gara ngatain idola dia." kata Fahri lagi.

Pantes dikatain kok, batin Shani. Kalau semua orang tau Shani dan Sadewa udah putus dari kemarin-kemarin pasti sikap Gigi gak akan di kritik. Bahkan sekarang yang mengkritik cuma Fahri aja. Meisya gak banyak ngomong sama sekali karena Gigi cukup terkenal sama kayak Sadewa. Istilahnya karena mereka sama-sama terkenal jadi mereka keliatan cocok berdua.

"Lo gak cemburu apa? Kenapa pacar lo gak jalan sama lo, malah jalan bareng Gigi coba?" tanya Fahri. Cowok ini banyak bertanya karena care, normal sifat alami dari Fahri.

"Fahri, kalo dia emang beneran sayang sama gue dia pasti udah jalan bareng sama gue. Jadi kalo enggak ya udah jelas kan?" ujar Shani.

"Dia udah ga sayang sama lo?!"

Cepat-cepat Shani menutup mulut Fahri. Suara nyaring Fahri sukses membuat yang lain menoleh ke arahnya. Semuanya menatap kebingungan melihat tangan Shani yang masih menempel di mulut Fahri. Lagi-lagi Sadewa tak habis pikir. Kenapa habis putus Shani populer banget? Emang orang-orang udah tau kalau mereka berdua udah putus?

"Kalo ngomong tuh mikir dulu ntar Sadewa denger!" kata Shani berbisik.

"Maksud lo gimana sih? Kalian berantem?" tanya Fahri.

Shani menggelengkan kepala. "Enggak kok. Udah ah, tuh ada bocah ngumpul. Samperin yuk biar cepet selesai tugasnya."

Daripada membicarakan lebih lanjut tentang apa yang Fahri tanyakan, Shani segera berlari ke arah empat anak-anak yang sedang bersepeda ke arah mereka berdiri. Fahri, Mayor, dan Gigi ikut menyusul begitu mendapati anak-anak itu datang. Mayor menghentikan gayuhan kaki mereka pada sepeda. Merentangkan tangan agar mereka tak bisa lewat.

"Dek, dek, mau tanya boleh?" ujar Mayor.

"Kenapa, Bang?"

"Disini ada yang jual kepala gak?"

"Gak ada."

"Ada yang jual kepala anak kecil gak?" tanya Sadewa, ikut-ikutan menjahili empat bocah berusia sekitar 7 dan 8 tahun.

"Ah gue udah nonton di tiktok, Bang. Prank kan ini?" kata satu anak berbaju merah bergambar banteng.

yang berbaju koko dengan peci menyenggol sepeda temannya. "Kalo bener gimana njir, nanti kepala kita di jual dijadiin tongseng kepala anak kecil."

"Eh, anak kecil kok ngomongnya kotor." kata Shani seraya mencubit bocah yang memakai peci.

"Ih, adek kamu kan abis ngaji, masa ngomongnya jelek gitu. Gabagus tauu, gimana sih?" Gigi ikut mencubit si bocah berpeci.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang